Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berharap Ujian Nasional Berbasis Komputer akan Minimalisasi Kecurangan

6 April 2017   05:29 Diperbarui: 6 April 2017   16:30 3586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hajatan besar bertajuk Ujian Nasional (UN) dua tahun terakhir ini mengalami perubahan yang signifikan, dari yang biasanya berbasis konvensional kini pelan tapi pasti telah mengalami evolusi ke arah pemanfaatan TIK sepenuhnya, alias berbasis Komputer. UN yang selama ini kita kenal dengan Ujian Nasional Berbasis Kertas (paper based test) dan menjadi sorotan besar-besaran dengan berbagai masalah yang ditimbulkannya, mulai dari perencanaan anggaran yang selalu memakan biaya yang besar, penetapan rekanan percetakan soal UN, pencetakan yang memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Konon menurut sumber (portal.ditpsmk.net), dengan jumlah peserta didik lebih dari 7 juta jiwa dan diselenggarakan di lebih dari 80.000 sekolah baik itu dari tingkat SMP/MTs, SMA/MA, SMK, maupun kelompok belajar Paket B dan C setiap tahunnya, UN selalu menjadi sorotan yang menyita perhatian baik itu Pemerintah maupun unsur masyarakat. Bagaimaan tidak? Logistik yang dikelola sangat besar, 35 juta eksemplar naskah ujian yang merupakan dokumen negara yang bersifat rahasia (setara dengan lebih dari 400 kontainer paket soal) harus dikirimkan ke seluruh satuan pendidikan dari Sabang hingga Merauke dengan berbagai moda transportasi, mulai dari pesawat udara, truk, kapal, hingga harus menggunakan kuda dan perahu untuk menjangkau sekolah-sekolah yang berstatus 3T (Tertinggal, Terluar dan Terdalam) secara tepat jumlah, tepat sasaran dan tepat waktu dibawah pengawasan Polisi karena dokumennya bersifat rahasia negara.

Belum lagi masalah pencetakannya dengan proses pelelangan yang harus sesuai dengan Perpres 70 tahun 2012 dan pengawasan pencetakannya harus dilakukan selama 24 jam sehari selama sebulan penuh. Panitia UN juga bukannya sedikit, setidaknya 700.000 panitia dan pengawas dari berbagai kalangan, mulai dari pemerintah pusat, daerah, sekolah, perguruan tinggi, dan kepolisian ambil bagian dalam hajatan tahunan ini. Belum lagi kecurangan inti yang selalu didengung-dengungkan bejalan secara masif tiap tahun. Apa itu? Bocornya soal dan beredarnya Kunci Jawaban yang dilakukan oleh kelompok tertentu untuk mencari keuntungan dan parahnya lagi, oleh Mendikbud pelaku kecurangan UN tersebut ada oknum guru yang tidak ingin menanggung akibat dari kelalaiannya dalam mendidik dan mengajar murid-muridnya (liputan6.com).

Untuk meminimalisir kecurangan tersebut, maka mulai tahun 2015 diberlakukanlah UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer) sebagai pilot project dari Kemdikbud yang bakal menjadi agenda tahunan apabila sukses terlaksana. Untuk tahap awal, maka Kemdikbud mencoba UNBK di 594 sekolah, namun tahun 2016 naik menjadi 4.402 sekolah atau sekitar 927.000 peserta didik. Disamping itu, untuk membuktikan keseriusan Kemdikbud dalam memberantas kecurangan maka diluncurkan slogan “Berani Jujur, Hebat!”, dan beberapa sekolah didaulat menjadi sekolah Juju se-Indonesia dengan melihat dari indeks integritas UN tertinggi dan konsisten selama enam tahun.

Tahun 2017 ini, kembali hajatan UNBK di depan mata. Dan persiapan telah dilakukan dengan sebaik-baiknya karena Mendikbud, Bapak Muhadjir Effendy telah menegaskan “Ujian berbasis komputer dilaksanakan untuk meningkatkan efisiensi, mutu, reliabilitas, integritas, dan kehematan pelaksanaan ujian nasional.” Dengan mengeluarkan edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 1 tahun 2007. Sehingga Mendikbud menghimbau agar dinas pendidikan untuk mendata jumlah komputer di sekolah-sekolah di wilayahnya, serta mencari solusi terbaik dalam mengadakan fasilitas komputer untuk pelaksanaan UNBK. Tidak terkecuali di Sumatera Utara, dimana untuk mendukung program tersebut, Gubernur Sumut sendiri langsung bergerak cepat dengan mengadakan Mou (memorandum of understanding) bersama dengan 9 PTN/PTS, yang intinya menyediakan tempat dan sarana Laboratorium Komputer yang ada di kampus mereka untuk digunakan UNBK.

Hasilnya, peserta UNBK tahun ini melonjak tajam dari hanya 99 sekolah di tahun 2016, menjadi 965 sekolah dengan jumlah siswa 45.951 orang (harian waspada). Dan apabila kita menilik web ubk.kemdikbud.go.id maka kita akan melihat statistik dari tahun 2016 ke tahun 2017 sangat melonjak tajam sekolah baik itu tingkat SMP/MTs, SMA/MA hingga SMK pengguna UNBK yang memang dimaksudkan untuk meminimalisir banyak hal, terutama kecurangan yang selama ini sudah identik dengan UN.

Persentase Kenaikan Peserta UNBK dari Tahun 2016 ke 2017. UNBK Solusi terbaik Mengatasi Kecurangan UN. SUmber: Dokpri
Persentase Kenaikan Peserta UNBK dari Tahun 2016 ke 2017. UNBK Solusi terbaik Mengatasi Kecurangan UN. SUmber: Dokpri
Namun, apakah benar jika UNBK bisa menghilangkan kecurangan inti yang dimaksud, yakni: bocornya soal dan beredarnya kunci jawaban? Benarkah Ujian Nasional Berbasis Komputer ini menjadi solusi dalam menciptakan Ujian Nasional yang benar-benar Jujur? Ini perlu kita kupas mengingat akhir-akhir ini saya melihat antusias dan minat belajar peserta didik terutama kelas XII menurun pasca USBN (Ujian Nasional Berstandar Nasional) selesai diselenggarakan. Ini terlihat ketika guru bercerita di kantor guru, dia terkejut ketika ada celotehan seorang peserta didik berkata seperti ini “Ngapain belajar lagi? Kan sudah ada kunci jawaban”. “Hellow? Apa mungkin pak? Secara ini UNBK loh? Apakah mereka sudah tau apa soal yang akan dikeluarkan oleh server? Coba dulu bapak yang menangani UNBK masuk dan memberikan pencerahan agar mereka sadar dan jangan asal percaya pada orang-orang yang mengatakan mereka punya kunci jawaban.” Tutur teman yang bercerita tersebut.

“Kasihan lo, mereka percaya dan mau beli sekian, rupa-rupanya bukan itu alias tertipu”, timpal guru yang lain yang membuat saya yakin harus menuliskan pengalaman ini. Memang benar, bahwa soal UNBK tidak mungkin akan bocor, kecuali:

Pertama, jika soal UNBK yang dikeluarkan adalah soal-soal yang sudah pernah dikeluarkan pada Simulasi II tanggal 13-14 Februari 2017 untuk jenjang SMK, tanggal 20-21 Februari 2017 untuk jenjang SMA/MA dan tanggal 27-28 Februari 2017 untuk jenjang SMP/MTs, maupun Simulasi III kemarin, maka ini adalah suatu keuntungan besar bagi para peserta didik yang mengerjakan soalnya dengan baik, mempelajari soal-soal yang dikeluarkan oleh server dengan cara mencatat atau diam-diam mem-foto-kan soal yang mereka kira sulit dilayar monitor dan membahasnya kembali di rumah. Ini menurut saya bukanlah suatu kebocoran soal, karena benar logikanya bahwa soal-soal Simulasi itu hampir-hampir mirip dengan soal-soal yang sebenarnya saat Ujian Berlangsung. Makanya dikatakan, “Sering-Seringlah mengikuti Simulasi!”. Jadi ini sangat menguntungkan bagi peserta didik yang benar-benar membahas soal simulasi, tetapi akan sangat menyedihkan bagi peserta didik yang main-main saat simulasi, apalagi ada peserta didik yang tidak hadir (absen) saat simulasi.

Kedua, Kmendikbud tentunya belajar dari pengalaman tahun 2015 yang lalu, dimana sempat tersebar tautan menuju Google Drive yang berisi soal-soal UNBK yang di upload oleh oknum tertentu. Selang dua jam saja, setelah Kemdikbud menyurati kantor pusat Google di California, Amerika Serikat, maka tautan tersebut dihapus dan tidak dapat diakses kembali. Untuk tahun 2016 yang lalu, Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik) Kemendikbud Nizam mengakui telah menjalin kerjasama dengan para Hakcer (peretas komputer) golongan peretas komputer putih untuk sama-sama bekerja menjamin kerahasiaan dokumen negara, yakni soal-soal UNBK yang telah tersimpan dengan baik dalam sistem terenskripsi, sehingga aman dari upaya-upaya pembocoran. Dan tahun 2017 ini, selain menggandeng para hacker yang dianggap mumpuni untuk saling bekerjasama, tentunya bekerjasama dengan Kemkominfo dan Pustekkom untuk mengawal server, juga varian soal untuk tahun ini diperbanyak, bahkan soalnya akan diacak, sehingga jangan harap akan ada muncul soal yang sama diantara sebelah kiri dan kanan peserta didik.

Ketiga, Pemerintah Pusat menggunakan sistem berbasis data yang masuk dalam satu server bernama Starter, sehingga proteksinya sangat tinggi, jadi tidak mungkin bocor. Misal server dari sekolah sudah digunakan sudah digunakan download soal, lalu server tersebut dipindah ke bimbingan belajar, tidak akan bisa. Lalu serial kabel yang digunakan untuk singkronisasi juga harus sama dengan yang digunakan untuk download soal, kalau beda tidak bisa. Karena serial kabel, serial line semuanya sudah masuk di sistem sehingga tidak bisa kalau diganti (sumber: solopos). Belum lagi pemberlakuan sistem token yang nantinya terkoneksi ke User ID dan Password peserta didik dan apabila peserta didik sering close aplikasi CBT-nya, maka token akan berubah. Juga VHD yang mungkin saat ini menjadi aplikasi terbaik bagi suksesnya penyelenggaraan UNBK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun