Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[LOMBAPK] Alkisah Si Rukun dan Si Toler yang Masih Berjuang

24 Januari 2017   06:16 Diperbarui: 24 Januari 2017   07:07 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konon ceritanya, jagad raya ini terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan pertama yang dinamai dengan Kayangan, tempat bercokolnya para Dewa dan Dewi, dewa yang paling berkuasa kala itu bernama Dewa Batara Guru yang diberi kuasa untuk memerintah Kayangan. Dewa memiliki seorang putri yang sangat cantik jelita dan kesohor hingga ke semua kerajaan di Kayangan. Puteri itu bernama Boru Parujar, tetapi karena keahliannya menenun tiada duanya, dia digelari dengan Partonun Na Utusan (Maha Ahli Tenun).

Kecantikan puteri ini dan kepandaiannya membuat tenunan, menjadikan banyak yang iri hati, dengki, bahkan membuat mata para dewa sekalipun tidak bisa berkedip dan memiliki hasrat untuk menjadikan puteri ini sebagai pasangan hidupnya. Tidak terkecuali oleh seorang dewa bernama Penjaga Bulan. Walau berwujud naga dan sangat buruk rupa, tetapi sang dewa ini sangat pede untuk mendekati sang puteri dan mengupayakan segala cara agar si puteri memberikan sedikit perhatian kepadanya. Tetapi selalu ditolak mentah-mentah oleh Boru Parujar.

Hingga suatu ketika, dewa penjaga bulan menemukan ide untuk merubah wujudnya menjadi seorang pemuda tampan seperti Dewa Batara Guru, lalu mencoba mengintip apa kegiatan sang puteri di kayangan dan dia melihat bahwa benang yang digunakan untuk menenun sudah hampir habis, lalu dia kembali ke tempatnya dan mempersiapkan gelondongan benang yang banyak.

Keesokan harinya dia membawa gelondongan benang dan menyamar sebagai tamu dari kerajaan lain yang bertujuan untuk melamar sang puteri dengan mahar gelondongan benang yang sangat mahal. Melihat hal tersebut Dewa Batara Guru setuju, pun dengan sang puteri yang terpesona oleh ketampanan sang dewa setuju untuk menikah dengan sang dewa. Pesta-pun berlangsung dengan meriahnya selama tujuh hari, tujuh malam.

***

Setelah mereka menikah, maka otomatis sifat kedewaan yang melekat pada diri mereka harus ditanggalkan dan harus menerima kenyataan untuk menjadi penghuni lapisan tengah (Banua Tonga) sesuai dengan petunjuk Sang Pencipta. Dengan sangat berat hati, Dewa Batara Guru memohon petunjuk kepada Sang Pencipta. Sang Pencipta memberikan titah, “Berilah tanah liat ini yang akan mereka bentuk menjadi landasan tempat mereka berpijak di atas samudera, yang nantinya kelak dinamai dengan bumi”.

Lalu Dewa Batara Guru memberikan tanah liat tersebut kepada mereka dan memberikan nasehat seperti yang diarahkan oleh Sang Pencipta. Maka putri Parujar dan Dewa Penjaga Bulan turun ke bawah dengan cara melemparkan turak berisikan gelondongan benang ke bawah, mereka bergelantungan diatas benang hingga kaki mereka menyentuh air.

Dewa Penjaga Bulan menempa sebidang pijakan dari sekepal tanah liat tersebut yang lama kelamaan meluas hingga membentuk daratan dan mereka hidup dengan sangat bahagianya.

***

Seiring berlalunya waktu, puteri Parujar-pun mengandung dan melahirkan sepasang anak lelaki, yah kembar lebih tepatnya dan menurut petunjuk oleh Batara Guru yang datang lewat mimpi kepada dewa penjaga bulan alias si Naga, kedua anak ini harus diberi nama si Rukun dan si Toler, karena mereka akan diproyeksikan menjadi penjaga perdamaian dan kerukunan di seluruh bumi ini dan perjuangan mereka tidak akan pernah habis alias berhenti selama bumi ini ada.

Saat puteri Parujar melahirkan, Dewa Batara Guru diam-diam juga mengirimkan telur burung yang nantinya akan menetas dan menemani si kembar kemanapun pergi, melindungi mereka dari ancaman para musuh-musuh mereka, kelak burung tersebut dinamai dengan Burung Garuda.

Ditempat lain, sang kejahatan juga mulai menancapkan kukunya diatas bumi yang damai ini. Memperbanyak keturunannya dan menjadikan bumi ini penuh hawa nafsu akan kekuasaan, sehingga peperangan dan ketidak adilan merajalela di muka bumi.

Si Rukun dan si Toler terus diajari dan dinasehati oleh sang ayah Naga, dibekali dengan ilmu-ilmu kesaktian dan pedoman-pedoman hidup. Sementara sang kakek mereka Batara Guru juga sering datang untuk menemui dan mengajari mereka akan petunjuk-petunjuk lain yang perlu sebagai bekal mereka dalam mewujudkan bumi yang damai.

***

Setelah dewasa dan saatnya mereka harus melaksanakan tugas masing-masing, maka Batara Guru pun turun dan memberikan wejangan, nasehat serta makna dan tugas masing-masing untuk menjaga bumi.

Si Rukun, diartikan oleh Batara Guru sebagai sosok yang harus mewujudkan kerukunan diantara seluruh umat di dunia, tidak hanya di sekitar tempat mereka sekarang menginjakkan bumi yang kelak oleh keturunan mereka dinamai dengan bumi Indonesia, tetapi di seluruh jagad raya ini. Si Rukun harus mampu menyadarkan umat keturunannya menjaga kerukunan dan mengusahakan jikalau ada permasalahan harus bisa diselesaikan dengan cara musyawarah untuk mufakat dan mengesampingkan rasa ego yang berlebihan, serta menghindari konflik sosial yang berujung pada peperangan.

Sementara si Toler, diartikan Batara Guru sebagai sosok yang harus bekerja lebih keras membangun budaya toleransi, budaya saling menghargai antara satu sama lain, karena tidak ada mahluk yang diciptakan Sang Pencipta sama persis, tetapi memiliki perbedaan. Si Toler harus mampu mewujudkan perbedaan atau keberagaman itu sebagai suatu senjata yang mempersatukan, harus mampu membuat perbedaan itu adalah harmoni, ibarat pelangi dimana warna-warni itu menjadi sangat indah apabila dipersatukan. Si Toler harus mampu membuat orang-orang di dunia ini bersikap toler jika ingin rukun dan damai.

Begitulah, si Rukun dan si Toler diberangkatkan oleh kedua orangtuanya dan Eyang Batara Guru. Mereka diberikan bekal secukupnya dan di utus dengan mengendarai Burung Garuda untuk mulai melakukan tugas masing-masing ke seantero dunia ini yang dilanda peperangan. Tugas mereka adalah mendamaikan bumi yang bergejolak dengan kemampuan masing-masing. Si Rukun membuat manusia rukun, si Toler membuat manusia memiliki sikap toleransi.

***

Sementara Dewa Batara Guru membawa pulang Putri Parujar dan Dewa Penjaga Bulan kembali ke Kayangan karena mereka telah selesai menunaikan tugasnya di bumi. Si Putri Parujar ditempatkan Batara Guru di Bulan dan bertenun disana, sementara Dewa Penjaga Bulan menjadi penjaga Bulan menemani sang putri.

Sementara si Rukun dan si Toler mulai melaksanakan misi perdamaiannya di bumi, mereka bekerja sangat keras untuk menyadarkan setiap manusia yang dijumpainya agar memiliki sikap dan sifat rukun dan toleran. Begitulah mereka bekerja siang dan malam, pagi dan subuh, terbang kesana kemari, berpindah tempat mengitari bumi bersama dengan burung Garuda milik mereka untuk menyebarkan sikap dan sifat Rukun dan Toleransi sampai detik ini.

***

Kesimpulannya? Yah semoga cerita ini mampu membantu si Rukun dan si Toler menebarkan virus mereka lewat media teknologi informasi dan komunikasi dan semoga para pembaca media ini yang katanya super-duper cerdas bisa semakin mengerti dan juga menyebarkan virus yang sama bagi teman-teman kita yang sudah mulai kehilangan sifat rukun dan toleran, sehingga mereka bisa bertobat dan kembali ke fitrahnya..he.he.he.

Kedua, jangan terlalu serius membacanya dan mempersoalkan siapa tuh si Boru Parujar, Batara Guru, Kayangan, Dewa Penjaga Bulan, Partonun Na Utusan, Banua Tonga, Burung Garuda, hingga si Rukun serta si Toler, karena nama-nama dalam cerita ini hanya rekaan semata dan yang terlintas di benak saya. Apabila ada terdapat kesamaan nama dan tempat, itu bukan hal yang disengaja, tetapi karena memang itu yang terlintas di benak saya..he.he.he.he.

Ketiga sekaligus yan terakhir, apabila ada yang merasa tersinggung, tersandung hingga mengakibatkan tersungkur, bahkan tergusur akibat cerita ini, saya pribadi memohon maaf yang sebesar-besarnya. Bukan maksud hati untuk seperti itu, tetapi memang seperti itulah agar kalian para anti toleransi dan anti kerukunan bisa insaf dan balik kanan kembali ke semula...he.he.he.he

Ingat, “Ikutlah denganku, maka kamu akan kujadikan manusia yang Rukun dan Toleran!!!”, begitulah pesan terakhir si Rukun dan Toler. Ayok mari yukkk....!!!

Salam hangat,

Mr. Oloan (KOMED)

Fb:https://www.facebook.com/agus.oloan

Twitt: OloanSRO

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun