“Itu.. yang terdekat saja… udah sekaratni..!!”
“Masih ada nafasnya..?’
“Ada .. satu-satu”
***
Kudengar semuanya, masih jelas, ingin kusapa tapi tak didengar. Mereka, tak dipedulikan, kusapalagi kuat, namun sia-sia, mereka tak bergeming, apa yang terjadi..?. ”Innalillah….?!”. Lho, kog innalillah? siapa yang mati?, Sunyi sepi gelap. Tak lama kemudian kulihat kekasihku Ella datang, histeris menjerit memanggil namaku, memelukku, memaksaku bangun, tapi aku tak bisa?, kucoba menjawab panggilan tapi tak didengarnya. Aku mulai menyadari, aku telah wafat. Tapi sekarang aku masih berada di alam-dunia, sebentar lagi kita akan beda alam? Kubalas ciuman, turut menangis melepas rindu.
Pelan kukatakan, ”jangan menangis lagi Ella… ihlaskan aku pergi untuk menemui Tuhanku.” Tapi aku juga menangis dalam hati, tak kuat melihat Ella sendiri tanpaku? Aku juga sedih Ella…? Begitu cepat berpisah? Tak sempat mewujudkan impian merangkai hati menuju pelaminan? Sudahlah Ella…. Sudah menjadi ketentuan…… sebentar lagi kita akan berbeda alam?. Kubisikkan ditelinganya…… nanti bila tiba saatnya temui aku disana…. Aku masih merindukanmu, mencintaimu, tak mau berhenti.
Sore itu, selesai dimandikan, dipakaikan baju dan celana berwarna putih, kulihat semua menangis melepasku kepembaringan terakhir, bergiliran ayah, emak, dua adikku menciumku, terakhir kau menciumku lama, kubisikkan kembali kata mesra lembut pasti, Ella… jangan bersedih… aku masih mencintaimu. Kulihat kau pingsan, dibiarkan sejenak, semuanya sanak family kerabat, berbondong-bondong mengantarku kepusara. Selamat tinggal Ella, selamat berpisah, semoga kita bertemu lagi…?.
***
Pagi itu angin lembab berhembus pelan, matahari tak bersinar terang, awin gelap menutupi sebahagian langit biru, sepertinya akan hujan? Tapi masih lama lagi?. Aku lihat kau datang bersama adik lelakimu yang gemuk memberiku bunga melepas rindu, kusambut pemberianmu, kuelus rambut indahmu seperti dulu. Sudahlah… hapus air matamu.. abang tak kuat melihatnya?… nanti kita nangis bersama? sudahlah…. Jangan terlalu sering kemari?, ujarku pelan, tapi tak kau hiraukan.
Kemudian kusapa adikmu ”Hai gemuk..!?, terima kasih menemani kakakmu. Kau masih ingat gemuk?, setiap malam minggu abang bawakan makanan buatmu?, pernah ikut bersama kami kepasar malam?, pernah menjenguk abang ketika sakit bersama kakakmu?, masih ingat kau gemuk?”. Mata sigemuk berkaca saat kusapa, seolah mendengar ucapanku?. Tak lama kemudian kulihat kalian beranjak pulang, kuucapkan salam perpisahan. ”Da Ella…. Terima kasih mau datang? Selamat jalan, jaga kesehatanmu.
Tiga hari kemudian kutemui Ella duduk sendirian di pinggir sungai, tempat kami selalu memadu kasih dulu, semasa hidupku. “Hai Ella… apa kabar, sepertinya badanmu agak kurus? Kau lelah tanpa abang disampingmu, tapi sekarang abang datang. Sudahlah… hapus air matamu, jangan terlalu sering kepinggir sungai ini”. Kuhapus air matanya, kubelai rambutny aku cium keningnya melepas rindu. Abang juga rindu Ella….. tapi kita tak bisa lagi seperti dulu, kita telah berbeda alam, sudahlah… hadapilah kenyataan walaupun terasa sulit. Sudah hampir malam, pulanglah…. hati-hati di jalan…!”.