Apa yang sebenarnya terjadi sehingga kekerasan terhadap perempuan dan anak makin meningkat? Menurut pantauan dan hasil analisis penulis, setidaknya ada tiga hal:
Pertama, tentunya faktor ekonomi. Tingginya tingkat kebutuhan hidup, naiknya harga bahan-bahan pokok, maupun bahan-bahan lainnya yang tidak diimbangi dengan naiknya gaji atau naiknya harga jual dari petani ke pedagang, disinyalir menjadi faktor penting penyebab terjadinya KDRT maupun eksploitasi terhadap anak-anak. Ketidakmampuan menahan gejolak untuk memenuhi segala kebutuhan hidup dan tidak punya prioritaskebutuhan rumah tangga menjadi penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Kedua, faktor pertengkaran yang terus-menerus terjadi antara suami dan isteri yang menimbulkan KDRT dan menjadikan anak menjadi korban karena mengalami masalah pada psikologi mereka. Banyak kejadian anak menjadi trauma, anak menjadi benci kepada ayahnya karena si ayah suka memukul ibunya sehingga si anak berasumsi bahwa semua lelaki itu sama, bahkan ada anak menjadi terganggu jiwanya akibat perlakuan buruk sang ayah.
Ketiga, faktor si suami atau si isteri ketahuan berpoligami dan selingkuh. Ini harus menjadi perhatian serius dari pemerintah. Peraturan yang jelas harusnya mampu menjerat agar semua warga negara Indonesia bisa meredam aksi poligami, apalagi selingkuh. Hari ini kita kembali disuguhkan dengan perilaku tidak senonoh bahkan tidak terpuji dari pejabat maupun public figure negara kita ini. Tidak jarang kita lihat di televisi, para artis suka gonta-ganti pasangan, suka kawin-cerai dan merasa itu adalah suatu kebanggaan sehingga tidak malu mempertontonkannya dan menjadi santapan berita yang mampu meracuni otak generasi muda kita sehingga berpikir bahwa hal itu adalah hal yang biasa dan lumrah dilakukan.
Hari ini kita kembali dibuat tercengang oleh ulah Bupati yang selingkuh dengan seorang isteri polisi. Bisa dibayangkan bagaimana kronisnya karakter dari para pejabat negeri ini, dimana kemiskinan bukan lagi faktor penyebab perselingkuhan, tetapi terlebih karena hilangnya identitas dan karakter cinta keluarga dan tanah air.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menyerukan gerakan mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, perdagangan orang serta mengakhiri ketidakadilan akses ekonomi bagi perempuan yang disebut dengan program Three Ends.
Untuk mendukung program Three Ends ini sukses, cukup sederhana yaitu saya akan menerapkan cinta keluarga di tengah-tengah keluarga saya, lalu mengajarkan di sekolah bahwa dari sekarang “belajarlah untuk mencintai orang yang kamu cintai dengan APA ADANYA, BUKAN KARENA ADA APANYA. Jangan terus memikirkan cinta, tetapi belajarlah untuk menggapai cita-citamu, gunakan masa mudamu untuk belajar kepada pengalaman, sebab pengalaman adalah guru yang paling baik”. Sebagai blogger aktif, selalu menebarkan kebaikan, berita-berita yang sifatnya positif, tidak mudah tergoda untuk tebar pesona dan mencari mangsa di dunia maya.
Dengan begitu, maka harapannya di tahun 2017 ini, angka-angka perceraian, KDRT maupun anak-anak yang menjadi korban keganasan KDRT tersebut dapat menurun drastis berkat bantuan semua pihak lewat program Three Ends yang dimulai dari dalam diri setiap individu. Semoga!
By: Mr. Oloan (KOMED) Fb:https://www.facebook.com/agus.oloan
Twitt: https://twitter.com/oloansro
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H