Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Persembahan Terakhir Kapten Indonesia dari Papua

18 Desember 2016   10:20 Diperbarui: 18 Desember 2016   10:49 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapten Indonesia yang memimpin TImnas Keberagaman demi Prestasi hebat. sumber : www.kompas.com

Sungguh menggelikan sekaligus mengherankan ketika seorang Anies Baswedan, mantan timses pak Jokowi di Pilpres 2014, bahkan sempat menjabat menteri pendidikan berkomentar seperti ini “Puncak Pancasila bukan tercapai saat seseorang dari kelompok minoritas bisa jadi pemimpin, melainkan bila ada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” di acara #KompasTV. Ini sungguh menggelitik karena dengan keadilan sosial-lah makanya kaum minoritas bisa menjadi pemimpin di negeri ini dan mampu membuktikannya dengan karya-karya terbaiknya. Jika beliau tidak silau dan merasa kepemimpinan Ahok bersama kompatriotnya Djarot Saiful Hidayat tidak ada apa-apanya, maka sebagai pembanding, mari kita tatap sejenak hasil capaian karya terbaik sekumpulan anak-anak negeri yang berjuang di lapangan hijau.

Yah, sekumpulan anak-anak muda yang berjuang dan kini setapak lagi akan menorehkan sejarah baru negeri tercinta ini kepada dunia internasional bahwa Timnas Garuda Merah-Putih bisa bangkit selepas terpuruk oleh sanksi bannedFIFA dengan menjadi finalis di kejuaraan sepakbola antar negara ASEAN bertajuk Piala AFF 2016. Timnas yang dikomandani oleh seorang yang dipilih dari kaum minoritas telah mampu memberikan yang terbaik jauh dari ekspektasi yang disematkan oleh masyarakat pecinta bola tanah air. 

Yah, persembahan final ke-5 sepanjang keikutsertaan di piala AFF adalah bukti bahwa Boaz Salossa, dkk adalah generasi yang luar biasa, mampu keluar dari tekanan sesulit apapun dan dengan Doa, kerja keras dari para pemain yang beragam dari seluruh Nusantara yang bermain untuk kejayaan Timnas telah mampu membawa mereka ke final bahkan jadi Juara Baru di kancah Piala AFF 2016 yang dulunya bernama Piala Tiger.

Boaz Salossa Kapten Sejati Indonesia

Nama Boaz Salossa tidak bisa lepas dari sejarah sepakbola era baru tanah air kita. Dia adalah mutiara hitam yang muncul dan menjelma menjadi ikon pesepakbola yang berkelas dan sangat jarang ada di Indonesia. Dibekali dengan skill mengolah bola yang yahud, naluri mencetak gol yang tinggi, akurasi umpan yang baik, tendangan kaki kiri yang baik hingga pengalaman sebagai top scorer Liga Indonesia serta segudang pengalaman bermain bola lainnya menjadi nilai plus Boci – begitu dia disapa – adalah senjata untuk menjadi captain Indonesia yang dipilih oleh Alfred Riedl selama turnamen piala AFF 2016. Dan hasilnya? Sungguh diluar dugaan, masa transisi dari kepemimpinan ala Bepe – sebutan untuk Bambang Pamungkas – kapten terakhir sebelum diambil-alih oleh Boci terasa sukses berkat kerja keras seorang Boaz Salossa dalam memimpin Timnas untuk kembali sebagai salah satu calon macan Asia menyusul Thailand.

Boaz, pria asal Sorong Papua yang dilahirkan 16 Maret 1986 adalah keluarga pesepakbola. Sebelum dia, Ortizan dan Nehemia adalah pesepakbola, walau tidak sesukses Boaz. Dilahirkan dari pasangan Cristian Solossa dan Maria Sarobi Solossa Boaz menjadi tulang punggung Persipura Jayapura dan Timnas Indonesia semenjak usia 17 tahun tepatnya di Piala Tiger 2004 dan bersanding dengan pemain-pemain terbaik di eranya, seperti Kurniawan Dwi Yulianto, Bambang Pamungkas, Ilham Jayakesumah, dan banyak lagi serta berkat tajamnya penciuman coach Peter White akan bakat besar Boaz, maka sejak era itu, Boaz selalu menjadi langganan Timnas hingga sekarang.  

Tidak sekedar menjadi langganan, tetapi ada spesialisasi yang muncul apabila Boaz bermain untuk timnas. Ada perubahan aroma permainan, ada semangat menggebu-gebu kala pemain berkepala plontos ini bermain, itu sangat terlihat akhir-akhir ini ketika Piala AFF dimulai dari penyisihan grup. Pemain yang sempat mencicipi predikat “bocah ajaib” ini karena mampu menyarangkan gol ke gawang Paraguay, Arab Saudi dan juga gawang tim-tim kelas atas, juga karena sentuhannya mampu membuat perubahan skor maupun hasil akhir pertandingan menjadi sangat vital perannya di Timnas sekarang. Untuk saat ini belum ada sosok yang mampu menggantikan perannya dalam skema permainan coach Alfred Riedl. Jikapun ada yang membantahnya, maka itu karena dia adalah penganut anti keberagaman dan anti pemimpin dari minoritas.

Memang tidak dapat dipungkiri, keberhasilan Timnas Garuda Merah-Putih hingga ke final adalah hasil kerja keras sebelas pemain ditambah para pemain cadangan dan juga peran para pelatih dan staff, namun peran Boaz sangat vital disini. Contoh pertama ketika Boaz berhasil mencetak gol ke gawang Thailand di pertandingan pertama babak penyisihan grup, walau kalah 2-4, namun setidaknya memberikan gambaran bahwa Timnas akan bisa melaju hingga seperti sekarang ini. 

Kemampuan Boaz memotivasi rekan-rekannya maupun membuat sebuah keajaiban tentunya tidak cukup digambarkan hanya dengan kata-kata dalam tulisan ini. Sudah banyak fakta bahwa Boaz memang Captain yang berbeda dari Captain-Captain Indonesia sebelum eranya. Belum lagi kedewasaan yang beliau tunjukkan selama turnamen, walau masih meledak-ledak tetapi ketenangan Boci saat mengeksekusi pinalty ke gawang Vietnam di Semifinal membuktikan bahwa dia bukan pemain di sepuluh tahun yang lalu yang masih labil dan temperamental.

Umpan ajaib Boci ke arah gawang Vietnam yang membuat kiper dan bek Vietnam kelabakan, salah pergerakan dan bolanya dapat dicuri oleh Lilipally yang mengetarkan gawang Vietnam dan menghantarkan Indonesia ke final AFF 2016 adalah contoh sederhana bagaiman kerja-keras dan perjuangan Boci untuk Indonesia agar bisa menjadi Juara Piala AFF dan saat bersua Thailand kembali Boaz bekerja sangat keras untuk membalikkan keadaan setelah Thailand lewat sundulan maut Teerasil Dangda unggul di babak pertama. 

Di babak kedua, Timnas bermain kesetanan dan bermain spartan dan bisa unggul dua gol lewat gol berbau keberuntungan milik Rizky Pora dan sundulan Hansamu Yama menyambut tendangan pojok di menit 68 yang menjadi modal berharga Timnas di leg kedua yang akan dimainkan di kandang Thailand malam nanti.   

Persembahan Terakhir Bozi Untuk Indonesia

Keberadaan Boci di Timnas Indonesia tidak tergantikan hingga malam nanti ataupun hingga dua tahun ke depan, kenapa? Karena belum ada sosok yang bisa menjadi Captain Indonesia selanjutnya dari Liga Indonesia yang digulirkan maupun di barisan pemain Timnas sekarang. Prestasi pribadi, menjadi topscorer ISL 2008-2009 (28 gol), 2010-2011 (22 gol) dan musim 2013 (25 gol) adalah tolak ukurnya, siapakah pemain lokal kekinian yang sanggup? Belum lagi menyandang gelarBest Player (Pemain terbaik) musim 2009-2010, 2010-2011 dan musim 2013 yang membuat Boaz memang pantas untuk mendapatkan ban Captain Indonesia menuju juara Piala AFF 2016.

Juara yang mungkin turnamen terakhirnya mengingat usia uzur yang mulai menggerogotinya. Yah, usia 30 tahun telah dia lalui sementara bagi pesepakbola masa kini, usia ke emasan itu adalah usia 30-33 tahun, jadi untuk menjadi Captain di Piala AFF 2020 sudah tidak mungkin lagi. Jadi berbagai upaya dan usaha pasti akan dilakukan oleh Boaz Salossa untuk bisa merengkuh gelar paling bergengsi di level internasional, apalagi ajang ini adalah ajang bergengsi bagi agenda FIFA dengan menyandang predikat B, yang artinya point timnas akan bertambah apabila mampu memenangkan setiap pertandingan. Apalagi jika melihat statistik yang dia catat, dimana setiap dia main, kecuali lawan Thailand, persentase kemenangan timnas hampir mencapai angka 95% jika Boaz dimainkan.

Memang tidak mungkin memainkan seorang Boaz hingga 90 menit penuh pertandingan, mengingat stamina, kebutuhan akan keberadaannya di pertandingan berikutnya hingga skema dan strategi permainan yang diterapkan oleh coac Riedl. Namun, untuk pertandingan terakhir ini dimana Indonesia butuh hasil imbang, maka keberadaan Boaz sangat diperlukan hingga 90 menit untuk memastikan Timnas kita bisa mengatasi perlawanan si Gajah Thailand. Karena di Rajamanggala Stadium, Thailand pasti akan bermain habis-habisan untuk mengejar defisit 1 gol. Bila di kandang sendiri saja kita dibuat kewalahan, bagaimana jika bermain di kandang lawan? Tapi percayalah dengan kekuatan penuh didukung oleh dewi fortuna dan keajaiban, maka Timnas Garuda Merah-Putih akan mampu mengimbangi dan mengunci kemenangan untuk mencatat sejarah menjadi juara baru Piala AFF.

"Peluang juara masih terbuka di leg kedua, terima kasih Indonesia. #TimnasJuara," tulis Boaz di twitternya untuk mendapatkan dukungan dari seluruh rakyat Indonesia dimanapun berada. Doa, harapan dan tentunya bermain spartan dengan instruksi pelatih untuk bermain “negative football” dengan memarkir 9 pemain area 16 besar menuju kotak penalty dan menempatkan satu pemain di garis tengah dan Boaz di depan sendirian untuk melakukan serangan balik adalah pilihan tepat dalam upaya merengkuh juara Piala AFF untuk pertama kalinya.

Bermain aman dengan minimal mencari imbang, tidak meladeni permainan Thailand yang memang sudah sangat bagus dalam permainan satu dua sentuhan, tetapi berkonsentrasi di belakang dan menyerahkan serangan balik kepada Boaz adalah pilihan tepat untuk menahan gempuran Thailand yang pastinya akan terus-terusan merusak pertahanan kita. 

Ingat, dalam sepakbola sekejap mata hasil bisa berubah dan ingat juga bahwa semut bisa juga mengalahkan gajah alias tim liliput bisa meruntuhkan kejayaan tim yang sudah mapan. Sudah banyak contoh dan Indonesia bisa menjadi Juara dengan bermain sepakbola negatif alias bertahan total.

So, akankah ini menjadi akhir dari penantian lama Indonesia bisa juara dengan di Captaini oleh kaum minoritas? Bisakah malam ini Indonesia melepas dahaga dan kehausan akan lamanya penantian menjadi juara Piala AFF dengan Boaz sebagai kaptennya? Bisakah ini menjadi Kado Natal yang spesial dari Boaz dan seluruh Timnas Indonesia untuk Indonesia yang lebih baik? 

Semoga Kejayaan Timnas ini menjadi cermin bahwa kita masih menghargai KEBERAGAMAN, bahwa kita tidak ada gap atau pemisah ANTARA MINORITAS dan MAYORITAS. Semoga gelar juara Piala AFF 2016 mampu menyadarkan bahwa negara kita dibangun atas dasar BHINEKA TUNGGAL IKA. SEMOGA!

SALAM OLAHRAGA

BY. KOMED twitter: OLOANSRO, FB; AGUSOLOAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun