“Surprise, mengagumkan!”, begitulah gambaran yang disematkan untuk hasil doa, perjuangan, kerja keras dan tentunya terselip dewi keberuntungan yang menaungi perjalanan timnas Garuda Jaya untuk merenggut posisi runner-up Grup A di Penyisihan Grup Piala AFF 2016 yang diselenggarakan di Filipina. Dengan nilai empat hasil kalah 2-4 kontra Thailand, imbang 2-2 kontra tuan rumah dan menang dramatis kontra Singapura di pertandingan terakhir dengan skor 2-1 dan disaat yang bersamaan, tuan rumah yang sangat bernafsu mendampingi Thailand untuk melaju ke semifinal ternyata tumbang juga di menit-menit terakhir dengan skor 0-1 untuk Thailand.
Jadilah Indonesia menggenggam tiket ke semifinal mendampingi Thailand yang mengemas point sempurna dari tiga laga, sementara Indonesia kembali lolos dari lubang jarum berkat sepasang gol Andik Vermansyah dan Stefano Lilipaly di babak kedua. Sementara, gol semata wayang Thailand kontra Filiphina yang dicetak oleh Wayang Sawarut menjadi kado keberuntungan bagi Timnas dan seluruh Masyarakat Indonesia yang melapangkan jalan Timnas menuju semifinal. Andaikan Filiphina menang? Adalah bencana bagi dunia persepakbolaan tanah air yang semakin terpuruk. Syukurlah, hasilnya sesuai dengan harapan seluruh masyarakat tanah air.
Perjalanan Timnas Yang Mirip Dengan Cara Portugal Juara Piala Eropa
Piala AFF yang dulunya bernama Piala Tiger adalah turnamen sepakbola se negara-negara di ASEAN yang diselenggarakan oleh AFF dan diakui oleh FIFA sebagai turnamen resmi yang dihelat sekali empat tahun. Piala AFF ini diadakan dengan tujuan untuk mempercepat perkembangan sepakbola diantara negara-negara ASEAN sehingga mampu mengejar negara-negara di Benua Asia hingga di dunia lewat partisipasi di Piala Dunia. Sampai saat ini, negara ASEAN masih minim kontribusinya sebagai peserta yang bisa lolos diantara 32 negara peserta Piala Dunia. Sejak era millenium baru, praktis belum ada negara ASEAN yang mampu mentas di ajang Piala Dunia.
Dengan turnamen Piala AFF yang sudah masuk kategori A oleh FIFA, seharusnya tidak hanya mampu meningkatkan nilai jual dan menyedot perhatian para penggila sepakbola se ASEAN, tetapi mampu menghasilkan timnas yang akan berlaga di Piala Dunia 2018, 2022, hingga 2030 dimana Timnas Indonesia yang punya mimpi suatu saat berlaga di ajang tertinggi Piala Dunia mampu terwujud.
Perjalanan Timnas Garuda Putih di Piala AFF 2016 seakan-akan mengingatkan kita akan perjalanan Timnas Portugal di Piala Eropa 2016 yang dihelat di Paris Juni-Juli lalu. Memang tidak afdol membandingkan dua negara ini di kancah sepakbola, karena Portugal adalah salah satu negara dengan kiblat sepakbola yang sudah diakui oleh dunia internasional, bahkan Portugal dijuluki sebagai Brazilnya Eropa karena permainan mereka yang sudah menawan dan menghasilkan pemain-pemain terbaik di dunia, sebut saja generasi Emas 2004 yang ditempati oleh Luis Figo, Rui Costa hingga sekarang muncul nama CR7. Namun, walau menjadi tim mapan dan selalu favorit juara, Portugal belum pernah merengkuh Piala Dunia, apalagi Piala Eropa jauh sebelum tahun 2016 ini.
Seperti kita ketahui, Portugal terseok-seok hingga bisa menjadi juara. Di babak penyisihan Portugal bahkan tidak pernah menang, lebih parah dari Timnas kita yang mampu mencuri kemenangan dari Singapura, sementara Portugal hanya mampu mengemas tiga poin hasil tiga kali imbang kontra Islandia, negara kecil yang diprediksi jadi lumbung gol ternyata bisa menjadi kuda hitam dan menyulitkan tim-tim mapan. Kontra Austria dan terakhir imbang kontra Hungaria dengan skor menegangkan 3-3 dan bisa lolos karena menyandang predikat tiga terbaik untuk melengkapi 16 tim yang lolos ke babak 16 besar.
Sebuah nasib dan keberuntungan tentunya yang menaungi tim Selecao hingga bisa jadi juara. Yah, dibawah tekanan hebat, ternyata CR7 mampu melaju hingga bersua dengan tuan rumah Perancis, akhirnya mencatat sejarah baru Juara Piala Eropa untuk pertama kalinya.
Setali tiga uang dengan perjalanan Timnas Garuda Jaya yang hampir tidak lolos ke semifinal andaikan imbang atau kalah dari Filiphina, tetapi syukur karena bisa melaju sampai ke semifinal dan berpeluang juara apabila bisa mengalahkan Vietnam di kandang sendiri stadion Pakansari, Bogor, Sabtu (3/12) malam ini. Vietnam bisa dikalahkan dengan syarat :
Berjuang Sampai Titik Darah Penghabisan, Bersatu Teguh Bercerai Runtuh:
Mumpung kita main di kandang sendiri, maka kita harus mampu mengalahkan Vietnam dengan segenap kekuatan kekuatan yang ada dan memanfaatkan pemain ke-12, yaitu para supporter tanah air yang sangat fanatik. Ini saatnya kita harus memberikan dukungan penuh kepada Timnas Garuda yang dimotori oleh Boaz Salossa untuk memenangkan pertandingan Homedengan menggelontorkan banyak gol dan tidak kebobolan barang satu gol. Jika gol bersarang ke gawang kita barang sebiji dan tidak mampu membobol gawang Vietnam dengan margin 2 gol, maka akan sangat sulit mengambil kemenangan di kandang Vietnam. So, timnas kita harus mampu memenangi pertandingan bagaimanapun caranya!. Bersatu dengan yel-yel penyemangat Timnas bermain otomatis memberikan spirit baru mengalahkan Vietnam. Yakinlah Bersatu kita pasti mampu mengalahkan Vietnam.
Kehadiran Pak Jokowi Menumbuhkan Spirit Pantang Menyerah :
Kabar gembira adalah kehadiran pak Jokowi yang pastinya akan memberikan dukungan dan menjadi motivasi lebih untuk mengalahkan Vietnam yang memang sangat sulit dikalahkan. Statistik di laga uji coba bukanlah menjadi indikator kita tidak bisa mengalahkan Vietnam, namun dengan kerendahan hati, kerja keras, percaya pada Yang Maha Kuasa, dewi keberuntungan, terlebih percaya pada kemampuan diri sendiri dan kerjasama tim pastinya akan mampu mengalahkan Vietnam di kandang sendiri. Jangan takut akan nama besar Vietnam tapi harus mampu berjuang dan menjadikan Bogor Lautan kekalahan bagi Vietnam.
Strategi Jitu Alfred Riedl Untuk Mengeksplorasi Kemampuan Pemain Timnas :
Melawan Singapura kita bisa menang, kenapa lawan Vietnam tidak bisa? Berkaca dari prestasi Portugal yang mampu merengkuh Piala Eropa seharusnya bisa menjadi cambuk Timnas Garuda untuk bisa berjaya untuk pertama kalinya menjadi juara di Piala AFF dengan mengandalkan kekuatan sendiri dan strategi jitu dalam menempatkan pemain dan dengan pola yang paten. Pemain belakang yang kokoh, disiplin dan mampu berkonsentrasi penuh 2x45 menit seharusnya senjatan andalan dalam menyetrilkan gawang kita dari kebobolan.
Pemain tengah fungsinya sebagai benteng pertama pertahanan dan awal penyerangan harus mampu bermain disiplin selama pertandingan sehingga Boaz, Andik dan Ferdinand mampu memanfaatkan peluang sekecil mungkin menjadi gol. Pertanyaannya, mampukah pemain kita mengantisipasi gol-gol yang akan terjadi dari bola-bola mati atau set piece? Seperti sundulan dari tendangan sudut dan tendangan bebas? Semoga saja mampu!
Akhirnya, semoga ini adalah hari dan tahunnya Timnas Garuda Indonesia bisa berjaya dan merengkuh tropi kebanggaan se Negara ASEAN ini sehingga posisi timnas kita di peringkat FIFA bisa lebih baik dan kualitasnya juga lebih baik dan diakui menjadi kiblat sepakbola ASEAN. Terlebih lagi mampu menorehkan sejarah baru menjadi juara baru seperti yang ditorehkan oleh Portugal. Semoga #312 menjadi sejarah baru menandingi #212 dengan mengalahkan Vietnam di kandang sendiri untuk modal melenggang ke final sehingga sejarah #2010 bisa terulang kembali bahkan lebih baik dengan menjadi juara AFF. Semoga!
By: KOMED
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H