Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Gerakan Nasional Non Tunai, Gerakan Revolusi Mental Mewujudkan Less Cash Society

26 November 2016   04:55 Diperbarui: 26 November 2016   05:31 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara BI Goes To Campus di Auditorium USU, Bukti BI Gencar Mempromosikan GNNT. SUmber: DOkpri

Hidup di era kekinian dan berada di antara generasi Y (Gen-Y) menjadi anugerah dan tantangan untuk dapat hidup di era teknologi dengan memanfaatkan segala kemudahan fasilitas demi kualitas kehidupan yang lebih baik. Hidup di era serba instant menjadikan generasi-generasi sebelum gen-Y untuk belajar agar tidak tertinggal jauh dari generasi melek IT ini.

Sebelum melangkah jauh ke imbas dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang super cepat dan menyasar ke arah GNNT (Gerakan Nasional Non Tunai), maka saya paparkan sedikit perbedaan antara Generasi X, Y dan Baby Boomers. Gen-Y merupakan sebutan untuk generasi yang lahir di tahun 1981-1999. Kita menyebutnya Youth atau anak muda karena usia mereka berkisar 15-34 akan menjadi penting keberadaannya karena mereka merupakan generasi yang akan atau baru memasuki dunia kerja serta para profesional muda, disamping itu Gen-Y adalah generasi yang multitasker, tentunya cerdas teknologi. Di Indonesia sendiri penelitian tahun 2010 terdapat lebih dari 80 juta Gen-Y  dan diperkirakan akan meningkat menjadi 90 juta pada tahun 2030. Ini berarti sepertiga masyarakat Indonesia berusia produktif alias Youth.

Generasi X (Gen-X) merupakan generasi nyaman akan kedatangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, fleksibel, kreatif dan berjiwa wirausahawan. Gen-X lahir di tahun 1965-1980 adalah generasi yang hidup berdampingan dengan Gen-Y. Sementara generasi Baby Boomers, adalah generasi yang lahir tahun 1946-1964, atau generasi orang tua kita yang tentunya butuh bimbingan dan bantuan dalam memanfaatkan perangkat IT, tetapi punya pengalaman hidup sehingga layak sebagai panutan.

Ketiga generasi ini tentunya hidup di era yang berbeda-beda sehingga memiliki nilai plus dan minus dalam menghadapi cepatnya perkembangan zaman. Seperti kita ketahui, jauh sebelum era Baby Boomers, sebelum munculnya uang sebagai alat pembayaran yang sah, maka yang terjadi adalah sistem barter barang, bahan pokok atau jasa antara yang satu dengan yang lain. 

Karena sangat rumit, maka diciptakanlah mata uang sebagai alat tukar yang dapat diterima secara umum, sehingga jelas fungsinya bagi pembeli dan penjual serta mampu menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Dengan munculnya mata uang, maka semua negara di dunia memiliki nilai mata uang sendiri dan fungsi uang semakin jelas, seperti: sebagai alat tukar (medium of exchange), satuan hitung (unit of account) dan sebagai alat penyimpan nilai (valuta) serta sebagai fungsi turunan yang memiliki ragam fungsi, seperti sebagai alat pembayaran utang, alat penimbun dan pemindah kekayaan serta alat untuk meningkatkan perekonomian negara di dunia internasional.

Selama ini kita telah nyaman dengan adanya uang tunai alias uang kartal yang selalu mengisi kantong-kantong kita dan kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat jual-beli barang. Keberadaan uang tunai menjadi vital karena mampu jadi solusi dalam pembayaran yang cepat, tepat, aman dan sudah dijamin oleh Negara. Namun, tanpa kita sadari ternyata uang tunai memiliki banyak kelemahan, selain sangat membahayakan keselamatan karena membawa atau menyimpan uang tunai dalam jumlah yang besar beresiko tinggi menjadi korban kejahatan, juga  ternyata uang tunai baik itu uang logam maupun kertas yang kita pegang mengandung berbagai kuman, bakteri pathogen bahkan menurut hasil penelitian, bakteri dalam uang kertas lebih banyak jumlahnya daripada dudukan dari toilet umum yang dianggap salah satu benda paling jorok.

Ini logika juga, karena perputaran selembar uang kertas atau sebiji uang logam memang sangat berliku-liku, mulai dari saya ambil dari Bank atau ATM, terus saya berikan kepada seorang penjual ayam potong di pajak yang tangannya belum tentu higienis saat sibuk membelah dan mengambil kotoran ayam dari perutnya, saat terjadi transaksi, uang saya dia masukkan ke kantong uangnya terus dia ambil uang kembalian yang sumber uangnya ntah darimana, lalu saya masukkan ke dompet dan kuman yang ada di uang kembalian saya pegang atau bercampur dengan uang higienis di dompet, dan begitulah seterusnya.

Apa itu GNNT?

Ternyata selain fakta tersebut, yang membuat Pemerintah mengubah kebijakan dari transaksi tunai ke transaksi non tunai adalah banyaknya kecolongan saat transaksi yang tidak dapat di catat secara otomatis, juga karena keinginan Pemerintah agar masyarakat mampu membuat perencanaan ekonomi yang lebih akurat serta mendukung program Go Green dengan meminimalisir pencetakan uang kertas dan logam, serta dapat meningkatkan transparansi, mencegah praktek pencucian uang, mencegah korupsi, hingga mencegah peredaran uang palsu yang sudah banyak beredar di pasaran Indonesia.

Maka, Pemerintah lewat Bank Indonesia dari tahun 2014 mencanangkan program Gerakan Nasional Non Tunai dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai, sehingga berangsur-angsur terbentuk suatu komunitas atau masyarakat yang bertransaksi non tunai dengan menggunakan instrumen non tunai (Less Cash Society/LCS) dalam kegiatan ekonominya.

COntoh instrumen Non Tunai yang sering digunakan di era kini. sumber: Dokpri
COntoh instrumen Non Tunai yang sering digunakan di era kini. sumber: Dokpri
Gerakan ini adalah gerakan revolusi mental dalam dunia perekonomian kita, dimana kita yang kebagian Gen-Y dan Gen-X harus mampu menjadi pelopor dan garda terdepan dalam mengaplikasikan GNNT ini dalam kehidupan sehari-hari. Dimana dalam bertransaksi, harus mampu pelan-pelan mengalihkan kebiasaan dengan uang tunai ke uang elektronik. Uang elektronik? Yah, uang elektronik adalah uang yang digunakan dalam transaksi internet dengan cara elektronik. Biasanya, transaksi ini melibatkan penggunaan jaringan komputer (seperti internet dan sistem penyimpanan harga digital) lainnya. Uang elektronik ini biasanya hanya disimbolkan dengan satu kartu saja yang bisa menjadi multifungsi, sehingga mampu meminimalisir penggunaan uang kertas atau logam.

Selain itu perkembangan industri yang cepat dan memberikan kemudahan dalam berbagai instrumen non tunai seperti uang elektronik yang dapat ditemukan dalam bentuk kartu (chip based) maupun berbasis server dalam telepon genggam (server bases) bisa semakin memanjakan masyarakat usia produktif negara kita yang pengguna smartphone dan internet yang semakin hari semakin meningkat jumlahnya.

GNNT Sukses DI Luar Pulau Jawa, Jika ...

Di kota-kota besar pulau Jawa, pemanfaatan GNNT sudah gencar dilaksanakan dan manfaatnya sudah terasa, seperti elektronifikasi terhadap moda transportasi, retribusi parkir hingga penyaluran bantuan sosial secara non tunai kepada penerimanya. Namun di kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti di Medan – kota terbesar di Indonesia setelah DKI Jakarta dan Surabaya – pemanfaatan GNNT atau mewujudkan LCS (Less Cash Society) masih jauh panggang dari api, kenapa? Karena promosi dan sarana penunjang LCS masih minim. Oleh karena itu tanggal 17 November 2016 bertepat di Auditorium USU, Bank Indonesia bersama dengan NET.TV dan Kompasiana mengadakan acara bertajuk BI goes to campus untuk mengsosialisasikan GNNT. Acara yang dihadiri ribuan mahasiswa, karyawan, blogger dan juga Kompasianer Medan (KOMED) ini mendapatkan pencerahan manfaat gerakan nasional non tunai dan harapan ke depannya bagaimana GNNT ini mampu meningkatkan perekonomian di Indonesia.

Ini terbukti dari banyaknya pertanyaan dari para mahasiswa apasih manfaat dari GNNT? Terjawab sudah, selain: (1) Praktis, karena hanya dengan satu kartu yang telah terisi sejumlah saldo, kita mampu bertransaksi sepuasnya, tidak ribet dengan membawa uang tunai yang banyak dan tentunya tinggal digesekkan saja ke mesin EDC (Electronic Data Capture) yang tersedia di toko-toko tempat kita belanja. Tentunya penyebaran kuman atau bakteri dari uang cash tentunya bisa teratasi. (2) Kemudahan dalam akses, dimana kapan saja dan dimana saja dengan adanya transaksi non tunai dengan memanfaatkan aplikasi yang ada di smarphone serta akses dengan chip no hp akan memberikan kemudahan dalam transaksi. (3) Transparansi transaksi, mendukung stabilitas keuangan, mudah mengontrol transaksi keuangan, mengurangi beban pajak, serta menyukseskan e-commerce (elektronic commerce) atau perdagangan elektronik.

Tentunya GNNT ini akan sukses di Medan dan juga daerah-daerah SUMUT lainnya apabila ketersediaan sarana dan prasarana pendukungnya lainnya dapat dibangun dan jangkauan akses internet dapat lebih terkoneksi semakin luas. Sangat asyik jika di kota Medan misalnya, apabila mengisi bahan bakar kendaraan di SPBU transaksi pembayarannya tinggal gesek ke mesin EDC atau mesin ATM berapa yang kita isi sehingga meminimalisir antrian yang panjang akibat waktu tersita ketika si operator mengembalikan uang kembalian si pembeli. Pun ketika di pasar-pasar tradisional, sebagai urat nadi pertumbuhan kota Medan tidak ada salahnya apabila sarana uang elektronik dikembangkan sehingga percepatan transaksi nontunai semakin cepat berkembang.

Bicara pengalaman transaksi non tunai, maka belanja online adalah salah satu contoh sederhana manfaat transaksi non tunai. Dimana kita tidak perlu repot-repot untuk datang ke pasar atau ke tempat penjualan barang yang kita inginkan, tetapi cukup dengan mengunjungi toko-toko online atau masuk ke web yang menyediakan jasa pelayanan yang kita inginkan, seperti: beli tiket pesawat online, pulsa, barang-barang elektronik atau kebutuhan sehari-hari bisa dengan online. 

Cukup dengan berselancar, ketemu, deal dengan harga dan melakukan transaksi dengan Kartu Kredit, ATM atau bayar setelah barang diterima. Walau terkesan masih rentan terkena banyaknya jebakan batman saat belanja online, namun semua bisa diatasi apabila kita benar-benar berhati-hati dan bertransaksi dengan situs-situs online terpercaya.

Slow but sure, itulah tentunya harapan akan perkembangan GNNT di masyarakat Indonesia. Pelan tapi pasti, gerakan nasional dari BI ini akan menyasar seluruh lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari kalangan atas hingga kalangan bawah, mulai dari generasi tua hingga generasi muda. Sebagai bagian dari edukasi lanjutan, saran untuk Bank Indonesia membuat program ke sekolah Menengah Atas agar menyediakan sarana uang elektronik dan fasilitasnya sehingga saat melakukan transaksi, misalnya pembayaran uang sekolah atau saat jajan di kantin sekolah, menggunakan uang elektronik. Sehingga gerakan GNNT semakin tepat dan benar. Semoga!

By. Mr Oloan (KOMED). Twitter : @oloansro

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun