Saling hormat menghormati, tenggang rasa, toleransi adalah sikap yang harus dijunjung tinggi di negara kita, apalagi Indonesia memiliki keberagaman budaya, agama, suku, ras dan latar belakang sosial, sehingga sangat rentan terjadi gesekan antar agama, antar suku akibat ulah segelintir orang yang memanfaatkan isu-isu sara, agama, dan budaya yang beraneka ragam.
Untuk meminimalisir terjadinya gesekan-gesekan akibat perbuatan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, maka sikap saling menghormati hak orang lain harus ditumbuh kembangkan sejak dini dalam diri anak-anak kita, sehingga di era globalisasi ini, dimana budaya asing sangat gampang merasuki diri anak-anak kita akibat pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menggerus adat dan budaya lokal harus diimbangi dengan pemahaman saling harga menghargai, hormat menghormati, toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Keberagaman budaya, kepercayaan, suku, ras dan sebagainya akan terbina apabila seluruh warga saling menghormati.
6. Cinta pada pekerjaan
Ini adalah dilema orang Indonesia, karena rata-rata orang Indonesia belum sepenuhnya mencintai pekerjaan yang telah dia dapat. Bukti dari kurang cinta terhadap pekerjaan yang telah dia peroleh adalah maraknya pungli, munculnya premanisme akibat pilih-pilih pekerjaan, pekerjaan yang tersedia tidak sesuai dengan keinginan, sementara untuk mencari pekerjaan yang levelnya lebih menjanjikan tidak memiliki kualitas maupun tidak dapat memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Tingkat pendidikan yang rendah, kualitas sumber daya manusia yang tidak mampu berdaya saing turut menjadi faktor yang menjadikan pekerjaan yang dia punya tidak dia cintai. Belum lagi faktor mental dan etika yang kurang tertanam mengakibatkan sikap melakukan korupsi gampang terjadi di Indonesia sehingga negara kita tetap pada posisi negara berkembang, karena ketidak mampuan bekerja dengan maksimal untuk memberikan yang terbaik untuk keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Belum lagi masalah pilih-pilih pekerjaan, dimana orang Indonesia sudah terkenal untuk lebih memilih pekerjaan di kantoran, pemerintahan (PNS), ketimbang menjadi seorang entrepeneur (wirausahawan), ataupun menjadi petani atau pedagang. Ini adalah fakta yang tidak terbantahkan, setelah tamat SMU ataupun tamat perguruan tinggi masih lebih berminat menjadi pekerja atau karyawan dibandingkan menciptakan lapangan kerja.
Setidaknya, data Kementerian Pendidikan Nasional memperlihatkan data itu, dimana umumnya lulusan SMA (60,87%), dan perguruan tinggi (83,18%) lebih berminat menjadi pekerja dan karyawan (joob seeker) dibandingkan berupaya menciptakan lapangan pekerjaan. Sementara menurut data Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah menyatakan bahwa Indonesia masih membutuhkan sekitar 4,75 juta orang wirausaha, sedangkan berdasarkan pendekatan usaha formal jumlah yang tersedia 592.467 orang wirausaha, atau masih dibutuhkan sekitar 4,15 juta wirausaha.
Sudah saatnya menanamkan jiwa cinta terhadap pekerjaan kita sejelek apapun pekerjaan kita asalkan itu halal dan bukan pekerjaan yang kotor, juga menanamkan jiwa dan semangat berwirausaha agar masyarakat produktif di negara kita mau dan mulai menciptakan dunia usaha untuk Indonesia yang lebih baik. Disamping itu menumbuhkan minat dan bakat anak sangat penting diterapkan sejak dini.
7. Berusaha keras untuk menabung dan investasi
Mari kita ajarkan anak-anak kita semangat untuk menabung dirumah. Membuatkan atau membelikan celengan dan memberi contoh cara menabung akan menanamkan sikap hemat dan suka menabung nantinya dalam diri anak dalam proses pendidikannya natinya. “Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit”, seharusnya menjadi peribahasa yang ampuh untuk mempersiapkan anak dalam menabung.