Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Dari Dulu Sampai Sekarang: Minyak Kayu Putih Cap Lang Menjadi Penghangat Andalan Keluarga

27 Oktober 2016   20:22 Diperbarui: 27 Oktober 2016   20:48 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Omak...!!?? dingin kalilah.....!!!” ujar si anak sambil berlari-lari kecil keluar dari kamar mandi, sementara tangannya merapat ke mulutnya menahan dingin yang tidak ketulungan. Mamak yang biasa kami panggil Omak – panggilan khas suku Batak Toba – langsung bereaksi cepat. Beliau mengambil minyak kayu putih Cap Lang yang memang selalu beliau sediakan untuk keluarga kami sebagai penghangat tubuh juga untuk menjegal masuk angin, dengan sigapnya tangan beliau mengoleskan dan menggosok-gosokkan minyak kayu putih cap lang tersebut ke bagian perut, punggung kami secara bergantian dan menyuruh kami memakaikan baju usai diolesi dengan minyak kayu putih cap lang tersebut. 

Tradisi ini berlanjut ke adek-adek kami. Intinya, minyak angin cap lang menjadi penghangat keluarga dari tahun 1988 yang saya ingat mulai masa itu menggunakan minyak angin cap lang.

“Oppung.... beli minyak angin cap lang-lah!?” pintaku ketika saya disuruh mamak membeli minyak angin cap lang di sore hari. “Ahai....?”, ujar oppung boru istri dari yang punya kedai bermarga Sinaga ini, kedai kelontong yang waktu itu menjadi kedai terbesar disekitar rumah kami, kurang mendengar permintaan saya. Maklum usia oppung ini sudah 70-an lebih dan pendengarannya sudah kabur. 

“Minyak angin cap lang oppung..!!!” ujar saya meninggikan suara saya, sambil memberikan uang Rp 1000-an. Oppung itu memberikan minyak angin cap lang dan uang kembaliannya. Begitulah rutinitas kami yang hidup di daerah yang hawanya dingin dan menusuk tulang. Lagunya ada kok, “Tanjung Beringin, hawanya dingin. Tanpa minyak angin, kamu kena angin, bisa-bisa kamu jadi sakit”.

Hidup disekitar Danau Toba menurut sejarahnya harus hidup diatas kenyataan berada di iklim yang sangat dingin. Hidup didaerah Danau Toba dengan luas wilayah mencapai hingga tujuh kabupaten, yah kami yang di kabupaten Dairi saja yang jarak tempuhnya tiga jam dianugerahi iklim yang sangat dingin diharuskan untuk mencari berbagai cara dalam mendapatkan kehangatan. Sejarah Ulos membuktikan bahwa masyarakat yang hidup di sekitar Danau Toba mendapatkan ide yang luar biasa untuk menciptakan Ulos yang dapat dijadikan sebagai penghangat tubuh kala dingin menyerang. Ketika unsur Api dan Matahari tidak dapat dijadikan sahabat yang setia menemani nenek moyang kita untuk menjadi penghangat mereka, maka mereka menciptakan Ulos sebagai selimut setia dari terpaan angin dan dinginnya alam. Itulah awal cerita terciptanya Ulos yang sekarang lebih di sakralkan menjadi perekat dalam kebudayaan Batak. 

Lah, kok ngomongin Ulos? Yah nga papa sedikit menyinggung Ulos yang dijadikan Selimut oleh nenek moyang suku Batak yang disebut ‘manusia-manusia gunung’, karena mereka hidup di dataran tinggi yang siap bertempur melawan dinginnya cuaca yang menusuk tulang.

Ini sangat berkaitan erat dengan sejarah kemunculan minyak angin – minyak penghangat – cap lang yang muncul tahun 1973 oleh PT Eagle Indo Pharma yang lebih dikenal orang dengan sebutan Cap Lang. Menurut saya awal terciptanya ide minyak gosok harum ini adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan minyak tetes yang bisa menghangatkan tubuh sekaligus bisa menyembuhkan penyakit-penyakit alam yang diderita masyarakat Indonesia yang sembuh seketika, misalnya: gatal karena di gigit serangga, atau semut. Sering pengalaman, ketika masih SD dan SMP sepulang sekolah, istirahat satu atau setengah jam, lalu kami harus berangkat ke ladang untuk mencangkul, memetik kopi, mencari kayu bakar, atau apalah yang harus dikerjakan menurut yang sudah dijadwalkan oleh orang tua. 

Nah, saat bergelantungan di kayu kopi atau saat mencangkul diantara pohon-pohok kopi, seringkali kami digigit semut atau sejenis serangga. Ketika kita menjerit atau kaget karena gigitan serangga, maka minyak angin Cap Lang yang selalu dibawa ke ladang, tidak lupa langsung di oleskan.

Dalam hitungan detik, maka rasa gatal-gatal, perih dan sejenisnya dapat hilang seketika dan aktivitas dapat dikerjakan kembali. Bahkan ketika masuk angin menyerang, perut jadi kembung karena sering kena hujan sewaktu di ladang. Pastinya kalau daerah yang iklimnya dingin pasti curah hujannya juga sangat tinggi, bisa-bisa dalam satu hari total turun hujan, seperti yang daerah kami alami. Sehingga saat turun hujan, menerobos hujan bukan masalah lagi bagi kami yang dapat mengakibatkan perut kembung dan masuk angin. 

Sehabis mandi, mamak selalu mengingatkan dan membuatkan ramuan dari Cap Lang. “Minum klean ini..!!”, sambil menyodorkan gelas berisi air putih hangat yang ternyata sudah di tetesi oleh minyak angin Cap Lang. Meminumnya walau terasa pahit dan asem-asem di mulut, tetapi di perut berkhasiat ampuh dalam mengeluarkan angin di dalam perut. Abis minum air putih hangat yang di tetesi minyak angin Cap Lang, siap-siaplah anda akan buang angin terus.

Kebiasaan menggunakan minyak angin Cap Lang sudah menjadi kebutuhan, bukan hanya keluarga kami, tetapi rata-rata masyarakat yang hidup di pegunungan mengandalkan minyak angin Cap Lang untuk membantu menghangatkan tubuh mereka dan untuk mengobati penyakit-penyakit ringan. Bahkan, bagi saya minyak angin Cap Lang lebih dari sekedar teman, karena jika saya flu maka saya tinggal olesi bagian hidung saya dengan minyak angin Cap Lang, juga menghirupnya dalam-dalam agar hidung saya tidak tersumbat lagi. Sebelum tidur, saya olesi minya angin Cap Lang di bagian leher, hidung dan jidat untuk menjadi penghangat dan menambah nyenyak tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun