Pertama, hubungan yang harmonis antara orangtua, antara seluruh penghuni rumah, dan mampu memberikan kasih sayang yang tulus kepada anak. Jika kondisi di dalam rumah kondusif, dimana ayah sebagai pemimpin dalam keluarga menjalankan fungsinya dengan baik, ibu sebagai pendamping suami, karena diciptakan dari tulang rusuk sang suami, sehingga posisinya tidak lebih tinggi dari suami, juga tidak lebih rendah, tetapi berfungsi sebagai orang yang dipercaya untuk mengurusi rumah tangga, menjadi ibu bagi anak-anak, mewujudkan kesejahteraan keluarga dengan cerdas, hemat, dan bijaksana dalam mengatur keuangan keluarga, mampu menjaga nama baik keluarga, sehingga sukses tidaknya rumah tangga dan keluarga ada di tangan sang ibu. Begitu juga dengan anggota keluarga yang lain, jika mampu saling bersinergi untuk menciptakan keluarga yang harmonis, maka suatu keniscayaan jika keluarga itu baik dan anak-anaknya akan sukses.
Kedua, rumah yang sehat pastilah menghasilkan generasi yang sehat juga. Di era kekinian, kebanyakan orangtua lebih memperhatikan fisik dari rumah saja, mayoritas orangtua lebih suka bangunan rumah yang tinggi menjulang alias bertingkat, luas, dan dikelilingi tembok tinggi, sementara aspek lingkungan sekitar tidak diperhatikan, seperti terciptanya lingkungan sekitar yang asri, hijau, saluran air yang baik, hingga memelihara normalisasi suhu udara dengan meminimalisir penggunaan Air Conditioner(pendingin ruangan) yang berdampak pada makin meluasnya efek global warming (pemanasan global) yang sedang mengancam bumi kita. Padahal, dengan rumah yang sederhana, layak huni, dipastikan akan mampu memenuhi kebutuhan fisik sehari-hari penghuni rumahnya, seperti : tempat beristirahat setelah lelah seharian beraktifitas, tidur, belajar, membaca, bercengkrama antar anggota keluarga, memasak, dan lain sebagainya. Rumah yang sederhana juga mampu memenuhi kebutuhan rohani keluarga para penghuni rumahnya, seperti : melindungi keluarga dari serangan penyakit, pengaruh cuaca yang tidak menentu, angin, tempat keluarga untuk berdoa, beribadah, berinteraksi dengan baik, tempat orangtua mencurahkan kasih sayangnya, dan membentengi keluarga dari pengaruh-pengaruh buruk lingkungan sekitar rumah.
Ketiga, menjadikan rumah sebagai tempat yang nyaman tempat anak untuk tumbuh dan berkembang. Rumah yang nyaman dengan ventilasi yang memadai untuk mengatur sirkulasi udara sehingga penghuni rumah dapat bernafas dengan baik. Mengeluarkan gas karbondioksida (CO2) dan menghirup gas oksigen (O2). Rumah yang tenang, nyaman, dan segar akan memudahkan penghuni rumah untuk betah tinggal di dalam rumah. Begitu juga dengan pencahayaan rumah yang baik, terang, yang berasal dari kaca rumah akan berfungsi untu membunuh kuman, bakteri dan mampu memberikan semangat bagi anggota keluarga. Yang paling penting, di dalam rumah tersedia sarana penunjang aktivitas keluarga, semisal : sarana air bersih, mandi, cuci, dan kakus (MCK), tempat pembuangan sampah dan air limbah keluarga, dapur, gudang, dan lain sebagainya. Yang paling penting, di dalam rumah harus tersedia ruang belajar untuk anak, sehingga anak mampu belajar dengan baik dirumah dan memberikan prestasi yang membanggakan disekolah. Suasana nyaman, tenang, tentram, jauh dari hiruk-pikuk pastilah mendukung dalam proses panjang pendidikan anak.
Sebagai penutup dari tulisan ini, adalah bahwa pendidikan keluarga di dalam rumah peranannnya sangat vital dalam mewujudkan revolusi mental dan nawacita yang didengung-dengungkan oleh pemerintahan Jokowi-JK. Peranan keluarga dalam mendidik anak adalah kunci suksesnya pendidikan karakter sebagai dasar pembentukan pribadi anak Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap akan tuntutan perubahan zaman.Â
Rumah dan fungsinya sebagai etalase pendidikan keluarga, seharusnya mampu menjadi benteng dari derasnya arus globalisasi yang ditandai dengan masuknya pengaruh negatif dari teknologi informasi dan komunikasi. Pendidikan di dalam keluarga, di dalam rumah seharusnya mampu memberikan pemahaman akan manfaat jika menguasai teknologi informasi dan komunikasi, yaitu bisa menjadi kreatif, inovatif, dan juga kreatif. Jadi, sudah saatnya kita mulai mewujudkan revolusi mental dan nawacita dari pendidikan karakter kepada anak yang dimulai dari keluarga dan rumah. Semoga ! Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H