“Kalau saya (Ahok) nanti mati juga, jangan-jangan ada ‘kuburan Ahok’, dan bisa jadi tempat wisata (destinasi wisata) deh. Jadi mati saya menolong orang kan, bisa menambah mata pencaharian juga (dikuburan), karena ketika orang ke Belitung selalu menanyakan “Rumah Ahok dimana?”. Kata Ahok
Ahok, didaulat sebagai orang paling galak se-Indonesia barang kali, tetapi juga paling disukai dan dicintai oleh mayoritas rakyat Indonesia, dan rakyat Jakarta khususnya atas kinerja yang dia perbuat setelah resmi menjadi Gubernur Ibukota Indonesia, setelah pak Jokowi menjadi Presiden RI ke-7. Resmi menjabat orang nomor satu di DKI sejak tanggal 19 November 2014, Ahok gencar melakukan penggusuran dan pembangunan.
Warga Jakarta yang gemar tinggal di sekitar kali, digusur dan dipindahkan ke Rusun (rumah susun) warga yang lebih manusiawi dan lebih layak ditempati. Daerah Aliran Sungai (DAS) disterilkan dari rumah-rumah penduduk dan dibuat lebih indah. Walau bukan orang Jakarta, namun dari cerita teman-teman maupun media sosial yang menceritakan betapa berbedanya wajah Jakarta ditangan Ahok ini membuat saya kagum dan menaruh harapan besar bahwa Jakarta akan layak menjadi destinasi wisata Ibukota, juga bebas dari namanya banjir. Kalau mau bebas dari macet? Setuju ama koh Ahok, batasi volume kendaraan roda empat maupun roda dua, beralihlah ke TransJakarta maupun angkutan kota lainnya.
Ahok, dari kurun waktu tahun 2014 – 2016 ini sah menjadi sosok yang paling dicari dan ditampilkan ditelevisi berkat ulah-ulahnya yang dianggap kontroversial sekaligus memikat untuk diliput. Benar saja, dua hari yang lewat salah satu stasiun televisi swasta dalam acara kesukaan, @KickAndy sukses menampilkan Ahok seorang. Program itu sukses membongkar semua sisi kehidupan dan kebijakan Ahok. Pertanyaan-pertanyaan host yang menohok, dapat dijawab Ahok dengan elegan dan tidak terprovokasi, namun mampu mengikuti logika berpikir pak Ahok, dan menghapus ‘racun’ negatif yang telah menggerogoti pikiran kita semua akan statemen-statemen negatif akibat kebijakan Ahok yang dilontarkan lawan-lawan politiknya maupun pejabat lain yang tidak suka dengan sikap Ahok.
Pendekar Ahok Diantara Ratusan Lawan
Bicara Ahok, maka kita bicara aset bangsa yang mengajarkan bagaimana seorang pejabat yang tidak mau kompromi dan berusaha jujur mengelola keuangan Rakyat. Semuanya berawal ketika pendekar Ahok menerapkan jurus E-Budgeting untuk membongkar praktek penggelembungan Anggaran Belanja DKI yang kerap dilakukan oleh kolaborasi antara kaum Legislatif dan kepala dinas maupun kepala suku dinas untuk mendapatkan keuntungan.
Ahok yang sudah punya pengalaman sebagai anggota DPR di Komisi II periode 2009 – 2014, sudah tau bagaimana kotornya permainan disana “Pengalaman adalah Guru yang Paling Baik”, tentu ingin mengakhiri tabiat lama para wakil rakyat yang bermulut sangat sopan, santun berbicara, tetapi punya tabiat buruk jika berhubungan dengan uang. Benar saja, ada perbedaan, baik itu peruntukan anggaran, maupun jumlah nominal anggaran versi Anggota DPRD dengan anggaran DKI yang telah dientri oleh Pemprov DKI dan telah dilock dengan sistem E-budgeting yang menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi sehingga pengawasan keuangan lebih akurat dan terjamin.
Hal yang sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tangung Jawab Keuangan Negara. Polemik terus berlanjut, hingga muncul Anggaran Siluman bernama Pengadaan UPS (Uninterruptible Power Supply) yang harga pengadaannya bermiliar-miliar rupiah. Mungkin bang Abraham Lulung tidak tau juga apa itu UPS dan fungsinya, karena saat diwawancarai, malah keseleo bilangnya itu USB yang makin bikin publik penasaran.
Mungkin bang Haji Lulung masih perlu belajar lebih keras lagi untuk ngalahin pendekar Ahok, bahkan di Pilkada DKI nanti 2017. Karena dengan sesumbar bang Haji Lulung berujar “Jangan kan dengan Yusril, dengan saya saja kalah Ahok”, ketika mengomentari majunya Yusril Ihza Mahendra, pengacara sekaligus bekas Menteri Kehakiman di era Gusdur untuk bersaing dengan Ahok sang petahanan. Saya tersenyum-senyum saja menanggapi psywar yang diutarakan lawan-lawan Ahok dalam mewujudkan Jakarta, etalase Indonesia yang bersih dari praktek korupsi dan Indonesia yang ber-Ketuhanan dan ber-Keadilan Sosial.
Ahok dengan tegas, akan terus membenahi Jakarta, terus maju pantang mundur untuk mewujudkan Jakarta dari pedagang kaki lima, menyediakan lapangan pekerjaan dan mensejahterakan para pegawai Jakarta. Maju terus dengan kebijakan-kebijakannya yang membuat @kickAndy dan seluruh penonton hanya tertawa dan senyum saja ketika Ahok menaggapi dengan santai ancaman-ancaman para lawan-lawannya.
Ketika komunitas #TemanAhok yang sibuk mempersiapkan Ahok jadi Gubernur untuk kedua kalinya, malah Ahok berkata jujur tidak ada persiapan sama sekali, karena Ahok sangat yakin bahwa jika permainan Pilgub nanti jujur dan tidak ada kecurangan, bakal menang karena Ahok sudah bekerja maksimal. Untuk menghapus korupsi adalah transparansi, itulah kata kunci Ahok dalam memenangkan hati rakyat Jakarta.
Adalah Amelia Ayuningtias, Jubir #TemanAhok yang membuat pak Ahok dan bang Andy plangak-plongok karena jumlah pendukung Ahok yang benar-benar sudah valid telah menyentuh angka 663 ribu KTP dari 1 juta KTP sebagai syarat jika Ahok nantinya maju di Pilgub DKI 2017 dari jalur Independent. Lah, klo hanya ngumpulin KTP kan gampang? Hmm benar, tapi ini sudah valid, capek jelasinnya disini, mending nonton videonya berikut ini :
https://www.youtube.com/watch?v=lNb6ZUzKzXM
Walau saya bukan warga Jakarta, tapi pelajaran berharga dari Ahok ini mengharuskan saya untuk memberikan dukungan, semoga mampu menyelesaikan tugas-tugas dan mengemban jabatan dengan baik. Semoga, bisa memimpin Jakarta 5 tahun lagi, dan andaikan-pun tidak terpilih, masih ada tempat lain yang harus kita benahi dengan baik. Selamat Tahun Baru Cina, semoga di tahun 2016 yang dikenal sebagai Tahun Monyet Api, Ahok dan kita semua yang memiliki hati dan niat baik untuk memperbaiki Indonesia ini belajar dari sosok Sun Go Kong, karakter dari dongeng Cina sebagai pribadi yang garang, nakal, payah tunduk pada aturan, tetapi berhati baik, bergaya ceplas-ceplos, tetapi bijak, jujur, dan menjadi penunjuk jalan bagi Biksu Tong dalam mengambil Kitab Suci. Pun dengan kita yang harus keras dan ngotot untuk memperjuangkan Indonesia yang ber-Ketuhanan dan ber-Keadilan Sosial. Semoga...!!!
Gong xi fat chai....!! jangan terlalu tegang..santai saja menanggapi artikel ini..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H