Hari kedua lebih menarik, karena Pak Timbul Pardede perwakilan dari SEAMOLEC (sebuah institusi yang bernaung dibawah Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) atau Organisasi Menteri-Menteri Pendidikan se Asia Tenggara yang bertanggung jawab untuk mengembangkan Pendidikan Terbuka dan Pendidikan Jarak Jauh di Asia Tenggara) memberikan materinya dan mengajak para peserta untuk bisa bekerja sama dengan pihak Seamolec yang akan memfasilitasi beberapa program unggulan dari Seamolec antara lain Sea Digital Class, respon dari Guru TIK peserta workshop sangat luar biasa dengan banyaknya pertanyaan yang terlontar untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut tentang program –program dari Seamolec.
Setelah pak Timbul beraksi, dilanjutkan oleh pak Sarjani dari PUSTEKKOM (yang merupakan ayah dari SEAMOLEC) membawakan topik “Membangun Pembelajaran Yang Kreatif dan Innovatif berbasis TIK”, beliau mengajukan tantangan untuk para Guru TIK di seluruh Indonesia untuk mengisi konten di Rumah Belajar dengan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif, dan berharap agar Guru TIK di Indonesia lebih fokus pada pengembangan kreativitas dan inovasi pembelajaran, ketimbang mengeributkan persoalan-persoalan yang sebenarnya telah dipikirkan oleh Pemerintah jalan keluarnya.
[caption caption="Proses kerja kelompok dalam penyusunan program kerja Guru TIK se indonesia"]
Berkah menulis memang tidak terduga, pengalaman menulis di Kompasiana, akhirnya bisa ketemu dengan pak Purwanto, wakil ketua Federasi Guru-Guru TIK dan KKPI ini, juga berkesempatan untuk mendengarkan paparan dari Ketua Federasi, mas Firman Oktora. “Opportunities, Innovation, Art of Execution, Technology Value adalah 4 (empat) prinsip utama dalam berorganisasi. Dengan tema, “Peran organisasi profesi dalam meminimalisasi disparitas kompetensi guru TIK”, mas Firman mengajak kepada guru TIK agar membangun organisasi profesi yang cerdas, bermoral, aktif, dan kreatif sehingga bisa menjadi organisasi yang dapat memberikan manfaat untuk pengembangan kompetensi dari para anggotanya, bukan menjadi alat untuk saling menyerang, menjatuhkan, bahkan membully anggota maupun pihak lain yang beda pendapat. Guru TIK se-Indonesia seharusnya bisa lebih kompak, lebih sabar, lebih menggunakan hati dan pikiran yang jernih untuk menyuarakan hak-haknya, dan menyikapi keadaan oleh karena kebijakan Pemerintah.
Karena pada dasarnya, perubahan Kurikulum merupakan suatu keniscayaan, oleh karena itu diperlukan Guru TIK yang memiliki wawasan terbuka dan positif. Pergeseran paradigma Guru sebagai ujung tombak pembelajaran, menjadikan posisi Guru TIK semakin krusial dalam penerapan kurikulum di abad 21 ini. Percepatan penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk menghadapi era MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), tidaklah lepas dari konsep pendidikan yang ditawarkan oleh Pemerintah.
Program Kerja Guru TIK Tahun 2016
Untuk mendukung program Pemerintah dalam mengupayakan terbangunnya lingkungan ber-TIK di sekolah, karena sesuai dengan Permendikbud nomor 68 tahun 2014 tentang peran guru TIK dalam implementasi Kurtilas, yang mana terdapat proses pergeseran guru TIK yang semula hanya menjadi tenaga pengajar, kini lebih menjadi fasilitator yang membimbing peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan dalam memanfaatkan TIK untuk pembelajaran.
Maka, kami dibagi menjadi 4 (empat) kelompok untuk ikut terlibat dalam merumuskan dan membahas empat goal atau tujuan utama dari Workshop Guru TIK se-Indonesia ini, yaitu : (I) Program Kerja guru TIK, (II) Penyusunan Kompetensi TIK, (III) Innovasi IT, dan (IV) Rancangan Buku Guru TIK. Kebetulan saya ada di kelompok terakhir yang membahas Rancangan Buku TIK, disini terjadi perdebatan sengit dalam menentukan seperti apa nantinya buku pedoman TIK untuk guru dalam melaksanakan pembelajaran, baik itu untuk Guru TIK maupun untuk guru mata pelajaran lain. Tidak hanya di kelompok saya, di kelompok lain juga terjadi perdebatan yang menjadikan suasana kelompok riuh. Sayapun mengambil kesimpulan apabila memang Guru-Guru TIK itu adalah guru yang kritis, tidak sungkan dalam mengeluarkan pendapat mereka, genius, maka tidak salah apabila banyak jadinya guru-guru TIK berseberangan, karena tidak sependapat, dan saya maklum apabila sekarang begitu banyak organisasi-organisasi TIK bermunculan untuk menyuarakan pendapat mereka, karena berbeda pemikiran dalam menyikapi apa yang terjadi akibat Permendikbud nomor 68 tahun 2014.
Kerja kelompok yang alot dimulai dari pukul 13.00 WITA, akhirnya selesai dirumuskan hingga waktunya makan malam, pukul 19.00 WITA dan akan dipresentasikan setelah selesai jam makan malam dalam Rapat Pleno. Dimulai dari kelompok I, yang menimbulkan banyak perdebatan yang memanas antara para peserta yang menandakan bahwa mereka peduli dengan Perkembangan TIK ke arah yang lebih baik. Rata-rata setiap presentasi, banyak yang bertanya, menandakan tingginya semangat dari para peserta membuat kegiatan Workshop hari ke-2 berakhir pada pukul 22:15 WITA. Semoga semangat dan antusias yang ditunjukkan peserta bisa memberikan sebuah hasil yang terbaik untuk Guru TIK dan pendidikan di Indonesia.
Hari Terakhir
Hari terakhir diisi dengan penyerahan hasil penyusunan program Kerja Guru TIK se-Indonesia yang telah disusun dan dipresentsikan kepada ibu Dr. Dian Wahyuni, dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud, setelah beliau memberikan presentasi dan penguatan kepada Guru TIK yang hadir, bahwa Direktorat yang beliau pimpin akan terus mengusahakan yang terbaik bagi dunia pendidikan, khususnya posisi Guru TIK dalam Kurikulum Nasional. Tidak henti-hentinya beliua meminta Doa dan Dukungan agar TIK kembali mendapat tempat yang terbaik dalam kurikulum nantinya.