Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peran Saya, Guru TIK dalam Upaya Mencegah Korupsi di Lingkungan dan Masyarakat

15 Desember 2015   22:28 Diperbarui: 15 Desember 2015   22:54 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Karena, pendidikan karakter yang baik yang diterapkan dirumah dan di sekolah dipercaya akan menumbuh kembangkan sikap anti korupsi bagi peserta didik yang dapat dibawa hingga kelak saat menjadi pemimpin negeri ini.

Sikap konsekuen dari orang tua dalam mendisiplinkan anaknya, sangat diperlukan untuk menghasilkan generasi yang displin dan berkarakter tidak korupsi. Orang tua tentu tidak ingin anaknya untuk bersikap tidak jujur, berbohong, maka orang tua harus menunjukkan hal yang sama sebagai contoh kepada anak. Jangan sebaliknya, orang tua menginginkan hal tersebut tetapi sikap/tingkah laku yang dilihat anak terhadap orang tua tidak sesuai dengan apa yang diajarkannya. Hal di atas sejalan dengan 18 teori membesarkan anak secara bijaksana seperti yang disampaikan oleh Dorothy Law Noite yang isinya sebagai berikut:

  • Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
  • Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
  • Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah.
  • Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri.
  • Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri.
  • Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian.
  • Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah.
  • Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
  • Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
  • Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
  • Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai.
  • Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
  • Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan.
  • Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar dermawan.
  • Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan.
  • Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
  • Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
  • Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran.

Nah, belum terlambat untuk mencegah sikap korupsi, karena tidak ada kata terlambat untuk berbuat suatu kebaikan demi negeri yang kita cintai ini. Mari kita cegah perilaku korupsi dengan membenahi sikap-sikap dan perilaku kita di rumah, sekolah, lingkungan sekitar untuk negara Indonesia Bebas dari Korupsi, bukan bebas untuk Korupsi. Pemahaman dengan mengatakan dan mengajarkan “Tidak” dan “STOP” pada Korupsi, tidak gampang tergoda untuk korupsi berjamaah, harus dipelihara sejak dini untuk Indonesia yang lebih baik.

  • Penutup

Revolusi Mental adalah semangat memberantas korupsi dan itu hanya mungkin terwujud, apabila dimulai dari dalam diri kita untuk melakukan semangat Revolusi tanpa melihat orang lain. Perilaku sadar yang diikuti oleh aksi nyata. Pertama, aksi nyata tingkat pribadi. Kedua, aksi nyata tingkat keluarga. Dan, ketiga, aksi nyata tingkat masyarakat akan pasti dapat menghentikan perilaku korupsi yang sudah menggurita, khususnya korupsi berjamaah yang sudah menjadi kebiasaan. Bersih-bersih dari diri sendiri di rumah, sekolah, lingkungan masyarakat adalah inti dari Semangat Revolusi Mental yang dimaksud oleh Pak Jokowi. Wujud nyata saya Mencegah Korupsi adalah, Semangat Jujur dan Semangat Cegah Korupsi.

Medan, 13 Desember 2015

Karya Tulis ini dibuat untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Dalam Rangka Memperingati Hari Anti Korupsi Internasional Tahun 2015

 

Hormat saya,

Penulis,

Agus Oloan Naibaho, S. Kom

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun