[caption id="attachment_362893" align="aligncenter" width="560" caption="Napak Tilas KAA di Bandung, April 2015. Perdana Menteri RI Ali Sastroamijoyo dan Pemimpin Cina Tahun 1955/Sumber: merdeka.com, bbc.co.uk"][/caption]
Sejarah terulang kembali, gambaran bagaimana suksesnya Konferensi Asia-Afrika 2015 mengikuti suksesnya Bandung, khususnya Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika yang berlangsung dari tanggal 18-24 April 1955. Bandung dan Jakarta menjadi tuan rumah yang sangat ramah dan memanjakan para Pemimpin-Pemimpin Negara dari Asia dan Afrika yang dihadiri oleh 34 Kepala Pemerintahan dan ribuan delegasi yang mewakili 77 negara.
KAA dengan tema “Asia-Afrika Business Summit” dan “Asia-Afrika Carnival” telah berakhir dan memberikan kesan yang baik bagi seluruh pemimpin dunia. Dunia kembali terhenyak dengan Konferensi yang mempertemukan para pemimpin dari Asia dan Afrika yang kompak bertemu, berdiskusi dan membahas permasalahan-permasalahan dunia, mulai dari ekonomi, perdamaian dunia dan kesejahteraan diantara negara selatan-selatan yang nantinya akan berkonstribusi penuh terhadap kesejahteraan dunia.
Sukses KAA tahun ini sebanding dan lebih menggigit dari tahun 1955, yang mana kala itu Indonesia lewat Presiden Soekarno dan Perdana Menteri kala itu Ali Sastroamijoyo mempelopori bersama dengan Perdana Menteri dari India, Pakistan, Srilangka dan dari Myanmar untuk mengadakan suatu gerakan Non Blok dan memperjuangkan hak kemerdekaan negara-negara Asia dan Afrika dari penjajahan blok Barat seperti Inggris, Belanda, Perancis dan Spanyol dalam bentuk neokolonialisme.
Bandung, kota kembang dihunjuk kala itu oleh Presiden RI, Soekarno menjadi tuan rumah Konferensi yang tujuannya untuk merumuskan masalah umum – 60 tahun lalu terjadi perang dingin antara blok Barat dengan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Sovyet, menyiapkan pedoman operasional kerjasama antar negara Asia-Afrika, serta menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia, yang hasilnya disebut dengan “Dasa Sila Bandung” yang sangat mendunia. Nah, itulah yang ingin kembali ditapaktilasi oleh Indonesia kepada Dunia Internasional saat KAA berlangsung kembali ditempat kelahirannya setelah 60 tahun.
Presiden RI-7 Joko Widodo menyatakan langsung bahwa inilah momen yang sempurna bagi dunia untuk mengingat bahwa Indonesia telah memainkan sejarah penting dalam sejarah dunia. Ia ingin semua pihak mempersiapkan pesta KAA ke – 60 dengan baik dan ingin membuka kembali memori dan ingatan bagaimana Presiden Soekarno mengguncang dunia dan mengajak agar semua peserta KAA yang berjumlah sekitar 29 pemimpin negara Asia dan Afrika bersatu dan bersama-sama mengangkat derajat negara Asia-Afrika agar sama dan sejajar dengan bangsa lain.
Pun, setelah 60 tahun Jokowi kembali mengingatkan lewat pidatonya bahwa isu-isu perdamaian, kolonialisme dan kesetaraan HAM kembali dikumandangkan oleh Presiden ini di KAA Bandung-Jakarta 19-24 April 2015 yang lalu. Dengan lantangnya, Jokowi mengkritisi ketidakmampuan PBB dalam menangani masalah ketidakadilan, kemiskinan global dan penguasaan ekonomi yang tidak berimbang. Berikut oleh-oleh yang harus diapresiasi dan menjadi kenangan bagi masyarakat Indonesia maupun Global pasca KAA ke – 60 di Bandung dan Jakarta :
1.Pidato Dukungan Pemerintah Republik Indonesia Untuk Kemerdekaan Palestina
[caption id="attachment_362895" align="aligncenter" width="630" caption="Pidato presiden RI Jokowi saat KAA ke - 60 di KAA/sumber: setkab.go.id"]
Jika Presiden Soekarno berkobar-kobar mengajakpara Pemimpin negara Asia-Afrika 18 April 1955 untuk menentang kolonialisme penjajahan dan mengusahakan Kemerdekaan, maka Presiden RI ke – 7 Jokowi mengajak para peserta Konferensi agar bersama-sama memerangi narkoba – yang menghancurkan masa depan anak-anak, juga ancaman kekerasan, pertikaian dan radikalisme seperti yang ditunjukkan oleh kelompok ISIS. Yang paling menghenyakkan banyak negara termasuk Amerika Serikat adalah sikap Presiden terhadap PBB dan kritik terhadap ketidakadilan yang didapat Palestina.
“Bangsa-bangsa di Asia Afrika mendesak reformasi PBB agar berfungsi optimal sebagai badan dunia yang mengutakaman keadilan bagi kita semua bagi semua bangsa. Bagi saya ketidakseimbangan global semakin menyesakkan dada. Kita dan dunia masih berutang kepada rakyat Palestina. Dunia tidak berdaya menyaksikan penderitaan rakyat Palestina. Kita tidak boleh berpaling dari penderitan rakyat Palestina. Kita harus mendukung sebuah negara Palestina yang merdeka”. Jelas bahwa Indonesia berdiri digaris depan untuk kemerdekaan Palestina yang sejak 60 tahun yang lalu belum mendapatkan haknya, dimana saat Presiden Soekarno juga berpidato agar semua bangsa di Asia-Afrika mendapatkan hak Kemerdekaannya. Semoga terwujud.
2.Pesona Batu Akik yang Mendunia Setelah Dipakai Kepala Negara Peserta KAA
Batu akik dijadikan souvenir dan kenang-kenangan yang tidak terlupakan bagi peserta KAA yang berlangsung di Bandung dan Jakarta. Batu akik jenis Panca Warna menjadi cinderamata bagi seluruh Kepala Negara yang hadir maupun seluruh Undangan yang datang. Menteri Pariwisata Arief Yahya sangat mengharapkan dengan pemberian oleh-oleh ini, jenis Panca Warna asal Jawa Barat maupun jenis batu akik lainnya akan semakin laku dipasaran dan para turis datang ke Indonesia, tidak hanya melihat pesona Nusantara, tetapi juga berburu batu akik untuk dijadikan oleh-oleh.
“Waktu itu kan yang jadi trending topic ketika Kepala Negara kita (SBY) kasi batu (akik) Bacan ke Obama. Nah itulah yang mendunia. Maka hal ini yang sama diberikan kepada seseorang jadi trending topic. Maksud saya, batu Bacan kan kita punya dari dulu, itu dikemas dengan baik, maka jadilah. Semoga lulus nih akik ini, seluruh Kepala Negara nanti akan pakai,” ujar Arief di Gedung JCC, Senayan, Jakarta Pusat.
Intinya, dengan souvenir ini diharapkan batu akik jadi branding Indonesia Travel di dunia Internasional. Semoga terwujud juga.
3.PM Mesir Ingin Belajar Menata Permukiman Kumuh dari Jakarta
Hal yang tidak disangka-sangka adalah ketertarikan Perdana Menteri Mesir, Ibrahim Mahlab yang ingin belajar bagaimana menata kawasan kumuh menjadi ruang terbuka hijau, yang sukses dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jakarta seperti di bantaran Waduk Pluit. PM Mesir ini secara khusus berkunjung ke Taman Kota Waduk Pluit dan Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara Kamis (23/4). Dia ingin belajar bagaimana Pemerintah DKI Jakarta menata permukiman yang dulunya sangat kumuh menjadi cantik dan RTH serta melihat aktivitas warga yang direlokasi dari bantaran Waduk Pluit.
Sesekali Ibrahim Mahlab bergumam dan berkomentar serta bertanya kepada Wali Kota Jakarta Utara, Rustam Effendi yang diterjemahkan oleh penerjemah: “Is there a problem when you moving the peoples in these land before,” ujar Ibrahim dengan nada penasaran. Rustam menjawab: “Tidak ada persoalan berarti dalam relokasi penduduk yang dulunya menempati Kampung Taman Burung, yang sekarang sudah menjadi taman yang dilengkapi fasilitas olah raga. Kalaupun ada masalah, hanya masalah sikap dari penduduk yang meminta dicarikan lokasi pemindahan dan kita sudah menyediakan Rusunawa untuk mereka”. Jawab Rustam. Intinya, Ibrahim Mahlab sangat tertarik dalam penataan slum area di sekitar Waduk Pluit, penanganan banjir dan bagaimana penanganan warga yang rumahnya ditertibkan. Semoga dapat diterapkan di Mesir yah pak.
4.Angklung “We Are The World” Pecahkan Rekor Dunia
Angklung adalah jenis alat musik multitonal (bernada ganda), tradisional kebanggaan Indonesia yang berasal dari masyarakat Sunda di Pulau Jawa Barat. Alat ini terbuat dari bambu dan dibunyikan dengan cara digoyang sehingga susunan bambu saling bersinggungan sehingga menghasilkan bunyi nada. Dalam perhelatan KAA tahun ini ada yang unik, Jokowi yang berkomitmen dengan Walikota Bandung, Ridwan Kamil untuk mengeksplorasi seluruh kebudayaan Indonesia, menampilkan pagelaran musik angklung terbanyak di dunia dengan melibatkan 20.000 orang untuk memainkan musik dengan judul “We Are The World” yang dipopulerkan oleh mendiang “the King of Pop” Michael Jackson.
Dua konduktor cilik bernama Rizki dan Sendi berdiri di atas panggung untuk memandu 20.000 orang peserta. Dengan tenangnya, mereka berdua memberikan panduan melalui tangganya agar harmonisasi suara angklung yang tersebar di seluruh area stadion Siliwangi terdengar merdu. Sukses membawakan lagu tersebut dengan baik, Indonesia meraih penghargaan Guinnes World of Record dan memecahkan rekor dunia yang sebelumnya bermain musik angklung dengan 11.000 di Jakarta beberapa tahun lalu. Dengan rekor ini, maka Bandung akan dikenal dan masuk Museum Rekor Dunia.
5.Hari Asia-Afrika, Ibukota Asia-Afrika, HAM dan “Hatur Nuhun”
Begitu banyak memori dan hasil pertemuan KAA yang tidak dapat dituliskan disini, setelah melahirkan 3 (Tiga) dokumen utama, yaitu: (1) Bandung Message; (2) Deklarasi Penghidupan Kembali Kemitraan Strategis Asia-Afrika Baru (NAASP); (3) Deklarasi Dukungan Kemerdekaan Palestina, ternyata banyak juga hal lain yang menjadi oleh-oleh bagi Dunia Internasional.
Pertama: Tanggal 24 April setiap tahunnya akan dikenang sebagai Hari Asia-Afrika, dimana setiap tanggal itu, dunia diingatkan bahwa di Bandung terjadi sejarah pertemuan dan kerjasama antara seluruh negara Asia-Afrika untuk perdamaian dunia. Tahun 1955, 2005 dan 2015 telah terjadi sejarah besar di Indonesia untuk Dunia.
Kedua : Kota Bandung ditetapkan sebagai Ibukota Solidaritas Asia-Afrika. Hal ini dipertegas oleh Walikota nyentrik Ridwan Kamil yang didaulat oleh Presiden Joko Widodo di hari terakhir untuk memberikan pidato dan membacakan Dasasila Bandung yang dicetuskan 60 tahun yang lalu, namun masih relevan untuk diwujudkan sampai hari ini. Dalam pidatonya yang mendunia itu – sama dengan pidato Jokowi yang sangat mendunia juga, Ridwan Kamil menyebut “Selamat datang di Bandung. Ibukota Asia-Afrika dan kota pertama yang ramah HAM (Hak Asasi Manusia),” ujar Ridwan. Ridwan juga menyapa seluruh delegasi Konferensi Asia-Afrika, “Selamat datang untuk Macan Asia dan Singa Afrika.” Harapan besar bahwa setelah dari Kota Bandung, negara Asia-Afrika yang telah mengikuti Konferensi menjadi Macan dan Singa yang mengaum di Dunia Internasional, semoga.
Ketiga : Salam penutupan diakhir pidato Walikota Bandung, Ridwan Kamil yang akan dikenang dan menjadi kado perpisahan yang akan menjadi trending topik bagi peserta Konferensi. Salam “Hatur Nuhun” yang dalam bahasa Indonesia, “Terimakasih”, bahasa Inggris, “Thank you”. Para pemimpin Asia-Afrika dan para tamu delegasi bertambah perbendaharaan katanya dengan bahasa Sunda, “Hatur nuhun” yang artinya Terimakasih.
Satu lagi oleh-oleh untuk Indonesia adalah, sidang KAA ke – 60 mendukung pembangunan Pusat Kajian Asia-Afrika atau Asia-Afrika Center di Indonesia.
Jika anda lupa akan isi Dasasila Bandung yang dibacakan oleh Walikota Bandung, Ridwan Kamil dalam bahasa Inggris, maka berikut saya tuliskan disini:
1.Menghormati Hak-Hak Asasi Manusia sesuai dengan piagam PBB.
2.Menghormati kedaulatan wilayah setiap bangsa.
3.Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
4.Tidak melakukan campur tangan dalam soal-soal dalam negara lain.
5.Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif.
6.Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7.Tidak melakukan agresi terhadap negara lain.
8.Menyelesaikan masalah dengan jalan damai.
9.Memajukan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
10.Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
Hmm..jadi ingat saat SD dan SMP selalu disuruh oleh guru Sejarah dan guru PMP (PKn) menghafalkan Dasasila Bandung dan disuruh mengucapkannya diluar kepala saat pelajaran berlangsung, siapa yang tidak bisa (tidak hafal) disuruh berdiri didepan kelas bahkan diatas meja dan disuruh mengafal sampai bisa, sehingga tidak heran rasa Nasionalisme dan pengetahuan Sejarah generasi jaman itu lebih baik dari generasi sekarang.
Nah, pendidikan sekarang masihkah se-disiplin pendidikan jaman dahulu? Masih adakah guru yang menyuruh anak muridnya menghafal Dasasila Bandung dan mempersentasikannya di depan kelas?
Semoga, KAA tahun ini benar-benar dapat menggugah dunia dan benar-benar memberikan harapan tinggi akan kesetaraan dan kemerdekaan bagi negara-negara yang tertinggal dan masih bergejolak. Semoga Indonesia mampu menjadi pelopor Perdamaian Dunia dan apa yang dicetuskan dalam KAA ke – 60 ini dapat diaplikasikan demi Dunia yang lebih Baik. Dan semoga penanganan HAM Indonesia dimasa lalu dapat dituntaskan dengan baik. Semoga...!!!
Medan, 26 April 2015.
Sumber : Dari Berbagai Sumber.
#haturnuhun #Konferensi Asia Afrika
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H