Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Akhirnya, Anas Merasakan Sel KPK

11 Januari 2014   15:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Akhirnya”, kata itu terucap takkala Anas Urbaningrum, mantan ketua DPC Partai Demokrat ditahan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) setelah terjadi tarik ulur selama beberapa hari akibat Anas mangkir dari pemanggilan KPK untuk proses penyelidikan. Setelah di periksa KPK selama kurang lebih lima (5) jam, KPK akhirnya resmi menahan “otak” dari kasus besar Hambalang pada Jum’at, 10 Desember 2014. Anas dengan kontroversialnya justru mengatakan “Saya berterima kasih yang sebesar-besarnya untuk Pak SBY. Semoga peristiwa ini punya arti, punya makna dan menjadi hadiah tahun baru 2014," terang Anas setelah resmi memakai jubah kebesaran Tahanan KPK.

Pernyataan ini menjadi pertanyaan besar public Tanah Air, dimana pernyataan ini harus dijawab oleh pihak Istana atau pihak SBY secara terbuka dan transparan. Dipastikan Anas tidak akan dapat menikmati kebebasan di dunia nyata, tidak dapat menikmati indah dan sinar Matahari untuk dua puluh hari ke depan. Ketika kami membahas berita ini di kantor guru saat menunggu peserta didik selesai melaksanakan kegiatan Ekstrakurikuler, seorang kawan menyambung perkataan saya, setelah saya membaca berita hari ini. Ketika saya berceloteh “ihh…Anas sudah ditangkap rupanya yah?,” teman saya langsung menjawab “Iah, katanya dia tidak mau makan makanan yang diberikan oleh KPK!”, saya bertanya lebih lanjut, “Kenapa?”, lanjut teman saya “Takut kena racun”, wah, apakah ini menandakan betapa pentingnya sosok Anas ini sehingga dia harus diracun segala? Apakah tingkat pengamanan di KPK lemah?

Menunggu Janji Anas

Masih segar diingatan kita bagaimana seorang Anas berjanji “gantung diri” di Monas jika terbukti melakukan Korupsi. Pernyataan yang kala itu menimbulkan spontanitas dukungan kepada Anas untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Juga, pernyataan yang kala itu menimbulkan simpatik yang berlebihan. Dimana-mana Anas dipuji dan disanjung tinggi, bahkan oleh banyak kalangan, Anas dikandidatkan menjadi Presiden Republik Indonesia, wah segitunya? Tidak percaya? Saya pernah mengalami sendiri, kala itu perjalanan pulang dari Siantar menuju ke Medan, di bus Intra, ibu-ibu dengan semangat yang berapi-api dan begitu asyiknya bercerita tentang Anas. Kata mereka, Anas itu baik orangnya, tenang saat menghadapi badai goncangan dan tuduhan Korupsi yang mengarah kepadanya. Anas yang memang sekilas ganteng, berwibawa dan penuh ketenangan, menjadikan kaum hawa, khususnya kaum ibu-ibu suka terhadap pria ini.

Jadi intinya, Anas sudah ditahan oleh KPK, Anas akan menjalani pemeriksaan dan bersiap menjadi Saksi, Tersangka maupun Terdakwa atas kasus Hambalang. Semoga ini awal terkuaknya Kasus besar yang telah menelan Triliunan Uang Rakyat. Semoga Anas mampu menjadi patner yang baik bagi KPK dan bagi Republik ini dalam menguak sebenarnya kemana saja aliran dana Hambalang tersebut. Apakah benar untuk dana kampanye Presiden dan Partai Demokrat tahun 2009? Apa benar dana Hambalang untuk mendukung Anas menjadi Ketua Partai Demokrat? Apa benar dana Hambalang mengalir ke orang-orang besar yang sedang berkuasa di negeri ini? Jika terbukti bersalah, apa benar Anas gantung diri di Monas? Hanya waktu dan hasil vonis yang menentukan. Oklah, Saya tidak butuh Anas digantung di Monas, yang kami butuhkan, Kejujuran Anda dan pengakuan Anda yang menjadi pembelajaran bagi 240 juta jiwa rakyat Indonesia, bahwa masih ada orang Jujur di Indonesia ini walau akhirnya Pahit rasanya dari buah kejujuran itu.

Salam Kompasiana, 11 Januari 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun