Mohon tunggu...
Agustine Ranterapa
Agustine Ranterapa Mohon Tunggu... Guru - Guru

Aku seorang Guru SD. Tidak ada keajaiban dalam pekerjaanku. Aku tidak pernah berjalan diatas air dan aku juga tidak mampu membela lautan. Tetapi yang aku tahu, aku adalah seorang pemimpin pembelajaran yang mencintai anak-anak didikku. Karena menurutku seni tertinggi seorang guru adalah bagaimana ia menciptkan kegembiraan dalam ekspresi kreatif dan pengetahuan". Alhamdulillaah ditakdirkan menjadi seorang guru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senjaku yang Lara

11 Mei 2024   15:07 Diperbarui: 11 Mei 2024   15:08 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.islampos.com/hidayah-itu-dicari-jangan-ditunggu-54578/

Senja Lara
Langit memerah, mentari perlahan
Turun membelai cakrawala
Sinarnya teduh, teduh mendayu
Membawa kisah kelabu

Burung-burung pulang, lirih bersenandung
Memanggil bayang senyap sunyi
Angin sayup-sayup, dedaunan berdesing
Mengiringi duka yang tak terperi

Bayang terpekur, di bangku usang
Menatap senja yang kian kelam
Janji yang terurai, harapan yang hilang
Membiarkan lara semakin dalam

Lembayung senja, merahnya memudar
Digantikan malam yang pekat
Air mata mengalir, membasahi pipi
Menyisakan perih yang tak mendekat

Oh, senja yang lara, mengapa kau tiba
Membuka kembali luka di hati
Biarlah malam segera beranjak jua
Menyembunyikan lara di gelap sunyi

Di ufuk barat, bintang mulai bermunculan
Menemani kesunyian yang kelam
Kegelapan malam, bagai selimut duka
Menyelimuti jiwa yang pilu dan hampa

Kenangan terlintas, bagai mimpi kelam
Melekat di benak, takkan sirna
Bayangan masa lalu, yang tak terlupa
Membuat lara semakin perih terasa

Angin malam berhembus, menusuk tulang
Membawa rasa dingin yang menusuk kalbu
Seolah ingin berkata, "Bersabarlah wahai insan"
Walaupun lara, esok kan berlalu

Rasa rindu datang, menggerogoti hati
Mencari sosok yang telah pergi
Air mata berlinang, tak henti mengalir
Menandakan rasa cinta yang tak terperi

Oh, senja yang lara, mengapa kau begitu kejam
Membuat hati ini semakin terluka
Biarlah malam ini segera berlalu
Menyembunyikan lara di balik sang fajar yang baru

Malam pun kian larut, senja telah pergi
Digantikan mentari yang bersinar cerah
Semoga lara ini pun segera berlalu
Dan digantikan dengan kebahagiaan yang berkah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun