Beberapa hari ini Pak Bon tidak terlihat aktif di kantor. Kantor pun praktis terlihat berantakan dan tak terurus seperti biasanya. Sampah di sudut-sudut ruang terlihat menggunung sehingga membuat tak nyaman suasana kantor. Ditambah lagi bau tidak sedap dari ruang toilet menyeruak hingga loby kantor.
"Pak Rahmat, tahu kemana Pak Bon?" tanya Hadi pada Rahmat. Rahmat agak menggeleng dan mengangkat pundaknya tanda dia tidak tahu. Hadi pun mengernyitkan dahinya tanda heran pada Rahmat yang notebennya satu ruang dengan Pak Bon.Â
Rahmat pun berlalu saja, meninggalkan Hadi bingung. Tak berapa kemudian  terdengar teriakan wanita dari salah satu ruang. "Haa...kuuss...kus...tikuss....!" teriak salah satu karyawati. Hadi pun bergegas menghampiri sumber suara dan mendapati wanita cantik sedang berjingkat-jingkut di atas meja kerja. Wajahnya pucat pasi ketakutan atas kehadiran tikus di ruang kerja.
Kedatangan Hadi membuat wanita itu refleks melompat dari meja dan segera merangkulnya. "Takut Pak, tolong...tolong, geli saya," ucap wanita cantik itu sembari memeluk erat tubuh Hadi. Bak sinetron TV, mata mereka pun tertaut satu sama lain seolah ada sesuatu yang menjadikan  kejadian itu bergerak melambat dan diakhiri kekikukan diantara mereka berdua.
"Eh maaf, maaf pak, nggak sengaja saya," terang wanita cantik itu pada Hadi, mencoba menenangkan suasana. Hadi yang sedari tadi terpesona dengan wanita cantik itu pun terperanjat dari lamunannya. "Oh..iya, kamu tidak apa-apa?" tanya Hadi sembari mencoba merapikan bajunya yang lusuh karena pelukan wanita itu.
"Rahmaat....!" teriak Hadi memanggil. Rahmat pun tergopoh-gopoh berlari menuju Hadi. Rahmat hanya menunduk karena tau dia bakalan dimarahi. "Segera cari Pak Bon buat ngurusin ini semua, masa sampai ada tikus di kantor. Ini jelas keterlauan, sampaikan kalo memang sudah tidak sanggup kerja disini angkat kaki saja," terang Hadi.Â
"Ii...yaa Pak!" jawab Rahmat dengan nada takut. "Nganu Pak, lebih jelasnya tanya kepada mbak Maya saja, dia kesini ada hubungannya dengan Pak Bon," jelas Rahmat sambil menunjuk wanita cantik yang baru saja membuat Hadi terpesona. Wanita itu pun tersenyum pada Hadi dengan manisnya, menunjukkan rasa hormat dan malunya atas kejadian yang baru saja terjadi.
Selang beberapa hari setelah kejadian itu, setiap masuk kantor Hadi menyempatkan diri mencuri-curi pandang Maya yang sedang membersihkan sampah kertas di sudut-sudut ruang kerja. Maya untuk sementara menggantikan Pak Bon, ayahnya, yang saat ini sedang sakit karena usianya.Â
"Eh..., ada tikus," seru Hadi dari belakang Maya. Sontak Maya berjingkat dan refleks mau memeluk Hadi, tapi batal karena Hadi langsung memberi kode.Â
Beberapa hari berlalu, suasana kantor sudah mulai rapi kembali. Namun, aktivitas kantor makin kacau karena beberapa karyawan mengeluh sering kehilangan uang. Apalagi ditambah gosip mulai beredar akan kedekatan Hadi dengan Maya anak Pak Bon. Mereka sering pergi makan bersama saat jam siang dan tidak kembali lagi ke kantor. Padahal posisi Hadi sebagai manager sangat fital. Sering kali saat dibutuhkan justru Hadi tidak ada di tempat. Hal itu membuat karyawan lain menjadi curiga. Walaupun pada akhirnya pekerjaan atau proyek yang ditangani Hadi selalu berhasil. Hal itu tidak menyurutkan gosip tak sedap diantara para karyawan.
"Pak Hadi kayanya bucin sama Maya si tukang sapu itu ya?" Rahmat mulai menyebar gosip diantara karyawan. Ditambah lagi kejadian kehilangan uang di kantor makin kerap terjadi. Hal ini menjadi kecurigaan para karyawan pada Maya. Hingga akhirnya salah satu karyawan pun menegur Maya. Menuduhnya sebagai tukang kutil buat memenuhi hasratnya menjadi pasangan sang manager. Karyawan tersebut baru saja kehilangan uang yang ia letakkan di atas meja kerjanya.