Paginya sekitar pukul 06.00--08.00 ada 4-8 ekor trujuk dan kutilang yang hinggap dan berkicau nyaring untuk makan jambu yang sudah masak larut sisa dari kelelawar.
Aktivitas menanam biji buah dari apa yang saya konsumsi bersama keluarga menghasilkan tanaman yang sekarang sudah besar. Kondisi sekitaran rumah yang rimbun dengan aneka tumbuhan, menarik berbagai macam spesies burung untuk singgah dan bersarang.
Sebagai catatan dari hasil pengamatan enam tahun terakhir; burung yang sering hinggap di pepohonan pekarangan rumah adalah sebagai berikut: Perkutut Jawa (Geopelia striata), Wiwik lurik (Cacomantis sooneratii) Celepuk Jawa (Otus angelinae), Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris), Caladi belacan (Dendrocopus canicappilus), Cipoh jantung (Aegithina viridissima), Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Trucuk (Pycnonotus goiavier), Cinenen Jawa (Prinia familiaris), Bentet kelabu (Lanius schach), Burung Madu Kelapa (Anthreptes simplex), Cabai Jawa (Dicaeum trochileum), Bondol Jawa (Lonchura leucogastra), Bondol peking (Lonchura punctulata).
Dengan menanam pohon, seolah saya punya avyari pribadi yang menyuguhkan kehidupan burung liar di depan rumah sendiri.
Mari Bertindak
Perlu gotong royong global untuk menjaga bumi sebagai rumah bersama untuk masa depan lingkungan yang sustainable--tempat hidup berbagai spesies bukan semata sapiens saja. Gerakan penurunan emisi karbon harus melibatkan seluruh umat manusia. Sekecil apa pun upaya penyelamatan lingkungan hidup, semua individu harus terlibat aktif.
Mulailah dari yang kita mampu lakukan. Jadikan diri sendiri sebagai contoh. Kesadaran bahwa alam ini hanya titipan untuk anak cucu, bukan warisan yang bisa kita habiskan harus menjadi cara pandang hidup kita sebagai salah satu spesies bijak di muka mumi.
Dengan modal sekop mini, cetok, dan polybag  mari kita membangun kesadaran bahwa pepohonan yang rindang bisa mereduksi panas, menghasilkan oksigen, menyerap CO2, menghasilkan buah, dan juga habitat bagi berbagai satwa. Dan itu dimulai dari menanam benih mungil. Dan siapa pun bisa melakukannya. Termasuk saya dan Anda.
Rasanya apa yang disuarakan Hugh Downs, seorang presenter televisi saat meliput Hari Bumi Pertama pada 22 April 1970 masih sangat relevan dan bisa menjadi renungan bersama:
"Apakah kita punya niat membalik cara hidup kita? Atau akan terus berkembang biak, mengonsumsi listrik lebih banyak lagi, ingin semua hal lebih banyak lagi, sampai kita tercekik atau mati karena wabah dan kelaparan?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H