Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menahan Krisis Iklim Bermodal Sekop Mini, Cetok, dan Polybag

6 Februari 2024   12:49 Diperbarui: 6 Februari 2024   12:51 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kediaman sederhanaku pada 2016.  Dari awal sudah bercita-cita memenuhi halaman rumah dengan pepohonan. Sumber: Dok.Pribadi

Ketiga, mulailah menanam. Saat senggang, misal libur kerja atau pagi hari sebelum memulai kerja, semai benih di polybag. Saat awal memulai--khususnya pemula--cukup lima atau sepuluh  polybag dulu. Mulai dengan sedikit dulu jangan langsung banyak. Tujuannya untuk menghindari kelelahan dan kejenuhan, supaya konsisten menikmati proses menanam.

Jika konsisten menanam satu bibit pohon setiap hari. Maka setahun sudah ada 365 bibit tanaman. Ibaratkan ada luasan lahan 1 hektar, kita tanami bibit buah dengan jarak penananam 10 meter maka dibutuhkan 100 bibit. 

Artinya upaya kita menanam 1 bibit tanaman perhari bisa membuat hutan buah 3,6 hektar pertahun. Jika  365 pohon tersebut tumbuh besar, maka akan menyuplai kebutuhan oksigen 876 orang perhari.

Keempat, salurkan bibit siap tanam. Pindahkan bibit tanaman, yang sudah siap tanam ke tempat terbuka yang bisa diakses oleh orang yang berkunjung ke rumah kita. Bisa juga diposting di media sosial. Tujuannya supaya orang tertarik. Saat tertarik sisipkan manfaat menanam pohon, jangan terkesan ceramah tapi seperti bercanda saja, semisal;

"Ayo tanam pohon, kalau kita berlalu dari dunia, ada tinggalan yang masih hidup" 

Sebagian kecil bibit bambu yang saya pajang di depan rumah untuk diadopsi orang. Sumber.Dokumen Pribadi
Sebagian kecil bibit bambu yang saya pajang di depan rumah untuk diadopsi orang. Sumber.Dokumen Pribadi
Kebiasaan menanam dan memberikannya ke saudara atau teman akan menjadi candu positif. Ada kepuasan tersendiri saat benih yang kita rawat ternyata sudah besar dan siap diadopsi oleh orang lain.

Saya sering mengalami hal tersebut. Di rumah saya melakukan pembibitan bambu kuning dan tanaman buah. Banyak rekan yang minta. Saya senang memberikan dan mereka menang menerima. Saat bertemu, kadang pembicaraan diawali dengan kondisi terkini bambu kuning atau tanaman buah yang dulunya pernah  saya beri. Itu hal sederhana, tapi sungguh membahagiakan.

Kelima, tularkan apa yang sudah kita lakukan. Mulailah dengan anggota keluarga dulu. Anak, istri atau suami kita. Semisal saat anak ulang tahun kita hadiahi pohon untuk ditanam bersama di halaman atau belakang rumah. Atau saat berkunjung ke kerabat, selain bawa oleh-oleh jajanan, layak juga kalau kita bawa bibit tanaman buah.

Kalau bibit sudah banyak, dan lahan kita sudah tidak muat lagi, bisa kerjasama dengan sekolah terdekat untuk melakukan penanaman pohon di bantaran sungai yang rawan longsor. Bisa juga menggandeng ibu-ibu majelis taklim. Saat ada acara hari besar keagamaan diselingi acara menanam pohon. Itu pastinya menarik.

Keenam, berbagi buah dengan burung dan kelelawar. Depan rumah dulunya gersang, tidak ada tanaman peneduh. Tahun 2014 saya tanami 6 bibit tanaman buah: Jambu biji merah, Kelengkeng, Jambu Air, Belimbing dan Jambu darsono. Jambu bijilah yang pertumbuhannya cukup cepat. Sekitar dua tahun sudah panen dengan buah yang cukup lebat.

Karena banyaknya buah, maka tidak semua saya bungkus dengan plastik. Itu sengaja untuk memberi makan burung trucuk (Pycnonotus goiavier), kutilang (Pycnonotus aurigaster), dan juga kelelawar.

Kalau lagi berbuah, malam harinya ada puluhan kelelawar yang bercericit hinggap bergelayutan untuk makan buah yang tidak di brongkos. Akan sangat indah saat purnama, kita bisa melihat dalam bayang-bayang sinar bulan. Saya berada di bawahnya dan kelelawar itu tidak merasa takut. Sensasi itu sangat menentramkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun