Saat Pemerintahan Jayanegara banyak sekali pemberontakan yang terjadi; Pemberontakan Ranggalawe, Lembu Sora, Nambi, dan Kuti. Garis besarnya pada ketidakpuasan sahabat ayahnya pada jabatan yang diberikan Jayanegara.
Jayanegara gagal menjalin komunikasi internal secara memuaskan di Kerajaan Majapahit. Ketidakcakapan dalam mewadahi kepentingan orang-orang yang berjasa dalam pendirian Majapahit memicu ketidakpuasan dengan maraknya pemberontakan.
Akhir cerita, Jayanegara dibunuh Ra Tanca karena marah istrinya digoda Jayanegara. Dengan gambaran ini bisa disimpulkan; usia muda bisa menjadi malapetaka saat memerintah.
Lalu kita bandingkan era Hayam Wuruk. Hayam Wuruk memerintah selama 39 tahun. Mulai 1350--1389 Masehi. Mulai memerintah pada usia 15 tahun. Pada era inilah Majapahit menjadi kerajaan besar dengan wilayah hampir melingkupi seluruh Nusantara. Hayam Wuruk mengantarkan Majapahit pada era keemasannya.
Walau masih muda Hayam Wuruk punya dedikasi sebagai raja. Secara fisik Hayam Wuruk lemah. Namun dirinya punya legitimasi kuat dalam pemerintahan  yang bisa diterjemahkan dengan baik oleh Mahapatih Gajahmada.
Kalau keberhasilan dilihat dengan banyaknya ekspansi dan luasnya wilayah, maka Hayam Wuruk yang notabene raja berusia muda masuk kategori sukses. Untuk kasus Hayam Wuruk bisa disimpulkan; usia muda  bukan faktor penghambat terhadap keberhasilan kepemimpinan.
Apakah Ada Pemimpin yang Sempurna?
Setiap era membutuhkan pemimpin yang sesuai zaman. Pada awal-awal berdirinya Majapahit dibutuhkan sosok yang berani, berpikir diluar nalar, dan punya visi yang jelas. Raden Wijaya memenuhi syarat untuk hal itu.
Kecerdikan Raden Wijaya memanfaatkan tentara Mongol untuk menghancurkan Jaya Katwang pada 1293 M, dinilai sangat brilian. Apalagi setelahnya tentara Mongol diusir oleh pasukan Raden Wijaya. Sangat jelas sekali, pastinya membutuhkan siasat dan koordinasi sangat rapi. Tindakan Raden Wijaya sangat berisiko, sangat berani, dan juga cerdas sebagai tokoh pendiri Majapahit. Raden Wijaya pastinya punya jiwa militer kuat sehingga bisa mengambil keputusan tepat.
Apa yang dilakukan Ir.Soekarno juga sama; saat menuntut hak Papua ke dalam NKRI. Bung Karno menggandeng Uni Sovyet dan China untuk mengusir Belanda dari Papua. Rakyat mau diajak perang karena Bung Karno memberikan sebuah gambaran jelas kepada rakyat Indonesia tentang sebuah negara yang bernama Republik Indonesia untuk mandiri dan keluar dari kolonialisme.
Hayam Wuruk sukses dalam ekspansi wilayah. Namun gagal dalam masalah percintaan dengan Putri Sunda, Dyah Pitaloka. Perang Bubat adalah fakta nyata lemahnya Hayam Wuruk menyikapi posisi Sunda Galuh dan Majapahit; apakah sebagai negara setara atau negara pusat dan negara bawahan.