Nelson Mandela seolah memberi contoh dalam sejarah modern, bahwa persoalan yang seolah rumit, penyelesaiannya sederhana. Sangat sederhana. Memberi maaf dan meminta maaf.
Dengan cara itu Afrika Selatan yang sudah di ujung perang saudara bisa selamat. Senapan tidak harus dilawan dengan senapan. Tidak harus. Terkadang pelukan dan pemaafan memberi dampak lebih nyata dan murah untuk dilakukan.
Afrika Selatan sudah memberi contoh nyata. Menghindari pertikaian berdarah yang sudah di depan mata. Perang kulit putih dan kulit hitam.
Hawa nafsu itu sebagaimana pikiran. Mengacaukan banyak hal yang seharusnya tidak terjadi. Pikiranlah yang mengolah, menggoreng atau meracik sesuatu yang remeh menjadi seolah-olah penting dan genting.
Awasi pikiran, agar tidak liar. Karena di situlah sumber; akar muasal segala persoalan yang ada di dunia ini. Termasuk di Afrika Selatan saat itu.
Ramadan Ibarat Rem
Terburu-buru bisa membuat manusia lupa. Misal saja kalau pagi hari, bangun telat sedangkan sebentar lagi masuk kantor. Biasanya kita akan resah.Tubruk sana tubruk sini. Ke sana ke mari mencari kunci mobil. Dan tidak ketemu. Kita jengkel, marah, menyalahkan siapa saja yang berada dekat dengan kita. Ternyata kuncinya sedang kita pegang. Kita tidak fokus karena tergesa gesa.
Ramadan mengajarkan kita untuk melambat. Mengurangi kecepatan memikirkan dunia. Keinginan keduniawian ini tak berujung. Tanpa ujung. Semakin dikejar semakin menjauh. Kita sampai kelelahan. Dan terkapar kepanasan. Kulit melepuh dan kehausan tanpa akhir. Dan anehnya tujuan itu belum terkejar. Sedangkan umur sudah tidak lagi muda.
Amalan Ramadan salah satunya memperbanyak waktu untuk iktikaf di masjid. Berdiam diri, merenung untuk sadar, mengingat kebesaran Allah. Mengingat nikmat yang telah diberikan. Dan memunculkan  pertanyaan filosofis; untuk apa kita hidup?
Banyak megingat Allah dan memperbanyak ibadah untuk menyeimbangkan kehidupan dunia yang selalu berisik dan tanpa akhir. Itulah obat keresahan manusia. Pada intinya Puasa Ramadan adalah rem untuk menghentikan dan memperlambat pergerakan agar tidak selalu tumbukan dengan persoalan.