Kuletakkan dua tanganku di pusaranya. Merasakan tanah tempat dirinya bersemayam selamanya. Tanah yang masih hangat. Â Tempat kedamaian, mengakhiri kisah perjalanan yang menyakitkan.Â
Dia kembali ke asalnya. Dari tanah kembali ke tanah. Kita semua akan sama. Dengan derajat penuh kita akan mengalaminya. Menjadi serpihan-serpihan dari semesta. Lalu hilang terurai. Tapi tidak untuk jejak tapak yang ditinggalkan.
Kini aku menyadari, atau baru memahami tentang lagu Alan Walker, faded, yang sering dia putar. Berkali-kali. Berulang-ulang.
Where are you now?
I'm faded
So lost, I'm faded
Kupandangi istriku, kuraih tangannya. Aku merasakan sesuatu yang lain. Sesuatu yang sangat dalam dan sakral. Dari keberadaanku dan istriku. Di bumi ini. Sebuah cinta yang membuncah. "Semoga aku bisa menemanimu sampai tua, Ma. Jangan tinggalkan aku". Aku membatin.
Semoga kedamaian memelukmu, Mbak Indah. Alfatihah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H