Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terlampau Sering Belajar Memberi Sampai Lupa Bagaimana Belajar Menerima

3 Desember 2022   21:34 Diperbarui: 4 Desember 2022   15:31 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi harus diajarkan sejak dini. Sumber: haruspintar.com

Mengapa begitu banyak? Karena manusia-manusia itu berada di tempat berbeda dengan adaptasi alam yang berbeda dan dengan kebutuhan yang berbeda. Menurut Eric Weiner dalam bukunya the Geography of Bliss, orang Eskimo akan lebih tertarik dengan cerita neraka karena di sana ada api yang membara. Orang eskimo berlimpah kedinginan, berkekurangan  situasi hangat dan panas.

Dambaan kehidupan ideal bagi setiap orang sangat relatif: berbeda-beda satu sama lain. Orang gurun mendamba air. Orang eskimo mendamba api. Orang tropis mendamba salju. Orang Eropa mendamba matahari tropis.

Kita bagi orang lain adalah berbeda. Orang lain bagi kita juga berbeda. Satu yang sama: kita sama-sama manusia. Satu landasan bersikap yang harus dipegang erat saat kita hidup di bumi yang penuh perbedaan.

Berpikir Tenang

Dengan hati tenang, pikiran terbuka. Hilangkan prasangka, mari melihat kenyataan. Handphone yang kita pakai, bisa jadi buatan China. Negeri komunis yang tidak menyukai pembahasan teologi. Nasi yang kita makan bisa jadi impor dari Thailand negeri seribu pagoda. Susu yang kita minum, impor dari peternak Selandia Baru. Sandang yang melingkupi tubuh kita, bisa jadi dari India negeri Hindu.

Apa yang menyokong kehidupan kita hakekatnya bukan dari hasil karya kita sendiri. Tapi kemurahan hati, tetesan keringat dari ribuan, jutaan orang-orang yang tidak kita kenal yang tidak sama pula keyakinannya.

Dengan kondisi kehidupan sosial yang mengarah ke segregasi. Ada satu pertanyaan: Apakah kelak kita mampu menjadi leluhur yang baik? Tak lama kita melata di bumi ini. Kalau beruntung, 75 tahun kita masih bernafas. Walau seumuran segitu sudah ngos-ngosan tak karuan. Ditabrak kucing pun kita sudah terjengkang.

Kembali ke pertanyaan tadi, tinggalan apa yang kita berikan bagi generasi penerus? Apakah kemarahan ataukah kedamaian yang menyejukkan? Itu pilihan.

Leluhur Nusantara

 

Pada abad XIV ada leluhur Nusantara namanya Mpu Tantular. Dalam karyanya, Kitab Sutasoma, beliau memberi petuah yang masih lekat dan relevan dengan kehidupan kita: Bhinneka Tunggal Ika. Beragam tapi tepat satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun