Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Qatar: Negeri yang Mencari Identitas dengan Kekuatan Minyak dan Gas

23 November 2022   13:46 Diperbarui: 23 November 2022   15:25 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mencari mutiara air asin adalah profesi umum masyarakat Qatar tempo dulu. Gambar: National Geographic Indonesia

Harapan cerah mulai tampak. Perusahaan multinasional berlomba untuk ikut berperan mengeksploitasi minyak dan gas di bawah tanah Qatar. Qatar mulai sibuk. Yang semula bau pasir sekarang bau minyak dan gas. Kelimpahan sumber energi menjadi modal berdirinya sebuah negara merdeka. Qatar mendapatkan keberuntungan itu.

Keluarnya gas dan minyak dari tanah gersang Qatar, secara otomatis menjadi pintu masuknya dollar ke dalam kantong pemerintah Qatar. Seolah Qatar mendapat jackpot, menang lotere. Hanya sekejab Qatar berubah. Benar-benar berubah. Negeri petrodollar baru telah lahir.

Pemimpin Qatar, karena punya uang, mulai nimbrung di kancah politik Timur Tengah, bahkan juga global. Qatar mulai berani berseteru dengan tetangganya. Arab Saudi, Bahrain dan Uni Emirat Arab. Qatar mulai bersuara di kancah global. Dengan uang pastinya.

Goncangan Budaya

Qatar seperti lampu bagi laron. Berkilau dan menarik. Dengan munculnya kilang minyak, dibutuhkan  banyak tenaga kerja. Orang Qatar sendiri belum siap--lebih tepatnya enggan--sebagai pekerja. Lebih cenderung tidak mau.

Maka didatangkan tenaga kerja asing untuk menutup celah yang ditinggalkan orang lokal. Dan anehnya hampir semua sektor dimasuki para pendatang.

Demografi Qatar berubah. Pada saat merdeka dari Inggris pada 1971 penduduknya hanya 119 ribu orang. Pada 2000 penduduknya masih 592.000 jiwa. Saat ini--November 2022-- data dari Wordometer Population, ada 2,9 juta orang. Hampir 86%-nya adalah pendatang. Ekspatriat.

 

Penghasilan dari ekspor minyak menjadi berkah bagi ekonomi Qatar. Pemerintah menggratiskan listrik, air, kesehatan, pendidikan dan juga pajak.  Mahasiswa digaji, saat menikah seorang pria mendapat sebidang tanah, hipotek bebas biaya dan tunjangan bulanan kurang lebih $7000. Rakyat Qatar juga mendapat bagi hasil dari pendapatan negara.

Secara ekonomi Qatar tumbuh sebagai raksasa. Banyak uang. Penghasilan perkapita pada 2022 mencapai $130.000. Atau setara 170 juta/bulan. Tertinggi di dunia. Itu sisi menariknya. Sisi buruknya, sebagai negara yang mendadak kaya, Qatar seperti mengalami apa yang dinamakan Penyakit Orang Kaya Baru: campuran kecemasan dan arogansi.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun