Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Toleransi: Satu Anugerah Tuhan untuk Indonesia

17 April 2022   06:44 Diperbarui: 17 April 2022   06:53 2531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman Toleransi di Sekolah

Saat saya SMA pada 2001, satu kelas ada tiga agama yang dianut siswa: Kristen, Islam dan Hindu. Kami bergaul tanpa membedakan.

Saya dan juga teman lainnya, saat Made merayakan Hari Raya Galungan, kami bertandang ke rumahnya untuk ikut memberi selamat. Dan juga merasakan hidangan yang disuguhkan. Hal yang sama, saat teman saya, Shinta, merayakan Natal. Kami juga mengucapkan selamat merayakan Natal.

Saat kami yang Muslim merayakan Idulfitri, Shinta dan Made juga memberi selamat. Kami menjalin persahabatan tanpa sekat. Kami hanya menginginkan keselarasan hubungan: bertoleransi.

Saya merasa saat situasi semacam itu, hidup lebih nikmat. Berwarna dan menyenangkan. Bergaul dengan saudara yang berbeda. Saling sokong satu sama lain. Bahkan sampai saat ini, setelah 21 tahun ke luar dari bangku SMA, saya masih sering berkomunikasi untuk saling menjaga silaturohmi.

Bisa menjadi renungan bersama apa yang diucapkan Dalai Lama "kebanyakan orang selalu berfikir dilevel 2: perbedaan etnis, suku, negara, idiologi dll. Namun, jarang berfikir di level 1. Sama-sama sebagai manusia"

Manusia, apa pun coraknya ya sama saja! Merknya orang Jepang, namun perasaan ingin di hargai, ingin dianggap saudara, ingin dilindungi sama dengan orang dari Kutub Utara atau juga dari Asia Tenggara. Intinya tidak ada perbedaan!

Mengapa Intoleransi Merebak

Leluhur manusia Indonesia, bisa jadi sudah melalui proses adaptasi yang melelahkan dan berdarah-darah sehingga sampai pada satu kesimpulan: Kebhinnekaan dan toleransi sebagai obat mujarab.

Belajar dari peninggalan yang ada, tidak jauh dari Borobudur yang bercorak Budha muncul candi megah juga, yang bernama Prambanan bercorak Hindu. Satu sama lain saling berlomba. Namun, tidak saling menghancurkan.

Masjid kebanggan Indonesia pun--Istiqlal--arsiteknya adalah orang Kristiani: Frederich Silaban. Sebuah wujud nyata, bangunan keagamaan di Indonesia juga ditopang oleh keberagaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun