Untuk menjelaskan kenapa manusia mulai menggemari kejahatan alangkah baiknya kita telusuri secara periodik. Pada era pemburu pengumpul saat kepemilikan tidak ditangan individu, konflik atas keserakahan lebih jarang. Bagi masyarakat pemburu pengumpul memiliki sesuatu barang adalah aneh dan tidak terpikirkan. Mereka hidup bersama-sama saling berbagi untuk semua. Milikku milikmu, milikmu milikku. Bahkan untuk hal yang saat ini dilabeli: "privasi level maximum"
Namun saat hidup mulai sedenter (menetap) maka hak milik mulai muncul. Orang mulai menandai tanahnya dengan garis batas. Hal yang tidak pernah ditemukan sebelumnya.Â
Perkembangan selanjutanya, jika orang meninggal kekayaannya diberikan ke keturunannya. Mulailah kesenjangan terjadi. Ini awal dari kesenjangan primitif yang mendorong manusia sekarang untuk berlomba menyingkirkan lainnya. Mereka meninggalkan berbagi dan mengembangkan budaya rebutan.Â
Kebudayaan sedenter lebih menyakitkan dibanding nomaden: dalam kasus tertentu. Di waktu inilah benteng mulai didirikan, pedang mulai diasah dan kecurigaan terhadap manusia baru mencuat. Lima belas ribu tahun yang lalu--saat zaman es berakhir--sumber kekacauan dunia ini dimulai.
Saya yakin di dunia fana ini, populasi orang baik masih banyak. Namun akan menjadi masalah jika ada satu orang jahat yang berada ditampuk kekuasaan.Â
Mengendalikan angkatan perang, punya massa militan atau punya akses ke tombol nuklir. Ini ancaman yang serius bagi manusia dan makhluk hidup secara keseluruhan. Kejahatan bisa beranak pinak menjadi kejahatan. Sehingga orang lupa bahwa tindakannya itu jahat sebagaimana Sultan Maroko yang memandang perbudakan sebagai kelaziman.
Mungkin benar apa yang diungkapkan orang bijak. Di dalam diri manusia ada setan dan malaikat, mana yang menjadi pemenang? yang sering dikasih makan:Pikiran!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H