Permasalahan dan Solusi UMKM
Menurut data Kementerian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) pada 2018 sebelum pandemi, jumlah UMKM sebanyak 64,2 juta atau sekitar 99,99% dari pelaku usaha di Indonesia. Dengan menyerap 117 juta pekerja. Ini setara dengan 97% daya serap tenaga kerja dunia usaha. Sedangkan sumbangan terhadap PDB adalah 61,1%. Â UMKM tersebut didominasi oleh pelaku usaha mikro yang jumlahnya 98,68%. Ini adalah gambaran riil yang menunjukkan UMKM adalah pondasi dari ekonomi Indonesia. Jika UMKM bangkit bisa menjadi tulang punggung ekonomi nasional.
Ada berapa masalah klasik yang dihadapi UMKM semisal; akses pemasaran, kualitas produksi, packaging, kualitas SDM, dan pembiayaan. Maka solusinya adalah:
Pertama: Pemasaran digital. Pelaku UMKM harus memindahkan dagangannya ke marketplace yang lebih mudah dijangkau oleh pembeli saat ini. Data Internetworldstats tahun 2021, pengguna internet di Indonesia mencapai 212,35 juta. Ini adalah potensi pasar yang besar. Jika pelaku UMKM sudah masuk ke ekosistem digital, maka konsekuensinya harus melayani pembeli dari pelosok tanah air, bahkan bisa jadi dari mancanegara.
Jangkauan dari pemasaran online tidak mengenal jarak atau sangat luas. Dengan kondisi semacam itulah, UMKM harus punya kesiapan dengan cara menggandeng jasa pengiriman barang yang terpercaya sebagai mitra strategisnya. Salah satunya adalah JNE, yang sudah berpengalaman selama 31 tahun, dan juga punya komitmen nyata menggandeng pelaku UMKM dalam kemitraan bisnisnya.
Kedua:Â Kualitas produk harus tetap dijaga sebaik mungkin. Selain itu pelaku UMKM harus tanggap membaca peluang. Apa yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat saat ini? Misal saat musim hujan, yang paling banyak dibutuhkan adalah payung. Maka UMKM bisa menawarkan payung yang tidak hanya berfungsi untuk mencegah air mengenai badan, namun juga layak dipakai saat musim panas.Â
Desainnya harus punya karakter unik sehingga menarik dan fashionable saat digunakan. Selain itu packaging harus menarik untuk menambah nilai dari sebuah produk. Pelaku UMKM harus sering ikut pelatihan UMKM dan juga bergabung dengan komunitas yang punya usaha sama. Ini akan menjadi ajang tukar informasi yang berguna meningkatkan kualitas produk.
Ketiga:Â Memanfaatkan layanan perbankkan. Selama pandemi banyak dana yang dikucurkan pemerintah. Salah satunya untuk mendorong bangkitnya UMKM dari sisi permodalan. Adanya subsidi bunga pinjaman, restrukturisasi kredit dan juga pemberian jaminan modal kerja dan insentif perpajakan. Â Pelaku UMKM harus berani mengakses dana tersebut, karena dari sisi pengembangan bisnis akan sangat menguntungkan.
Peran Kita Mendukung UMKM
Tindakan riil mendukung berkembangnya UMKM adalah membeli produk yang mereka jual. Pelaku UMKM ada di sekeliling kita: Warung makan, toko-toko kelontong, atau teman kita yang jualan di media sosial. Belilah barang jualan mereka, meskipun kadang belum mendesak untuk digunakan.
Cobalah melihat segala bentuk pembelian tersebut sebagai upaya gotong royong di tengah pandemi yang mendera. Setelah beli, posting di media sosial agar produk tersebut terserap pasar lebih banyak. Tidak ada salahnya membuat gerakan "Beli di Tetangga" untuk memperluas kepekaan akan lesunya kondisi dunia usaha terutama UMKM.