Soekarno saat itu adalah anak muda rupawan, cerdas dan punya status sosial tinggi karena pendidikannya. Namun, pilihannya, tidak mau bekerjasama dengan Belanda adalah keputusan sangat berani.
Keputusan Soekarno tersebut diambil pada saat Belanda masih kuat dan bayangan Indonesia merdeka belum jelas. Ancaman dari Belanda terhadap Soekarno sudah pasti. Soekarno tahu apa yang ada di depannya, kemiskinan, penderitaan dan dikucilkan.Â
Sepanjang hidupnya Soekarno menghabiskan 13 tahun mendekam dalam penjara dan pembuangan; mengorbankan masa mudanya demi tugas mulianya, memerdekakan Indonesia.
"Bukankah lebih baik Soekarno menderita untuk sementara daripada Indonesia menderita untuk selama-lamanya?" Kata itulah yang diucapkan kepada kawannya Sartono, dalam buku biografinya Karangan Cindy Adams.
Bung karno adalah didikan Belanda, namun anti Belanda. Sama dengan Bung Hatta, didikan belanda yang anti Belanda. Mereka memilih kemanusiaan dari pada menghamba pada ketakutan. Entahlah, apa yang terjadi jika tidak ada sosok Bung Karno yang konsisten mengarahkan perjuangan pada satu titik yang jelas yakni merdeka, keluar dari kolonialisme.
Pemimpin yang Membanggakan
Indonesia adalah raksasa yang tidur ratusan tahun. Untuk membangunkannya, Soekarno memberi kebanggaan akan jati diri bangsa. Ketika dirinya marah pada PBB dan keluar dari PBB tahun 1965 lalu mendirikan PBB tandingan yang bernama NEFO (the New Emerging Forces). Tdak hanya itu Bung Karno juga menyelenggarakan GANEFO, sebagai tandingan olimpiade.Â
Ketika Indonesia dicoret keikutsertaannya pada  Olimpiade Tokyo tahun 1964, Soekarno marah dan mengancam balik akan memobilisasi negara Asia-Afrika. Indonesia akan menyabotase Olimpiade Tokyo. International Olympic Committe (IOC) sampai dibuat pusing dan akhirnya mencabut hukuman terhadap Indonesia.
Ketika dikritik oleh banyak kalangan, mengapa membangun; Monas, Jalan Layang Semanggi, Hotel Indonesia, Pusat Perbelanjaan Sarinah, Gelora Senayan. Saat rakyat Indonesia masih kelaparan, Bung Karno menghardik balik "Bangsa ini butuh makanan rohani, butuh kebanggaan yang mempersatukan semuanya. Bangunan itu adalah simbol kebanggaan dan makanan rohani rakyat Indonesia"
Kenapa Bung Karno berpakaian seragam seperti militer? beliau menjawab, biar rakyat Indonesia melihat pemimpinnya terlihat gagah berhadapan dengan pemimpin lainnya. Semua itu diperlukan untuk menaikkan moril bangsa Indonesia supaya percaya diri, tidak minder dan bangga sebagai bangsa Indonesia.
Pemimpin dan Buku