Bingung harus menulis apa? Darimana saya harus menulis? susah untuk menulis? Pernyataan-pernyataan ini sering kita temui pada beberapa orang saat ini, Â sepertinya mereka kesulitan untuk menuangkan suatu ide, gagasan ataupun pemikiran orisinalitas mereka pada suatu tulisan. Apabila kita sadari saat ini, sekarang adalah abad ke 21 ditandai dengan perkembangan teknologi komunikasi dimana kemajuan teknologi mampu memberi ruang kemudahan bagi kita, terutama sumber-sumber literasi pemahaman pada kita tentang berbagai hal yang sifatnya membangun kesadaran kognisi kita untuk selalu mengikuti kebaruan-kebaruan sumber informasi.
Pilihan ruang sumber informasi yang disediakan oleh teknologi komunikasi sangat beragam beberapa diantaranya berupa : tampilan visual, seperti gambar-gambar yang menarik dengan kombinasi permainan warna, audio visual lebih menarik lagi tampilan visual disertai kombinasi suara-suara yang memperantarainya kedua bentuk ini dapat kita temui seperti meme, iklan, lagu dan film. Ada lagi satu sumber tanpa kedua aspek sebelumnya, yakni sebuah tampilan tulisan tanpa kombinasi warna hanya sebuah  tulisan murni  tentang berbagai hal yang di sampaikan beberapa diantaranya mengenai : tulisan opini, artikel.Â
Namun kecenderungan kita  lebih nyaman menikmati tampilan-tampilan melalui mata yang membuat kita tidak cape untuk berpikir yaitu, tampilan audio visual. Tampilan ini tidak memerlukan proses berpikir serius sampai mengernyitkan dahi untuk memproses suatu informasi. Cukup hanya dilihat dengan mata lalu memaknai tampilan tersebut sesuai dengan batas kapasitas kita, kemudian tampilan audio visual tersebut dikomunikasikan pada orang-orang.  Lain hal dengan tampilan tulisan cenderung kita selalu abaikan dan sering kita lewati, karena kita sudah berpikir sebelumnya kalau melihat tampilan tulisan yang ada lelah untuk dibaca dan memerlukan proses berpikir secara terus menerus pada setiap tulisannya.
Perbedaan dua hal diatas bagi seseorang, akan terlihat pada tampilan luarannya. Orang yang terbiasa menulis karena rajin dalam literasi membaca berbagai tulisan akan terlihat dari tulisannya yang terkonsep, mengalir sistematis dengan kemampuan menggunakan bahasa-bahasa yang disesuaikan dengan sasaran pembaca. Setiap kali menulis pasti bisa karena dalam sistem berpikirnya sudah terbiasa dengan beragam tulisan yang dibacanya yang membentuk pusat penyimpanan data, bahasa dan imajinasi. Kondisi sebaliknya dengan orang terbiasa mengkonsumsi tampilan visual dengan ragam warna dan audio visual akan terlihat dari penulisannya terkadang tidak sistematis hubungan paragaf per paragrafnya, logika yang dibangun tidak berkaitan, terkadang kita kebingungan sendiri membaca arah tulisannya mau dibawa kemana.
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja perpunas tahun 2024 bahwa skor literasi membaca masyarakat Indonesia masih lemah. Data PISA ( Program for International Student Assessement) 2022, Indonesia berada pada peringkat 10 terbawah dalam kategori literasi membaca. Indonesia menempati peringkat 70 dari 80 negara dengan skor literasi membaca hanya 359 (sizuka, 2024)
Sekarang ada AI ( artificial intellegence) kecerdasan buatan yang dapat membantu kita seperti : chatgpt, meta AI whatsapp, gemini yang dapat membantu memudahkan orang untuk menulis, sehingga tulisan kita terbantu. Kecerdasan buatan ini hanyalah sebuah mesin pembaca yang menghimpun data dan memberikan informasi sesuai data-data yang mereka kumpulkan dan pahami untuk disampaikan bagi setiap orang  yang membutuhkannya, adakalanya AI mempunyai keterbatasan tidak mampu menjawab apa yang kita tanyakan. Dalam konteks sebuah tulisan, apabila kita memahami sebuah tulisan pasti bisa membedakan antara tulisan yang dibantu dengan AI dan tulisan murni.Â
Dengan adanya AI apakah kita harus menghindarinya?  tidak juga, AI  dapat kita gunakan untuk membantu kita memahami maksud dari sebuah tulisan yang disampaikan, juga membantu kita didalam mengkoreksi tanda-tanda tulisan yang salah dalam penempatannya secara teknis. Selebihnya kapasitas kitalah yang kita gunakan untuk sebuah tulisan. Semuanya tidak instant, semuanya  membutuhkan proses yang terus menerus bagi kita melalui literasi membaca. Proses literasi membaca membantu membentuk sistem berpikir kita untuk selalu berpikir sistematis, analitis dan kritis pada sebuah tulisan yang akhirnya memaknai pada sebuah makna besar dibalik tulisan-tulisan yang kita baca.Â
Makna sebuah tulisan bagi orang yang memahami sebuah tulisan merupakan proses refleksi diri atas sebuah kondisi, disanalah akan muncul nilai-nilai semesta yang ingin selalu kita hadirkan bagi sebuah peradaban kehidupan. Tentunya semuanya merupakan warisan nilai-nilai berharga yang akan kita sebarkan pada generasi selanjutnya. Orang menulis akan meninggalkan sebuah kenangan berupa keabadian tulisan-tulisannya yang tidak lekang oleh waktu dan terhapus oleh jaman.
Mensitir pendapat seorang sastrawan besar Indonesia, Pramudya Ananta Toer : Orang boleh pandai setinggi langit, tapi apabila tidak menulis akan hilang ditengah peradaban kehidupan. Menulis bekerja untuk keabadian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H