Demi kepentingan golongan tertentu, justru parpol menggelar karpet merah bagi pucuk dinasti politik dengan menjadikan dua anak presiden diberikan posisi yang tinggi yang bagi kader-kader ideologis yang telah lama berjuang harus terpaksa Ikhlas keputusan partai dengan memilih "anak baru" karena dia anak presiden.
Salah satu ciri politik dinasti yaitu tampak dari terjadinya sebuah kekuasaan yang dipegang oleh kelompok keluarga dan kekerabatan. Fenomena politik dinasti yang sangat kental dengan unsur kekerabatan ini berimplikasi pada dinamika partai politik di Indonesia.
Dampak dari kegagalan partai politik dalam kaderisasi menjadikan parpol gagap dalam menyiapkan "jagoannya" yang dari kader partainya untuk diusung dalam pilkada ataupun pilpres.
Ketidak percaya dirian parpol mengusung kadernya sendiri seakan menggeser fungsi Parpol hanya menjadi stempel bagi perorangan yang akan maju dalam pemilihan presiden ataupun kepala daerah, partai politik dianggap hanya sebagai kendaraan untuk meraih jabatan publik.
Pola pikir kebanyakan partai, yang terpenting adalah memastikan keterpilihan sehingga yang kuat secara massa dan dana yang bisa menjadi calon anggota legislatif, bukan yang mempunyai kapasitas politik dan integritas, hal ini merupakan pekerjaan rumah bagi parpol-parpol. Ke depan, perlu ada perbaikan kaderisasi agar parpol bisa menghasilkan kader-kader ideologis yang dapat diusng pada perhelatan pemilihan presiden, ataupun Kepala daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H