LEBARAN, REFLEKSI KULTURAL DAN SPIRITUAL
Oleh: Agus Sjafari*
Setiap momen lebaran kita selalu menemukan sesuatu yang unik dan menjadi refleksi bagi kita semuanya, baik itu yang sifatnya refleksi spiritual maupun refleksi yang sifatnya kultural. Tradisi atau kebiasaan umat muslim yang umum kita lihat di setiap momen lebaran seperti halnya memakai baju baru ketika sholat ied maupun dalam acara silaturrahmi. Menggunakan baju atau pakaian baru mungkin saja tidak hanya berlaku bagi masyarakat di Indonesia saja melainkan juga bagi masyarakat muslim di seluruh dunia.Â
Pakaian baru Ketika momen lebaran merefleksikan sebuah kemenangan melawan hawa nafsu selama berpuasa sebulan penuh, yang selanjutnya kemenangan tersebut diwujudkan melalui performance yang terbaik ketika menghadap kepada Allah SWT melalui sholat ied merupakan bentuk dari kesholehan individual seseorang. Ketika hal tersebut juga dimanefestasikan dalam kegiatan silaturrahmi keluarga dan kolega merupakan manifestasi dari kesholehan sosial dalam kegiatan yang disebut dengan acara halal bil halal.
Beberapa momen unik sebagai perwujudan dari refleksi kultural dalam momen lebaran antara lain mengkonsumsi ketupat dan opor ayam yang sepertinya sudah menjadi menu wajib ketika lebaran serta juga di daerah -- daerah tertentu ada tradisi karnaval pameran obor di malam takbiran, karnaval musik sahur, dan beberapa tradisi unik lainnya.Â
Refleksi kultural tersebut merupakan ekspresi kegembiraan masyarakat muslim di Indonesia dalam merayakan lebaran. Perayaan refleksi kultural yang beraneka ragam bagi masyarakat di Indonesia menunjukkan betapa beranekaragamnya kultur masyarakat di Indenesia, sehingga hal tersebut menjadi daya Tarik tersendiri dalam setiap momen lebaran.
Beberapa refleksi kultural tersebut merupakan sebuah kemenangan simbolis masyarakat muslim di Indonesia di dalam menjalankan ibadah dalam beragama. Kemenangan simbolis yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah masyarakat menampilkan simbol -- simbol kultural sebagai sebuah kegiatan yang disandingkan dengan kegiatan ritual ibadahnya sehingga perayaan lebaran menjadi sangat meriah dan selalu menjadi momen yang sangat menarik dan sangat ditunggu -- tunggu oleh setiap ummat muslim.
Menuju Kemenangan Substantif
Kemenangan simbolis yang diwujudkan dengan beberapa refleksi kultural idealnya pararel dengan kemenangan substantif dalam beragama setelah satu bulan digembleng selama satu bulan penuh dalam pesantren romadhan. Dalam pesantren romadhan terdapat kurikulum yang memiliki akses langsung kepada Allah SWT melalui ibadah puasa, sholat malam, membaca alquran, zakat dan sedekah, dan amalan kebaikan -- kebaikan lainnya yang langsung diganjar pahala berkali -- kali lipat oleh Allah SWT dibandingkan dengan bulan -- bulan lainnya di luar bulan romadhan.Â
Bulan romadhan diibaratkan sebagai bulan penggeblengan lahir, batin dan spiritual. Sebagai bulan penggemblengan, maka kita akan semakin disiplin di dalam menjalankan ibadah. Setiap muslim yang lulus dari pesantren romadhan ini, maka amal ibadahnya akan semakin meningkat serta perilaku ketakwaannya itu akan selalu mewarnai perilaku di luar bulan romadhan.Â
Hal yang justru tidak kita harapkan apabila perilaku buruknya kembali kambuh pada sebelas bulan lainnya di luar bulan romadhan. Sebagai hasil perenungan mendalam penulis bahwa seorang muslim yang mendapatkan lailatul qodar apabila ketakwaannya semakin bertambah setelah selesai menjalankan ibadah romadhan dan mewarnai pada bulan -- bulan lainnya. Predikat orang yang disebut dengan istilah la'allakum tattaquun (orang yang bertaqwa) QS Al Baqarah Ayat 183 itu benar -- benar terwujud.