Mohon tunggu...
AGUS RAKHMAT MULYANA
AGUS RAKHMAT MULYANA Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Berprofesi sebagai seorang pengajar di salah satu madrasah selama kurang lebih 20 tahun. Sejak awal kuliah memiliki hobi menulis, beberapa tulisan sempat terbit di media lokal dengan fokus tulisan pada bidang pendidikan, sosial dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Kesulitan Belajar (Learning Disorder) pada Peserta Didik

6 November 2023   08:50 Diperbarui: 6 November 2023   08:52 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan pengalaman dan mungkin fakta di beberapa lembaga pendidikan khususya lembaga pendidikan formal,  bahwa tingkat kemampuan peserta didik yang mencakup aspek afektif, kognitif dan psikomotorik beragam (majemuk). Kita mungkin sering mendapati sebagian peserta didik yang mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, berbicara dan berbahasa, padahal peserta didik tersebut sudah memasuki jenjang pendidikan menengah (SMP/MTs) dengan anggapan bahwa membaca, menulis dan berhitung minimal pada tingkat dasar sudah terkuasai dengan baik. Ironis memang, tetapi kita tak perlu menutup mata karena hal tersebut memang terjadi.

Dalam konteks paradigma baru pendidikan, bahwa aktivitas pembelajaran harus membantu para peserta didik untuk aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan belajarnya. Intinya, untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, pertama-tama harus dipahami segala masalah yang berkaitan dengan peserta didik tersebut. Disini  peran guru dan orang tua sebagai ujung tombak proses pembelajaran di sekolah maupun di rumah dituntut untuk menjadi fasilitator sekaligus dinamisator yang baik, untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam proses belajarnya. Menurut Derek Wood (2012:19), mengatakan bahwa kesulitan belajar (learning disorder) adalah keterbelakangan yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menafsirkan apa yang mereka lihat dan dengar, bisa juga ketidakmampuan dalam menghubungkan berbagai informasi yang berasal dari bagian otak mereka.

Lebih lanjut Derek Wood (2012:24), membagi tiga kategori besar yang termasuk kedalam kesulitan belajar :

Kesulitan berbicara dan berbahasa sering menjadi indikasi awal bagi kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Beberapa ciri spesifik peserta didik yang mengalami kesulitan dalam berbicara dan berbahasa, diantaranya :  

a) Keterlambatan dalam hal pengucapan bunyi bahasa; 

b) Keterlambatan dalam hal mengekspresikan pikiran atau gagasan melalui bahasa yang baik dan benar;

c) Keterlambatan dalam hal pemahaman bahasa.

  • Permasalahan dalam hal kemampuan akademik

Seseorang didiagnosis mengalami kesulitan (gangguan) ini bila mengalami :

a) Keterlambatan dalam hal membaca; 

b) Keterlambatan dalam hal menulis;

c) Keterlambatan dalam hal berhitung

  • Kesulitan lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengkoordinasi gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori tersebut. Misalnya, kesulitan dalam memusatkan perhatian atau konsentrasi dalam belajar.

Perlu kita garis bawahi bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar adalah kompleks dan luas. Sebagai buktinya memperlihatkan bahwa kesulitan belajar tidak hanya berkaitan dengan bagian otak tertentu atau gangguan syaraf, tetapi karena kesulitan dalam menyalurkan berbagai informasi yang datang dari berbagai bagian otak secara bersama-sama. Wacana yang berkembang dewasa ini menyatakan bahwa kesulitan belajar disebabkan oleh kerusakan susunan dan fungsi otak. Ini bisa terjadi dan diyakini oleh para ahli  bahwa kerusakan terjadi sebelum sang anak dilahirkan. Disamping faktor lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakatnya, dimana peserta didik tersebut melaksanakan aktivitas kehidupannya.

Dalam hal ini peran serta seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap pendidikan perlu terus ditumbuhkembangkan, dalam kerangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Dengan harapan akan lahir generasi penerus bangsa yang memiliki integritas kecerdasan spiritual keagamaan, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan moralitas serta kecakapan hidup yang tinggi. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun