Sebuah keluarga kecil mewarisi sebuah rumah tua yang megah di pinggiran kota. Rumah itu ditinggalkan oleh seorang kerabat jauh yang meninggal dalam keadaan misterius. Awalnya, mereka merasa sangat beruntung mendapatkan harta warisan yang begitu besar. Namun, kegembiraan mereka perlahan berubah menjadi ketakutan saat satu per satu anggota keluarga mengalami kejadian aneh dan mengerikan.
Suara tawa dan musik mengalun merdu di dalam rumah tua itu. Keluarga Pak Darmo tengah mengadakan pesta perayaan untuk merayakan warisan yang baru saja mereka terima. Lampu-lampu kelap-kelip menghiasi ruang tamu yang luas, sementara hidangan lezat tersaji di meja makan. Tamu-tamu yang hadir, kebanyakan kerabat dekat, saling bercengkrama dan mengucapkan selamat. Anak-anak berlarian riang di halaman belakang, mengeksplorasi setiap sudut rumah baru mereka. Suasana penuh kegembiraan ini seolah menyelimuti seluruh ruangan, menghapuskan kesan angker yang sempat mereka rasakan saat pertama kali menginjakkan kaki di rumah ini.
Selama bertahun-tahun, keluarga Pak Darmo memimpikan memiliki rumah yang besar dan nyaman. Dan kini, impian itu telah menjadi kenyataan. Mereka membayangkan akan menghabiskan waktu bersama di rumah ini, menciptakan kenangan indah bersama keluarga. Bayangan akan pesta ulang tahun yang meriah, liburan panjang, dan momen-momen kebersamaan lainnya memenuhi benak mereka. Rumah tua ini bukan hanya sekadar bangunan, tetapi juga simbol dari awal yang baru dan kehidupan yang lebih baik.
****Malam yang Membingungkan****
Malam semakin larut. Angin bertiup kencang, menggoyang-goyangkan jendela-jendela kaca patri. Pola-pola rumit pada kaca itu tampak seperti wajah-wajah yang mendistorsi, seolah sedang mengintai dari kegelapan. Putri meringkuk di tempat tidurnya, memeluk boneka kesayangannya erat-erat. Ia mendengar suara langkah kaki pelan menuruni tangga, diikuti oleh suara bisikan yang samar-samar. Bulu kuduknya meremang. Ia yakin, bukan hanya angin malam yang sedang bermain-main.
Putri berusaha mengabaikan rasa takutnya. Ia memejamkan mata, berharap suara-suara itu hanya imajinasinya. Namun, suara langkah kaki itu semakin jelas terdengar, mendekat ke kamarnya. Dengan keberanian yang tersisa, ia membuka matanya dan melihat sepasang sandal tua usang berdiri di samping tempat tidurnya. Sandal itu tampak begitu nyata, seolah ada seseorang yang baru saja memakainya.
Keesokan harinya, Putri menceritakan mimpinya pada ibunya. Ibunya hanya tersenyum dan menepuk kepalanya. “Mungkin kamu terlalu banyak menonton film horor, Nak,” ujarnya sambil membelai rambut Putri. Namun, di dalam hati, Bu Darmo merasakan kegelisahan yang sama.
****Kejadian-kejadian Aneh****
Sejak malam itu, kejadian-kejadian aneh mulai sering terjadi di rumah itu. Barang-barang hilang tanpa sebab, pintu-pintu terbuka dengan sendirinya, dan suara-suara misterius terdengar di malam hari. Bahkan, beberapa kali, anggota keluarga melihat bayangan hitam melintas di sudut-sudut rumah.
Darmo, sang ayah, awalnya mencoba untuk tidak mempercayai hal-hal mistis. Ia berpikir bahwa semua itu hanya kebetulan atau ulah anak-anak. Namun, ketika ia mulai mengalami mimpi buruk yang sama, yaitu tentang seorang wanita tua berpakaian putih yang menatapnya dengan tatapan kosong, ia mulai merasa takut.
Keanehan-keanehan yang terjadi di rumah tua itu semakin menjadi-jadi. Suasana yang tadinya penuh keceriaan kini berubah menjadi mencekam. Setiap sudut rumah seolah menyimpan rahasia kelam yang perlahan mulai terungkap. Suara langkah kaki misterius terdengar di malam hari, semakin jelas dan mendekat ke kamar-kamar tidur. Terkadang, suara tangisan bayi juga terdengar samar-samar, mengiris hati siapapun yang mendengarnya.
Putri, anak perempuan Pak Darmo, mulai sering sakit-sakitan. Demam tinggi mendera tubuhnya tanpa sebab yang jelas. Setiap malam, ia diganggu oleh mimpi buruk yang sama: seorang wanita tua berpakaian putih membisikkan kata-kata yang tak dimengertinya. Wajah wanita itu selalu tampak kabur, namun tatapan matanya begitu tajam dan menusuk.
Bukan hanya Putri yang merasakan keanehan. Bu Darmo juga mulai mengalami hal yang sama. Ia sering menemukan rambut panjang hitam di sisirnya, padahal ia sudah memotong rambutnya pendek beberapa bulan lalu. Cermin di kamar mandi juga sering kali berembun dengan sendirinya, membentuk pola-pola aneh yang menyerupai wajah manusia.
Suatu malam, Darmo terbangun karena mendengar suara gaduh dari ruang tamu. Ia menyalakan lampu dan berjalan menuju ruang tamu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat pintu lemari antik terbuka lebar dan semua isi lemari berserakan di lantai. Buku-buku tua, vas bunga antik, dan benda-benda lainnya tergeletak berantakan. Di tengah-tengah kekacauan itu, Darmo menemukan sebuah foto kuno yang memperlihatkan seorang wanita tua dengan pakaian yang sama seperti yang sering muncul dalam mimpinya.
Kejadian-kejadian aneh itu semakin membuat keluarga Pak Darmo ketakutan. Mereka mulai merasa bahwa mereka tidak sendirian di rumah itu. Ada kekuatan jahat yang sedang berusaha mengganggu mereka. Pak Darmo mencoba mencari tahu lebih banyak tentang sejarah rumah tua itu dan wanita tua dalam foto. Ia mengunjungi perpustakaan setempat dan berbicara dengan beberapa orang tua yang tinggal di sekitar rumahnya. Namun, semua orang yang ia tanyai hanya menggelengkan kepala dan mengatakan bahwa rumah itu memang terkenal angker.
Suasana mencekam semakin terasa ketika mereka mulai mendengar suara-suara bisikan di dinding. Kata-kata yang diucapkan sangat pelan dan tidak jelas, namun cukup membuat bulu kuduk mereka merinding. Kadang-kadang, mereka juga melihat bayangan hitam besar melintas di jendela kamar. Bayangan itu bergerak sangat cepat sehingga mereka tidak sempat melihat wajahnya dengan jelas.
Ketakutan yang dirasakan keluarga Pak Darmo semakin mendalam. Mereka merasa seperti sedang terperangkap dalam mimpi buruk yang tidak berujung. Setiap malam, mereka harus berjuang melawan rasa takut dan berusaha untuk tetap tenang. Namun, semakin lama mereka berusaha untuk bertahan, semakin kuat pula kekuatan jahat itu menyerang mereka.
****Sandal Tua dan Kutukan****
Suatu hari, saat sedang membersihkan gudang, Darmo menemukan sebuah buku harian tua. Buku itu berisi catatan-catatan tentang sejarah rumah mereka. Dari catatan itu, Darmo mengetahui bahwa pemilik rumah sebelumnya, seorang kolektor barang antik, pernah menemukan sepasang sandal tua di sebuah makam kuno. Konon, sandal itu adalah benda pusaka yang membawa kutukan.
Darmo mulai menghubungkan sandal tua yang ia temukan di kamar Putri dengan catatan dalam buku harian itu. Ia yakin bahwa kutukan itulah yang menyebabkan semua kejadian aneh yang terjadi di rumah mereka.
Dengan jantung berdebar, Pak Darmo membolak-balik halaman demi halaman buku harian tua itu. Tulisan tangan pemilik sebelumnya terlihat anggun namun penuh misteri. Semakin dalam ia membaca, semakin merinding bulu kuduknya. Ternyata, pemilik rumah sebelumnya, seorang pria eksentrik bernama Raden Mas Djoko, adalah seorang kolektor barang antik yang sangat fanatik. Obsesinya untuk mengumpulkan benda-benda kuno membawanya ke berbagai penjuru dunia.
Dalam salah satu catatannya, Raden Mas Djoko menceritakan tentang penemuan sepasang sandal tua di sebuah makam kuno di pedalaman Jawa Tengah. Sandal itu terbuat dari kulit binatang langka dan dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit. Menurut legenda setempat, sandal itu adalah milik seorang ratu yang dikutuk karena kecantikannya. Siapapun yang memakai sandal itu akan mengalami nasib buruk dan kutukan yang tak terhindarkan.
Raden Mas Djoko, yang tidak percaya akan hal-hal mistis, membawa pulang sandal tua itu dan menyimpannya di dalam sebuah kotak besi yang tersembunyi di dalam dinding rumahnya. Namun, tak lama setelah itu, ia mulai mengalami serangkaian kejadian aneh yang mirip dengan apa yang dialami oleh keluarga Darmo. Mimpi buruk, suara-suara misterius, dan penampakan makhluk halus terus menghantuinya.
Pak Darmo merasa bulu kuduknya berdiri ketika membaca bagian ini. Ia langsung teringat akan sandal tua yang ditemukan di kamar Putri. Dengan hati-hati, ia membandingkan deskripsi sandal tua dalam buku harian dengan sandal yang ditemukannya. Keduanya memiliki kemiripan yang sangat mencolok. Tidak ada keraguan lagi dalam benaknya, sandal tua itulah penyebab semua penderitaan yang mereka alami.
Dengan perasaan cemas, pak Darmo menceritakan penemuannya kepada istri dan anak-anaknya. Mereka semua merasa sangat takut. Namun, mereka juga merasa lega karena akhirnya mengetahui penyebab semua kejadian aneh itu. Mereka memutuskan untuk segera menyingkirkan sandal tua itu dari rumah.
Akirnya Pak Darmo dan keluarganya mencari informasi tentang cara mengatasi kutukan. Mereka berkonsultasi dengan seorang dukun tua yang tinggal di desa terdekat. Dukun itu mengatakan bahwa untuk menghilangkan kutukan, sandal tua itu harus dikembalikan ke tempat asalnya, yaitu makam kuno tempat sandal itu ditemukan.
Dengan perasaan was-was, Pak Darmo dan keluarganya berangkat menuju makam kuno. Perjalanan mereka penuh dengan rintangan dan bahaya. Mereka harus melewati hutan belantara yang gelap dan sunyi. Sesampainya di makam, mereka melakukan ritual sesuai dengan petunjuk dukun. Dengan susah payah, mereka menemukan lubang tempat sandal itu ditemukan dulu. Namun, saat mereka hendak memasukkan sandal itu ke dalam lubang, tiba-tiba tanah di sekitar mereka bergetar dan suara gemuruh terdengar dari dalam makam, tanah di sekitar makam terbuka dan muncullah makhluk gaib yang menyeramkan. Makhluk itu adalah penjaga makam yang marah karena makamnya diganggu. Makhluk gaib ini berusaha menghentikan ritual dan melindungi sandal tua yang dianggapnya sebagai benda pusaka. Keluarga Darmo harus berjuang mati-matian untuk melawan makhluk gaib tersebut.
Ternyata, petunjuk yang diberikan oleh dukun itu tidak sepenuhnya benar. Ada satu langkah penting dalam ritual yang terlewatkan, sehingga ritual yang mereka lakukan malah membuka portal menuju dunia lain. Makhluk-makhluk jahat dari dunia lain mulai berdatangan dan mengancam keselamatan keluarga Pak Darmo. Mereka harus mencari cara untuk menutup portal tersebut sebelum semuanya terlambat. Saat ritual berlangsung, kutukan yang selama ini mereka hadapi justru semakin kuat. Tumbuhan di sekitar makam layu seketika, angin bertiup kencang, dan langit menjadi gelap gulita. Sandal tua itu memancarkan cahaya merah menyala yang menyilaukan. Keluarga Darmo menyadari bahwa mereka telah membangkitkan kekuatan yang jauh lebih besar daripada yang mereka bayangkan.
****Akhir yang Tak Terduga****
Ketika keluarga Pak Darmo pulang ke rumah, mereka menemukan rumah mereka dalam keadaan berantakan. Semua perabotan rumah tangga sudah hilang. Yang tersisa hanyalah sepasang sandal tua yang tergantung di tengah ruang tamu.
Mereka menyadari bahwa mereka telah gagal menghentikan kutukan itu. Keluarga Darmo memutuskan untuk meninggalkan rumah itu dan memulai hidup baru di tempat lain. Namun, bayangan tentang rumah tua itu dan sandal tua yang terkutuk akan selalu menghantui mereka.
Setelah bertahun-tahun berjuang melawan kutukan, keluarga Pak Darmo akhirnya menyerah. Mereka menyadari bahwa kutukan itu terlalu kuat untuk dilawan. Satu per satu, anggota keluarga meninggal dalam keadaan yang tragis. Anak bungsu mereka, Putri ditemukan tewas di kamarnya, lehernya terlilit tali. Sang ibu jatuh sakit parah dan meninggal dunia tak lama kemudian. Pak Darmo yang menjadi orang terakhir yang tersisa, hidup dalam kesendirian dan kegilaan. Ia sering terlihat berbisik-bisik sendiri di rumah tua mereka, tempat di mana kutukan itu pertama kali muncul.
Rumah tua itu kemudian ditinggalkan dan menjadi tempat yang angker. Legenda tentang keluarga Pak Darmo dan kutukan yang menghantui mereka terus hidup dari generasi ke generasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H