Antara tertinggal oleh jaman atau berada diluar jaman itu sendiri, beberapa waktu lalu saya melihat podcast antara Deddy Corbuzier dengan presiden Jancukers Sujiwo Tejo di kanal Youtube Deddy Corbuzier, tentu sudah banyak yang tahu tentang podcast ini.
Banyak hal menarik dan pengetahuan baru yang saya dapat setelah menonton dan menyimak obrolan mereka berdua, satu hal yang menarik perhatian saya adalah disaat Sujiwo Tejo berbicara dimana posisi kita di perkembangan jaman saat ini, apakah benar kita tertinggal oleh jaman atau malah berada diluar jaman itu sendiri dengan kondisi yang terjadi saat ini, termasuk dalam hal kebudayaan.
Butuh waktu untuk memahami maksud dan perkataan presiden jancukers itu, saya adalah salah satu pengagum beliau, terutama saat beliau tampil pada acara disalah satu tv nasional yang rutin tayang pada selasa malam. Pernyataan dan perkataan beliau selalau membuka wawasan baru berfikir saya, walau terkadang kontra dengan apa yang saya yakini.
Budaya yang berjalan seirama dengan perkembangan jaman akan  menjadi tajuk utama saya kali ini, menurut beliau, kebudayaan saat ini harus bisa menerima perkembangan jaman yang telah terjadi, sehingga bisa membuat kebudayaan itu sendiri lebih dikenal oleh generasi-generasi muda yang saat ini lebih terpikat dengan pesatnya teknologi gadget.
Dan ia berharap sebuah budaya harus terus berkembang dan tidak "dimatikan" dengan pikiran bahwa budaya harus terus asli seperti yang sudah umum di masyarakat, tidak boleh dirubah, sehingga membuat budaya itu sendiri berhenti berkembang, maka sama saja dengan membunuh budaya itu sendiri secara perlahan karena sudah berkurangnya peminat, khusunya dari anak-anak muda yang seharusnya menjadi aktor penjaga kelestarian budaya-budaya yang ada di Nusantara.
Sejarah sesungguhnya telah mengajarkan kita bahwa kebudayaan memang seharusnya berkembang mengikuti perkembangan jaman, biarkan budaya itu terus berkembang sehingga budaya itu tetap hidup di tengah-tengah masyarakat.
Hal yang dikhawatirkan adalah budaya-budaya di Indonesia bisa menghilang seiring waktu tanpa disadari oleh masyarakatnya sendiri, dimana saat ini mayoritas anak-anak muda yang seharusnya melestarikan budaya daerahnya lebih berminat dengan "budaya baru".
"Budaya baru" itu adalah berkembangnya era teknologi dan sosial media, salah satu contohnya adalah berbagai platform media sosial seperti Instagram, Youtube atau yang sedang hits saat ini, Tiktok, dimana mereka bisa mengekspresikan diri mereka sendiri disana, mengikuti apa yang sedang trending di dunia, sehingga tanpa sadar mengubur budaya lokal yang ada.
Hal-hal seperti ini seharusnya mendapat perhatian lebih dari pemerintah, khusunya dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Karena saat ini minat baca anak Indonesia termasuk rendah di antara negara-negara tetangga, anak-anak muda saat ini lebih tertarik dengan melihat video atau hal sejenisnya dibanding membaca.
Ada peluang di sini untuk lebih gencar memperkenalkan budaya-budaya luhur nusantara dengan membuat konten yang menarik di platform media sosial seperti Youtube, Instagram atau Tiktok tadi, tentu saja dengan pembawaan yang mengikuti jaman saat ini, sehingga dapat menarik minat dan menumbuhkan rasa cinta akan budaya sendiri, dengan catatan tidak menghilangkan identitas dan ciri khas budaya itu sendiri, dengan itu saya harap akan muncul lebih banyak anak-anak muda kreatif yang cinta dengan kebudayaan daerahnya masing-masing.
Saat ini kita harus memperjelas posisi kita ditengah perkembangan jaman yang tengah berlari kencang dewasa ini, agar kita tidak lagi tertinggal, kita harus bisa berjalan seirama dengan perkembangan jaman, tanpa melupakan budaya luhur Indonesia, jangan sampai kita hanya menjadi penonton yang berada di luar lintasan perkembangan jaman, melihat negara-negara lain berlomba memajukan budaya mereka agar lebih dikenal dunia.
Kita harus menjadi yang terdepan dalam hal ini, dan memang seharusnya kitalah yang berlari lebih kencang dari negara lain dalam hal ini, karena begitu banyaknya budaya luhur di negara tercinta ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H