Mohon tunggu...
Agus Sugiarta
Agus Sugiarta Mohon Tunggu... Lainnya - Gembala Komunitas Marginal

membaca, mengamati, menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tanggung Jawab Keluarga adalah Tanggung Jawab Kita

18 September 2024   13:41 Diperbarui: 18 September 2024   13:49 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ambil waktu sejenak hanya sekedar foto bersama/milik pribadi

Sejak awal menikah, saya dan istri telah sepakat untuk memegang prinsip bahwa masalah keluarga adalah masalah kita sendiri. Tidak ada yang lebih bertanggung jawab atas kehidupan rumah tangga kita selain kami berdua. Saya percaya, ketika memutuskan untuk menikah dan membangun keluarga, itu berarti kita juga mengambil tanggung jawab penuh atas segala hal yang menyangkut kehidupan rumah tangga tersebut, termasuk soal mengasuh anak. Itulah sebabnya saya memutuskan untuk membawa anak-anak saya ke kantor sejak mereka masih bayi.

Ketika anak pertama kami, seorang perempuan yang kami beri nama Caca, lahir, kami dihadapkan pada beberapa situasi yang membuat kami harus mencari solusi yang tidak biasa. Caca lahir ketika istri saya masih bekerja di sebuah perusahaan. Kami sadar betul bahwa dalam situasi ini, peran mengasuh anak tidak bisa sepenuhnya dilimpahkan kepada istri saya karena dia juga harus kembali bekerja setelah cuti melahirkan selesai. Di sisi lain, kami tinggal jauh dari orang tua, yang tinggal di desa. 

Meminta bantuan mereka untuk merawat Caca pun bukan pilihan yang ideal. Saya merasa bahwa tanggung jawab merawat anak tidak seharusnya dibebankan kepada orang tua kami, yang sudah cukup tua dan seharusnya menikmati masa tua mereka tanpa harus disibukkan dengan tanggung jawab besar seperti mengurus cucu. Mereka sudah menjalani hidup sebagai orang tua, sekarang giliran kami yang menjalankan peran tersebut.

Dengan situasi seperti itu, saya mengambil keputusan untuk membawa Caca ke kantor bersama saya. Pada awalnya, tentu saja ada keraguan. Bagaimana mungkin saya bisa bekerja sambil merawat anak? Namun, saya yakin bahwa dengan kemauan dan kerjasama yang baik antara saya dan istri, hal ini bisa dijalankan. Kami membahas rencana ini dengan cermat. 

Istri saya mendukung penuh keputusan ini, dan kami saling berbagi tanggung jawab dalam mengasuh anak tanpa melupakan tanggung jawab pekerjaan masing-masing. Setiap pagi, saya menyiapkan perlengkapan Caca sebelum berangkat ke kantor. Di kantor, saya mendirikan area kecil yang nyaman untuk Caca, dan setiap saat saya berusaha membagi perhatian antara pekerjaan dan kebutuhan bayi kami.

Terkadang ada hal yang tak terduka terjadi di kantor/milik pribadi
Terkadang ada hal yang tak terduka terjadi di kantor/milik pribadi

Meskipun awalnya sulit, perlahan-lahan saya menemukan ritme yang tepat. Saya belajar untuk multitasking, sesuatu yang mungkin bagi sebagian orang terdengar mustahil, tetapi ternyata bisa dilakukan. Ada saat-saat di mana saya harus menunda pekerjaan karena Caca membutuhkan perhatian. Ada pula saat-saat di mana saya bisa fokus pada pekerjaan saat Caca tertidur. Tantangan ini justru membuat saya semakin sadar bahwa kita, sebagai orang tua, memiliki kemampuan yang luar biasa untuk beradaptasi dengan situasi apa pun, selama ada kemauan dan kerja sama yang baik dengan pasangan.

Tentu saja, tidak semua orang di sekitar saya bisa langsung memahami keputusan ini. Ada rekan kerja yang bertanya-tanya mengapa saya membawa anak ke kantor. Namun, saya selalu menjelaskan bahwa ini adalah tanggung jawab saya sebagai ayah. Tidak sedikit juga yang mengatakan bahwa saya adalah termasuk suami-suami takut istri.  Namun ada juga yang memuji keputusan saya ini. 

Dalam pandangan saya, menjadi ayah bukan berarti hanya menjadi pencari nafkah. Menjadi ayah juga berarti hadir secara fisik dan emosional untuk anak-anak kita. Saya tidak ingin melewatkan momen-momen penting dalam perkembangan Caca hanya karena saya harus bekerja. Saya percaya bahwa pekerjaan dan tanggung jawab sebagai orang tua bisa berjalan beriringan jika kita bisa menemukan cara yang tepat untuk mengelolanya.

Kini mereka sudah 8 dan 2 tahun/milik pribadi
Kini mereka sudah 8 dan 2 tahun/milik pribadi

Enam tahun kemudian, anak kedua kami, Dave, lahir. Tantangannya hampir sama, tetapi kali ini saya sudah lebih siap. Seperti halnya dengan Caca, saya memutuskan untuk membawa Dave ke kantor sejak usianya enam bulan. Alasan saya pun masih sama. Istri saya kembali bekerja setelah cuti melahirkan, dan kami tidak ingin membebani orang tua kami di desa dengan tanggung jawab mengasuh anak. Saya ingin menunjukkan bahwa sebagai seorang ayah, saya bisa tetap bekerja sambil mengasuh anak-anak saya.

Pengalaman merawat kedua anak saya di kantor memberi saya banyak pelajaran. Pertama, saya semakin yakin bahwa setiap masalah yang muncul dalam keluarga adalah masalah yang harus diselesaikan oleh kami, sebagai pasangan. Kami tidak pernah berpikir untuk mencari solusi dengan mengorbankan kebahagiaan atau kenyamanan orang lain, termasuk orang tua kami. Mereka sudah melalui masa-masa sulit ketika membesarkan kami, dan sekarang giliran kami yang harus menjalankan tanggung jawab sebagai orang tua.

Kedua, saya belajar bahwa menjadi ayah bukan hanya soal bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan materi keluarga. Lebih dari itu, menjadi ayah berarti juga memberikan perhatian, waktu, dan kasih sayang kepada anak-anak. Saya merasa bahwa kehadiran saya di dekat mereka sejak usia dini memiliki dampak positif yang besar dalam perkembangan mereka. Saya bisa melihat sendiri bagaimana mereka tumbuh, mengenal dunia, dan mengembangkan kepribadian mereka dengan kehadiran saya yang aktif dalam hidup mereka.

Ketiga, saya belajar bahwa dalam membangun keluarga, kerja sama dengan pasangan adalah kunci utama. Keputusan untuk membawa anak-anak ke kantor tidak akan mungkin terlaksana tanpa dukungan dan pemahaman dari istri saya. Kami selalu berkomunikasi secara terbuka tentang apa yang terbaik untuk keluarga kami. Kami berusaha untuk tidak membebani satu sama lain, tetapi justru saling mendukung dalam menjalankan peran masing-masing.

Pada akhirnya, saya berharap bahwa pengalaman saya ini bisa menginspirasi ayah-ayah lain untuk lebih terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka. Tanggung jawab merawat anak bukan hanya milik istri, tetapi juga milik kita sebagai ayah.

Sekedar mendinginkan tenggorokan sepulang kantor/milik pribadi
Sekedar mendinginkan tenggorokan sepulang kantor/milik pribadi
Jika ada kemauan dan dukungan dari pasangan, kita bisa menjalankan peran ganda: sebagai pencari nafkah dan sebagai pengasuh anak-anak kita. Yang terpenting adalah bagaimana kita, sebagai keluarga, bisa bekerja sama menyelesaikan setiap masalah yang muncul, tanpa harus mengorbankan kebahagiaan orang lain. Sebab, masalah keluarga adalah tanggung jawab kita sendiri, dan kitalah yang harus menyelesaikannya. (Agus Sugiarta)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun