Mohon tunggu...
Agus Sugianto
Agus Sugianto Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca/jangan lakukan pada orang lain aoa-apa,yang tidak ingin orang lain lakukan padamu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara

1 September 2022   11:57 Diperbarui: 1 September 2022   12:00 3444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Selain itu penulis beranggapan bahwa porsi keluarga lebih dominan atau lebih kuat dalam mewarnai kehidupan anak,karena keberadaan anak dalam lingkungan keluarga lebih besar porsinya daripada di sekolah.Dengan anggapan tersebut,penulis merasa skeptis untuk bisa merubah karakter atau kebiasaaan yang kurang baik yang dibawa anak dari rumah.Sehingga outputnya,ketika di kelas penulis akan membagi murid  menjadi dua,yaitu : anak baik dan anak nakal.Pada kelompok anak baik,penulis akan memperlakukannya dengan sangat baik,sedangkan pada kelompok yang kedua penulis sangat apatis.Tak ada hari tanpa hukuman atau sanksi pada kelompok murid yang nakal.Karena hanya dengan sanksi,penulis beranggapan bisa memberikan efek jera pada diri anak,sehingga ia tidak akan mengulangi perbuatan nakalnya.Sedangkan untuk bisa merubah menjadi pribadi yang baik,sangatlah tidak mungkin.

Karena penulis beranggapan bahwa porsi keluarga di rumah lebih dominan.Sehingga ketika seorang murid saat berada di sekolah ia baik,maka ia akan terus menjadi baik.Demikian juga sebaliknya.Ketika seorang murid berada di sekolah nakal,maka selamanya ia akan nakal dan tidak akan bisa berubah menjadi baik.

Konsep Pembelajaran sebelum mengenal Pemikiran Filosofis Ki Hadjar Dewantara

Konsep pembelajaran yang dilakukan penulis sebelum mengenal Pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah berpusat pada guru,memaksa dan sanksi.Guru adalah subjek dalam pembelajaran dan murid adalah objeknya.Guru adalah sosok yang serba tahu dan tak boleh dibantah titahnya.Jadi jika ada pendapat yang berbeda dari murid,maka bisa dipastikan pendapat simurid salah dan pendapat guru benar.Ini akan menutup ruang berpikir kritis dari murid,menutup rasa keberanian dan percaya diri dalam mengungkapkan pendapatnya.

Hal kedua adalah selama pembelajaran,yang terjadi bukanlah proses belajar mengajar yang menyenangkan,tetapi lebih pada sebuah pemaksaan konsep dan materi.Mengapa ini bisa terjadi?.Ini tak lebih karena guru dibatasi oleh instrumen pembelajaran yang begitu mengikat dan harus dilaksanakan.Ketuntasan materi dan ketuntasan minimal (KKM) menjadi acuan dalam pelaksanaan pembelajaran.Keberadaan materi pembelajaran yang dibatasi oleh sekian hari harus selesai,tanpa memperhatikan perbedaan tipe anak,serta faktor lainnya yang menjadi penyebab perbedaan anak dalam menyerap pembelajaran.Sehingga ruang kelas yang seharusnya menjadi ruang untuk menggali setiap potensi anak,malah menjadi sebuah  ruangan kaku yang hanya bisa menjejali anak dengan konsep dan materi yang tak perlu dibantah olehnya.Guru hanya memikirkan segala proses pelaporan administrasi yang harus sesuai dan selesai tepat waktu.Tertibnya administrasi pembelajaran menjadi tolak ukur keberhasilan seorang guru.Sehingga guru lebih asyik berkutat untuk menyelesaikan segala persoalan administrasi,daripada harus berkutat untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang menimpa muridnya dalam hal pembelajaran.

Hal yang ketiga adalah konsep sanksi.Dulu saya beranggap bahwa dengan pemberian sanksi/hukuman,semua permasalahan yang menyangkut murid akan selesai.Sanksi yang penulis terapkan bermacam-macam,mulai sanksi menulis pada lembaran kertas,sanksi berdiri di depan kelas atau bentuk sanksi fisik maupun mental lainnya.Tapi ternyata beragam sanksi yang penulis terapkan pada siswa,bukannya malah menyelesaikan masalah.Tapi bahkan sebaliknya.Tak jarang murid yang nakal semakin bertambah nakal.Ia hanya menunjukkan rasa takut ketika berhadapan dengan gurunya,ia diam dan santun ketika guru ada di kelas.Tapi ketika kelas kosong.Ia akan berulah dan berubah kembali seperti sedia kala.Belum lagi ketika sanksi fisik yang diterapkan.Tak jarang memantik para wali murid tidak terima atas perlakuan para gurunya,bahkan ada yang menempuh jalur hukum.Keberadaan fakta ini,menyadarkan penulis bahwa pemberian sanksi berupa apapun,tidak akan menyelesaikan akar permasalahan yang dihadapi.

Pemikiran Filosofis Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan telah merubah pemikiran penulis

Filosofi menuntun; filosofi padi dan petani; kodrat zaman dan alam; sistem among; asas tri-kon dan trilogi pendidikan.Inilah beberapa fiolosofi dari Ki Hadjar Dewantara yang akhirnya menyadarkan penulis,bahwa stigma dan anggapannya selama ini tentang mendidik dan mengajar murid salah besar.

Maksud Menuntun dalam filosofi Ki Hadjar Dewantara,bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak,agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia,maupun anggota masyarakat.Dalam proses menuntun ini,seorang guru tidak boleh melakukan pemaksaan terhadap anak,dan hendaknya proses menuntun harus dimulai dari diri pendidik sendiri.

Filosofi padi dan Petani. Ki Hadjar Dewantara melakukan pengandaian bahwa pendidik diibaratkan sebagai petani,dan anak didik adalah benih.Setiap benih sudah memiliki kodratnya masing-masing.Apakah ia sebagai jagung,padi,anggur,rumput ataupun benalu.Demikian juga anak didik.Ia juga sudah memiliki kodratnya yang telah Tuhan titipkan padanya.Ia sudah Tuhan titipkan bakat dan potensi yang beraneka warna,dimana tiap pribadi tidaklah sama.Selain memiliki bakat potensi yang tidak sama,Tuhan juga menitipkan rasa yang sama tiap pribadi,yaitu rasa cinta,marah,benci,sayang,haru,gembira dsb.Seorang petani tidak bisa memperlakukan padi,jagung,anggur dan gandum dengan perlakuan yang sama.Tapi seorang petani akan memperlakukan sesuai dengan kodrat alami tanaman tersebut.Demikian juga halnya dengan seorang pendidik.Ia tidak akan memperlakukan hal yang sama,pada semua anak didiknya.Karena tiap anak didik memiliki perbedaan kodrati yang bukan ranah pendidik untuk menyamakannya.Yang bisa dilakukan seorang petani atau pendidik,hanyalah berupaya menjaga dan merawat benih/murid dengan sepenuh hatinya.Menjaga dari gulma atau tanamaman pengganggu lainnya yang bisa mempengaruhi tumbuh kembangnya.Paling tidak walaupun benih tersebut kurang baik,tapi ketika seorang petani dengan ketulusan hatinya merawat dan menjaganya.Maka benih tersebut akan lebih baik jika dibandingkan dengan tumpukan benih lainnya yang kurang baik.

Kodrat alam dan jaman.Tiap orang ada jamannya,dan tiap jaman ada orangnya.Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama.Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar tadi, yang bisa dilakukan oleh seorang guru adalah menunjukan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi/mengaburkan sifat-sifat jeleknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun