Anak adalah penerus kehidupan dan cita-cita orang tuanya. Anak - anak juga yang akan menjaga NKRI dari marabahaya dari dalam dan luar.Â
Dalam bulan suci Ramadan, tentu anak-anak diajak dan diajarkan cara beribadah dengan baik dan benar.Â
1. Keteladanan orang tua
Anak akan mengikuti apa yang dia lihat, maka yang dia lihat adalah yang dia contoh, sebab anak bagai kertas putih yang siap ditulis, melalui apa yang ia amati, baik anggota keluarga, teman sebaya, tontonan gadget dan tontonan televisi.
Mana yang ia sering lihat, itulah yang akan direkam, adalah hal yang langka, boleh dikatakan 1000 banding 1, orangtua yang pemabuk akan menjadikan anak yang sholeh.
Jadi proyek percontohan anak adalah dari dalam keluarga sendiri, yaitu orang tua.
Kesibukan akut orang tua akan aktivitas keduniawian, menjadikan pandangan anak terhadap dunia adalah serba uang, duit atau fulus. Ketidaknampakan kesalehan orang tua di depan seorang anak, akan menimbulkan presepsi bahwa orangtuanya adalah biasa saja, sholat di rumah, tak pernah mengaji dan lain-lain. Sang anak akan membandingkan dirinya dengan orang tuanya, untuk apa sang anak mengaji, kalau orang tuanya tidak. Untuk apa sang anak sholat, lah wong orang tua nya tidak sholat, begitu dalam benaknya. Keteladanan adalah pondasi awal dan paling pokok, daripada mengirim sang anak ke Taman Pendidikan Al Qur'an atau Madrasah atau pun pondok pesantren. Sekembalinya mereka dari tempat menuntut ilmu, tetap orang tua yang menjadi contoh.
Benarlah contoh sejarah peradaban umat manusia, kisah Nabi Ibrahim yang sholeh, pemimpin orang yang bertaqwa, dan anaknya juga mengikutinya menjadi insan pilihan, yaitu Nabi Ismail.
Walau tidak semua orang tua yang shaleh menjadikan anaknya juga sholeh. Hal tersebut adalah ujian dari Rabb semesta alam bagi orangtuanya.
Ujian bagi manusia adalah dari harta (baik sedikit maupun banyak), dari anak, dari istri, dari keluarga dan lain-lain
Inilah doa yang di baca oleh kekasih Allah, Nabi Ibrahim Alaihisalam
Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a'yun waj'alna lil muttaqina imama.
Artinya: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."
2. Mengajarkan ilmu agama kepadanya dengan bimbingan para Ustadz, Kiyai ahlussunnah wal jamaah yang sanad keilmuannya sampai kepada Rasulullah.
Esensi dari ibadah adalah ketakwaan. Ketakwaan tak dapat di dapatkan kecuali dengan ilmu.Â
Ilmu akan membuatnya memahami dan menjawab pertanyaan, untuk apa dia hadir ke dunia, untuk apa dia sholat, puasa, zakat dan lain-lain.
Semua bisa tercapaimelalui tahapan proses. dari mulai puasa setengah hari, lanjut puasa sehari full.Â
Dari mulai belajar iqra, lalu membaca Al Qur'an, memahami makna lafazh-lafazh dan kalimahNya, memahami tafsirnya. dan pengamalan dalam kehidupan, inilah tujuan akhirnya.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H