Waktu sedemikian cepat berlalu, dari sekian kisah Ramadhan yang membekas dalam hati adalah momen Berbuka Puasa, karena berbuka adalah akhir dari penantian menahan lapar dan dahaga.
Berbuka Puasa dengan teman satu Kost
Bagi para mahasiswa yang lontang-lantung di kota lain mencari ilmu, tentu dirinya akan mengekost bersama kawan-kawan senasib sepenanggungan. Ketika bulan ramadhan tiba, kadang ada sesuatu yang hilang, yaitu berpuasa dan berbuka bersama keluarga. Dan teman-teman sekost memiliki nasib yang sama, rasa kangen terhadap keluarga. Mereka kadang memasak sendiri atau kadang membeli di warung terdekat untuk menu berbuka. Sambil menunggu adzan maghrib, mereka bercengkrama, bercerita entah bermutu ataupun tidak, yang penting happy.
Berbuka Puasa di Masjid Kampus UGM
Ketika tiba Adzan Isya, KH Zainudin MZ sudah terlihat di ruangan penceramah. Ceramah dimulai setelah sholat isya berjamaah. Ceramah yang sarat akan makna serta kritikan sosial.
Berbuka puasa dengan orangtua dan sanak saudara
Orang tua dan sanak saudara adalah harta yang berharga. Ketika orang tua dipanggil Yang Maha Kuasa, serta saudara memiliki rumah tinggal sendiri di luar kota, baru merasakan begitu berharganya mereka. Canda tawa, kadang nasihat meluncur dari bibir mereka untuk kebaikan agar tak terjatuh dalam kesalahan dan kekhilafan.
Berbuka puasa dengan teman alumni SMP dan SMA
Covid memang membuyarkan perekonomian dan keeratan hubungan, yang tadinya bisa bertemu berkali-kali namun ketika ada covid, semua takut akan bahayanya. Buka Puasa bersama pun tidak diadakan. Ya begitulah, takut tertular covid yang dibawa penderita tanpa gejala.
Orang tua, saudara dan teman dekat adalah sesuatu yang berharga. Ketika masih hidup, kita berusaha menyambangi bersilaturahmi, namun ketika tidak dapat bertemu lagi karena berbeda alam (alam dunia dan alam kubur). Mudah-mudahan Dzat Yang Maha Tinggi mempertemukan kembali di jannahNya di hari akhir nanti.