Hujan begitu derasnya di malam yang kian sunyi. Hanya suara gemericik air turun dari langit. Tiba-tiba Perut mulai berbunyi.
Kubuka tutup wajan di kompor.
Nihil.
Oh Iya ini hari Ahad, gumamku dalam hati.
Hari bebas memasak, kata harimku beberapa waktu lalu.
Pengen masak mie instan. Tapi yang lain saja.
Tanpa pikir panjang kutanya harimku.
Ma, malam ini kita makan apa ya?
Makan di luar Pa?
Online saja, coz hujan di luar.
Coba Ma pesankan.
Dijentikkan jari nya ke hp berwarna biru muda.
Menulusuri satu demi satu foto makanan.
Ini enak kayaknya, bebeknya sedap kelihatannya.
Bintangnya juga bagus reviewnya.
Oke kita langsung order.
Dalam 45 menit. Sang kurir pun datang menyodori nota tagihan.
Ini ya pak.
Kukeluarkan selembar uang berwarna merah.
Terima kasih ya.
Kurirpun berlalu di kegelapan malam dalam derasnya hujan.
Piring-piring pun sudah anak-anak sediakan. Karena mereka juga keroncongan.
Kalau bebek, mereka nomer satu bergerak, bergegas dan semangat membara.
Mungkin berbeda dengan keluarga kebanyakan atau mungkin malah sama.
Ini sambelnya Pak.
Nasi porsi 2 piring tersedia di piring sedang, siap di santap.
Ayo kita makan.
Bismillahirrahmaani rrahiiim.
Nyam nyam nyam. Sepertinya ada yang beda rasanya ya ma dengan bebek lain?
Iya bener. Di bebek dan sambelnya. Kurang apanya gitu (asin dan gurih) .
Ya sudah kita makan aja, ini rezeki kita malam ini.
Padahal bintang reviewnya tinggi loh Pa,
Apa boleh baut eh buat. Jawabku.
Rasa enak bukan hanya dilihat karena review, tapi juga banyaknya yang order, menandakan seseorang berulang kali memesan. Yah kalau yang order sedikit, kita mesti datang ke tempatnya dahulu. Ujarku
Yah mudah-mudahan warung nya bisa memperbaiki dan inovasi soal rasa.
Rasa enak belum bisa ditampakkan oleh yang punya. Mesti ikut kursus sama mama.
He he. Betul Pa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H