Mohon tunggu...
Agus Samsudrajat S
Agus Samsudrajat S Mohon Tunggu... Dosen - Membuat Tapak Jejak Dengan Berpijak Secara Bijak Dimanapun Kaki Beranjak. http://agus34drajat.wordpress.com/

Public Health, Epidemiologi, Kebijakan Kesehatan @Wilayah Timur Khatulistiwa Tapal Batas Indonesia-Malaysia

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Penjajahan Kesehatan di Masyarakat

16 Oktober 2017   01:03 Diperbarui: 9 November 2017   06:35 3376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berikut screenshot dokumen Ilmiah Prof.Does Sampoerno. Dokpri

Mereka semua itu adalah tulang punggung pelayanan medis. Namun untuk pengelolaan upaya kesehatan dan membina penduduk yang sehat, tenaga kesehatan yang telah ada diatas tersebut ternyata tidaklah cukup. Kemudian hal itu dipertegas Prof.Does saat beliau di Undang Persakmi Jakarta 2015 lalu dalam diskusi santai masalah kesehatan dimeja makan. Kemudian beberapa bulan setelah itu beiau wafat meninggalkan jejasejarah dan pesan kepada kami (peserta diskusi). Berikut screenshot dokumen Ilmiah Prof. Does Sampoerno tersebut. 

Berikut screenshot dokumen Ilmiah Prof.Does Sampoerno. Dokpri
Berikut screenshot dokumen Ilmiah Prof.Does Sampoerno. Dokpri
Berikut screenshot dokumen Ilmiah Prof.Does Sampoerno. Dokpri
Berikut screenshot dokumen Ilmiah Prof.Does Sampoerno. Dokpri
Dokumen sejarah tersebut diperkuat oleh pernyataan pakar Kesehatan Masyarakat dan Epidemiologi Indonesia sekaligus Ketua umum Persakmi Prof. Dr. Ridwan Amiruddin, SKM., M.Kes., M.Sc.PH, 15 oktober 2017 di Makasar dalam status facebooknya tertulis: 

"Mencermati situasi kesehatan Indonesia hari ini dengan jumlah penduduk sekira 258 juta jiwa, ditemukan pada laporan WHO per 2017 sebanyak 73% dari seluruh kematian merupakan kontribusi dari Non Communicable Disease (NCD). Kalau di cermati factor risiko utama NCD ini meliputi; Penggunaan tembakau yang sangat tinggi (prevalensi 63%), Aktifitas fisik yang rendah, konsumsi sayur dan buah yang rendah, alcohol, gula darah yang tinggi, obesitas yang tinggi dan kadar kolesterol. Beberapa karakteristik NCD yang perlu mendapatkan perhatian karena; Masa perawatan yang panjang, membutuhkan lebih dari satu jenis pengobatan, membatasi produktifitas penduduk, beban financial yang sangat tinggi dan membutuhkan dukungan keluarga secara keseluruhan.

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M.) yang pada prinsipnya bekerja pada tataran promotif preventif dengan mengorganisasikan masyarakat melalui pendekatan cultural dan kelembagaan akan memberi kontribusi nyata dalam menunda laju percepatan transisi epidemiologi, sehingga multiple burden yang dialami oleh penduduk Indonesia dapat di eliminasi secara substansial dengan model penggerakan masyarakat pada tingkat hulu. Pada perkembangan selanjutnya sekarang ini S.K.M. telah dibekali dengan kemampuan dasar untuk melakukan analisis komunitas, analysis kebijakan, financial, cultural, keilmuan dasar kesmas, pemberdayaan masyarakat hingga kemampuan berfikir system dan leadership.

Kapasitas yang mumpuni bagi S.K.M. tersebut, menyebabkan kelompok sarjana ini telah tersebar di berbagai lapangan kerja dan tidak hanya di sektor kesehatan tapi hampir semua sektor baik dipemerintahan, NGO maupun sector bisnis dan entrepreneurship. Sekarang ini para S.K.M. juga telah menghimpun diri dalam organiasi yang tumbuh pesat di Indonesia yaitu Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan masyarakat Indonesia (Persakmi) yang hingga Oktober 2017 telah bekerja di 21 propinsi. Ayo bekerja untuk Indonesia sehat."

Kompleksnya masalah kesehatan semakin ditantang dengan berbagai keterbatasan akses disebagaian wilayah Indonesia. Terkait akses, ada cerita yang buat saya sangat prihatin sekaligus bangga. Minggu lalu disebelah saya duduk Pak Camat Ambalau, Kabupaten Sintang yang saat itu akan menghadiri undangan rapat koordinasi nasional Kementerian Dalam Negeri di Semarang. 

Dari percakapan saat perjalanan menuju Ibu Kota Provinsi, kutipan yang cukup menarik adalah ketika orang nomor satu di Kecamatan terbesar sekaligus terdalam di Kabupaten Sintang tersebut mengatakan "saya dari daerah kecamatan paling pedalaman dan tertinggal di Kabupaten Sintang, untuk sampai kabupaten saja akses kami tercepat lewat air yang memakan waktu -+ 5-6 Jam menggunakan sepit boat. Kalau ke Pontianak (Ibu kota Provinsi) masih -+ 400 KM atau 1 malam (7-8 jam), ya seenggaknya bisa habis mpe jutaan lah". 

Begitulah sekilas gambaran perjuangan akses camat dan warga Kecamatan Ambalau yang tersebar di 33 desa dengan luas -+ 6000 KM persegi. Semoga tidak ada lagi bentuk-bentuk penjajahan paradigma kesehatan masyarakat baik di Kota metropolitan hingga pedalaman Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun