Mohon tunggu...
Agus Santoso
Agus Santoso Mohon Tunggu... Sejarawan - PNS

Senang membaca buku dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Salah Satu Upaya Pelestarian Arsip sebagai Sumber Sejarah adalah Melalui Digitasi

16 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 17 Desember 2024   18:33 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta ibukota jogya & istana 1830 . Sumber : ANRI, De Haan 

2. Arsip sebagai Sumber Sejarah

Menurut metodologi disiplin sejarah, posisi arsip sebagai sumber sumber sejarah menempati kedudukan yang tertinggi dibanding dengan sumber sejarah lainnya atau dapat dikatakan sebagai sumber primer (primary sources) (Mona Lohanda, 2010: 134). 

Tentunya hal ini bukanlah berlebihan, nyatanya bahwa arsip diciptakan atau tercipta pada waktu yang bersamaan atau setelah peristiwa itu terjadi dengan durasi waktu yang tidak terlalu lama. 

Catatan-catatan yang dituangkan dalam arsip tersebut memiliki data dan fakta yang autentik, kredible dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai bahan bukti sejarah, antara lain seperti ditandatanganinya Tracktat London pada 17 Maret 1824, ditandatanganinya naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Pertempuran Surabaya 10 November 1945, Bandung Lautan Api 24 Maret 1946, Serangan Umum 1 Maret 1949. Bukti-bukti tertulis itu dapat disebut juga dengan arsip.

Seorang ahli sejarah yang bernama Leopold Van Ranke, mengatakan “...no document, no history” (Louis Gottschalk: 1986, hlm. 32. Lihat juga, Sartono Kartodirdjo: 1980, hlm. 37). 

Pernyataan ini dapat menggambarkan 2 (dua) hal. Pertama, bahwa rekontruksi sejarah hanya mungkin kalau tersedia arsip yang merupakan data primer dalam penelitian sejarah. 

Kedua, sejarah baru dimulai ketika masyarakatnya sudah mengenai tulisan. Sejarah dapat bermakna apabila peristiwa yang telah terjadi itu terdapat sumber yang menyertainya sebagai bukti otentik, rekaman sejaman (buku-buku catatan dan memori pribadi), laporan konfindesial (berita resmi militer), laporan umum (surat-surat kabar), kuesioner (informasi dan opini), dokumen-dokumen pemerintah (undang-undang dan peraturan-peraturan), pernyataan opini (tajuk rencana dan sambutan), fiksi (nyanyian dan puisi), dan cerita rakyat (folklore) (Dudung Abdurahman: 2007, hlm. 41).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peristiwa itu benar-benar terjadi dan bukan omong kosong atau gosip belaka, seperti yang dikatakan oleh Leopold Van Ranke menganjurkan supaya sejarawan hanya menulis “apa yang sesungguhnya terjadi” (Louis Gottschalk: 1986, hlm. 28). 

Hal yang demikian itu dinamakan sejarah serba obyektif peristiwa atau kejadian yang terjadi di masa lalu sesuai dengan ruang dan waktu, dan dapat dibuktikan dengan sumber-sumber otentik, artinya peristiwa-peristiwa tersebut benar-benar terjadi dan didukung oleh evidensi-evidensi yang menguatkan, seperti saksi mata (witnes), peninggalan-peninggalan (relics), dan catatan-catatan (record) (Sjamsuddin, Helius: 2007, hlm. 11, lihat juga Sartono Kartodirdjo: 1992, hlm. 62 - 65).

Oleh karena itu keberadaan arsip pada suatu peristiwa adalah sangat penting sebagai sumber sejarah dan bahan penelitian yang akan digunakan oleh peneliti dalam rangka merangkaian suatu peristiwa dengan peristiwa yang lainnya. 

Keberadaan arsip sangat dibutuhkan untuk merekonstruksi kembali peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau. Tanpa arsip atau peninggalan lainnya, maka siapapun orangnya tentu tidak akan dapat banyak berbicara mengenai masa lalu. Perlunya arsip atau bukti lainnya adalah untuk menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi dan didasarkan bukti yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun