Â
Hari ini merupakan hari ke 5 saya sebagai koordintor dadakan daerah KKN. Sebelumnya cerita-cerita yang membuat ngeri sudah banyak menggerogoti pikiranku dan para mahasiswa KKN. Bagaimana tidak, kampung yang sangat terkenal dengan kebrutalannya, yang selalu memakan korban jiwa ternyata menjadi daerah tempat kami melaksanakan KKN.Â
Dulu, saya hanya mendengar rumor maupun berita burung tentang kampung ini, yang konon katanya, setiap orang yang lewat dikampung ini, dan itu diatas jam 12 malam, maka mereka harus membunyikan klakson kendaraannya, dan itupun kodenya harus sesuai, kalau tidak, alih-alih barang berharga, akan tetapi nyawa mereka yang menjadi taruhannya.
Aah, itu cuman omong kosong saja, mana mungkin ada kampung yang sebejat itu "pikirku". Rumor itu pun terpecahkan setelah keberadaanku dikampung tersebut. Dan ternyata semua yang selama ini saya anggap berita burung ataupun hoaks adalah kejadian nyata. Setelah mendengar langsung cerita dari Pak Lurah kami yang sekaligus beliau adalah tuan rumah yang menampung kami selama melaksanakan KKN.
"Dua hari sebelum kalian datang, kejadian pembunuhan itu Kembali terulang" kata Pak Lurah. "bagaimana bisa pak?" tanyaku. Sambil menghisap rokoknya, Pak Lurah menceritakan: katanya "kemarin itu dua anak SMP saling cekcok dijalan, entah bagaimana akhirnya mereka saling kejar-kejaran, mungkin karena tersinggung, akhirnya anak yang dari kampung ini terus mengejar temannya pakai motor.Â
Karena merasa terancam, akhirnya yang dikejar ini bersembunyi di rumahnya. Mungkin karena masih merasa kesal, yang mengejarnya pun masih berusaha mendapatkan temannya walaupun sudah bersembunyi dirumah. Setelah pintu diketuk, yang keluar adalah bapak temannya.Â
Saat itu terjadilah adu mulut, kemungkinan ada kata-kata yang keluar dari si bapak kurang bagus didengar, akhirnya anak yang mengejar temannya ini tiba-tiba saja mengeluarkan badik yang selalu dia bawa. Dan dengan spontan menikam bapak temannya hingga meninggal"
Mendengar cerita tersebut, saya pun terkejut mendengar kejadian ini, ternyata walaupun umur masih SMP, jiwa membunuhnya sudah ada, bahkan bukan main-main yang dibunuhya ini ternyata adalah mantan polisi. "harus ekstra hati-hati nih, kalau mau pergi observasi" dalam hatiku.
Belum cukup satu hari cerita itu masuk di pikiranku, tiba-tiba terdengar teriakan dari bawah  rumah dalam Bahasa bugis "pak Lurah, yunoi bali dare'ku"(Sebelah kebun saya dibunuh).Â
Mendengar teriakan itu, ibu Lurah pun dengan sigapnya keluar rumah "hee magai" (Ada apa?). "La Baco (Nama Bugis) , nawettai Labeddu" (Baco membacok Beddu) ucap ibu yang membawa berita. "jaji magani fale" Â (jadi bagaimana ?) Ibu Lurah kembai bertanya. "lariwi La Baco, na tuli makkatenni mofi bangkung" (La Baco terus kabur, dan masih membawa Goloknya). "wee Fuang" (ya allah) ucap Ibu Lurah sambil merasa takut dan Iba.
Sambal berlari ke dalam rumah, Ibu Lurah pun memberikan kepada kami peringatan untuk memberikan arahan kepada seluruh mahasiswa KKN agar jangan ada yang keluar rumah, karena kondisi yang tidak memungkinkan dan berpotensi memakan korban jiwa. Akhirnya saya pun mengkordinasikannya ke seluruh Kordes agar tidak melakukan kegiatan diluar rumah.