Mohon tunggu...
Agus Tampubolon
Agus Tampubolon Mohon Tunggu... Lainnya - menceritakan energi.

Seorang engineer dan peneliti. Tertarik dengan energi terbarukan, ekonomi energi, efisiensi energi, dan energi optimisasi / pemodelan. Juga penyuka musik Celtic dan Klasik.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Dua Hal yang Dapat Kamu Lakukan untuk Mendukung Indonesia Mencapai Target Net-Zero Emission-nya

24 Oktober 2021   22:54 Diperbarui: 24 Oktober 2021   23:32 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mencapai Net-Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat. Namun untuk memenuhi target ini bukanlah sesuatu yang mudah. Diperlukan investasi yang besar. Dalam Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) keempat bulan September 2021 yang lalu, Dr. Dadan Kusdiana (Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM) menyampaikan kalau Indonesia akan memerlukan investasi setidaknya Rp. 10.000 triliun untuk mencapai target NZE ini. Selain investasi, peta jalan (roadmap) dan dukungan berbagai pihak juga menjadi penting.

Lalu, sebagai masyarakat yang ingin membantu Indonesia mencapai target NZE-nya, apa yang dapat kita lakukan?

Namun sebelum membahas lebih jauh, penting bagi kita untuk mengetahui apa itu NZE dan sektor apa saja penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia.

Net-Zero Emissions atau Emisi Nol Bersih adalah keadaan saat semua emisi GRK yang dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia seimbang (atau sama jumlahnya) dengan total emisi GRK yang dikeluarkan dari atmosfer. Artinya, bila 100 juta GRK dihasilkan dalam setahun dari berbagai aktivitas manusia, maka harus ada teknologi atau usaha lain yang akan menyerap 100 juta GRK ini sehingga total GRK di atmosfer menjadi nol.

Indonesia mengelompokkan sektor-sektor penghasil emisi GRK-nya ke dalam lima kategori, yakni (1) Sektor Energi; (2) Sektor Proses Industri dan Penggunaan Produk; (3) Sektor Pertanian; (4) Sektor Kehutanan dan Kebakaran Gambut; dan (5) Sektor Limbah. 

Berdasarkan Laporan Inventarisasi GRK 2019 yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk data tahun 2018, maka sektor penyumbang emisi GRK terbesar adalah Sektor Kehutanan dan Kebakaran Gambut (kontribusinya 44% dari total emisi GRK di tahun 2018) diikuti oleh Sektor Energi di posisi kedua dengan kontribusi sebesar 36%. 

Sektor Pertanian dan Sektor Limbah sama-sama berkontribusi sebesar 8%, sedangkan Sektor Proses Industri dan Penggunaan Produk berkontribusi sisanya. Artinya, bila kita ingin mengurangi emisi GRK Indonesia, maka penting untuk memfokuskan upaya-upaya kita di dua sektor utama penghasil emisi di atas.

1. Membantu mencegah terjadinya kebakaran hutan

Buat kamu anak pecinta alam ataupun kamu yang suka bertualang ke hutan dan naik gunung, kamu dapat berkontribusi dalam membantu mengurangi emisi GRK Indonesia dari sektor kebakaran hutan. Caranya misalnya dengan tidak membuat api unggun di daerah yang rawan terjadi kebakaran. Selain itu, setelah selesai menggunakan api unggun dan ingin meninggalkan lokasi, pastikan bahwa sisa api yang kalian buat sudah benar-benar padam.

Selain itu, kalian juga dapat membantu memberikan penyuluhan ke masyarakat yang tinggal di dekat hutan agar mereka lebih sadar dan peduli akan bahaya kebakaran hutan. Untuk ini kalian mungkin dapat bekerja sama dengan aparat desa ataupun pemerintah daerah agar jangkauannya lebih luas.

2. Sadar akan pentingnya hemat energi dan menggunakan produk-produk yang berlabel hemat energi

Dari pengelompokan sebelumnya kita lihat bahwa sektor energi adalah penyumbang emisi nomor dua. Artinya, bila kita dapat berkontribusi mengurangi penggunaan energi kita, maka kita pun berkontribusi dalam pengurangan emisi GRK.

Hemat energi bukan hanya sekadar mematikan lampu saat tidak digunakan atau mencabut colokan peralatan listrik saat tidak digunakan. Hemat energi juga dapat berarti memanfaatkan peralatan-peralatan yang hemat dalam penggunaan energinya, yang dalam hal ini hemat dalam konsumsi listriknya.

Dalam memilih lampu misalnya, alih-alih memilih lampu pijar ataupun lampu CFL, kita memilih untuk menggunakan lampu LED. Walaupun kelihatannya sepele, namun lampu adalah salah satu peralatan listrik di rumah tangga yang lama pakai dan frekuensi penggunaannya cukup tinggi. Karena itu, mengganti lampu di rumah kita dengan lampu LED cukup signifikan dalam menghemat listrik.

Selain lampu yang mudah untuk dibedakan antara LED dan non-LED, masih banyak peralatan-peralatan listrik rumah tangga lainnya yang sebenarnya ada versi hemat listriknya. Namun, sebagai orang awam, membedakan produk yang satu dengan lainnya terkadang tidak mudah. 

Untuk itu, pemerintah mengeluarkan sebuah peraturan lewat Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 14 Tahun 2021 terkait Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) dan Pelabelan peralatan-peralatan listrik rumah tangga. Lewat peraturan ini, manufaktur harus mencantumkan label di produk terkait konsumsi listrik produk tersebut. 

Selain itu, di label yang sama juga akan ditambahkan tanda bintang. Semakin banyak bintangnya, semakin hemat produk tersebut. Maka, sebagai orang awam yang ingin menghemat listrik yang pada akhirnya akan mengurangi emisi dari sektor energi, maka kita perlu memastikan produk-produk listrik kita memiliki bintang yang maksimum.

Dua hal tersebut bila dikerjakan sendiri-sendiri mungkin tidak terasa dampaknya dalam membantu Indonesia mencapai target NZE-nya. Namun, bila dikerjakan bersama dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, maka dampaknya akan teramplifikasi dan Indonesia dapat mencapai target NZE di tahun 2060, atau bahkan lebih cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun