Mohon tunggu...
Agus Suriadi
Agus Suriadi Mohon Tunggu... -

Memperbaiki kesalahan dan tidak mengulanginya itu sangatlah penting. Belajar dari kesalahan yang merupakan pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kalah Berkoar Curang, Menang? Itulah Jokowi

16 Juli 2014   11:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:11 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Biasanya jika orang tidak mau kalah selalu menyimpan dalih agar membuat rame suasana. Itulah yang terjadi pada pilpres kali ini. Setiap kekalahan Jokowi dan Jk selalu di curigai ada kecurangan dan selalu berkoar-koar dengan media pendukungnya. Sedangkan kubu Prabowo Hatta setiap ada kekalahan di suatu TPS atau tempat diam serta menerima dengan lapang selama tidak ada masalah.

Ini menunjukkan bahwa ada semangat tidak mau menerima kekalahan dengan berlapang dada dari kubu Jokowi-Jk. Setiap kekalahan atau apapun selalu di generalisir ada kecurangan dan selalu membawa-bawa media. Tujuannya jelas adalah membuat suasana makin keruh sehingga membuat masyarakat akar rumput tercuci otaknya. Utama dari yang dilakukan kubu Jokowi-JK agar masyarakat tertipu terus menerus dengan pencitraan seolah dicurangi padahal masyarakat Indonesia sudah cerdas dalam memilih.

Masyarakat tahu dengan jelas siap dibelakang Jokowi-Jk dan track record timses Jokowi selama ini. Hal ini juga membuat masyarakat juga semakin cerdas siapa yang menghormati otoritas penyelenggara pemilu yakni KPU mana yang merasa hasil lembaga survei QC nya yang di anggap benar. Padahal KPU adalah lembaga resmi negara yang memberikan legitimasi bagi capres yang menang melalui perhitungan real count yang tentunya bisa di awasi bersama-sama.

Kita tahu mana kubu yang siap menang dan siap kalah serta mana kubu yang dari awal merasa sudah kalah sehingga dalih kekalahan adalah kecurangan. Padahal masyarakat sudah tahu bagaimana mereka selama ini berbuat anarki dan tidak meghormati kaidah ramadhan dengan jingkrak-jingkrak tidak jelas serta menyebabkan batalnya puasa. Masyarakat juga sudah paham mana yang berbahasa negarawan dan mana bahasa yang suka menyerang dan membuat propoganda.

Saya yakin masyarakat sudah cerdas dan mengerti apa yang dipilihnya maka itulah yang terbaik. Media pendukungnnya adalah boneka yang merupakan antek yang bisa membuat opini rusuh bagi bangsa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun