Mohon tunggu...
Agus Suriadi
Agus Suriadi Mohon Tunggu... -

Memperbaiki kesalahan dan tidak mengulanginya itu sangatlah penting. Belajar dari kesalahan yang merupakan pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Politik

Wartawati Jakarta Post Bukan Musuh Prabowo

16 Juli 2014   13:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:11 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sangat lucu ketika Prabowo marah ke salah satu wartawan Jakarta Post digeneralisir seolah Prabowo menghina profesi wartawan. Padahal kalau kita lihat Prabowo marah kepada owner dari Jakarta Post karena pemberitaan yang jelas-jelas memihak kepada salah satu capres. Prabowo juga sudah menjelaskan bukan salah wartawati tapi salah owner Jakarta Post.

Kita semua tahu bagaimana sikap Jakarta Post pada pilpres kali ini. Keberpihakannya kepada Jokowi-Jk membuat pemberitaan tidak berimbang belum lagi penghinaan terhadap umat Islam dengan memasang kalimat tauhid seolah itu adalah kalimat para teroris. Kita juga tahu siapa pemilik Jakarta Post yang notabennya orang yang sejak awal pendukung Jokowi.

Pemberitaan dipelintir sedemkian rupa sehingga para penggurutu dan para perusuh anggap Prabowo menghina profesi wartawan. Padahal jika kita berpikir sejenak jika kita diwawancara oleh orang atau media yang dari awal tidak suka dengan kita apakah kira-kira berita yang dimuat akan bagus ? Pastilah tidak. Lebih baik kita diam dari pada kita bicara tapi dipelintir. Menolak wawancara saja dipelintir apalagi jika wawancara nantinya.

Padahal dalam wawan cara tersebut ada konteks paling penting dimana Prabowo menegaskan berulang kali siap menang dan siap kalah. Prabowo juga menegaskan hasil pemilu Indonesia tidak boleh ada intervensi asing karena Indonesia adalah negara yang merdeka dan milik rakyat Indonesia. Prabowo juga bersikap sopan dengan meyalami wartawati Jakarta Post meminta maaf jika ada yang tidak berkenan.

Media memang kadang sebagai alat propoganda sehingga jika memihak kenetralan berita juga akan dipertanyakan. Kita juga melihat media-media Jokowi yang terus menayangkan tayangan pemilu yang memihak dan tidak jauh berkurang. Metro Tv masih menjadi media propoganda untuk dukungannya ke Jokowi sedangkan Tv One mengurangi pemberitaan yang memihak dan tidak adalagi pemberitaan tentang QC. Tv One juga mendapat apresiasi dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) karena sudah tidak lagi ikut-ikutan memperkeruh suasana,

Kita harus berpikir ulang dan berpikir jernih sebelum membully orang lain. Jangan buta mata dan hati hanya karena benci kepada orang lain. Kita bisa membandingkan mana media yang masih menyebar propoganda dan mana media yang sudah tidak lagi dan mengurangi pemberitaan yang memihak. Semoga setelah pengumumaman media kembali netral serta dari sekarang mengurangi pemberitaan yang bersifat propoganda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun