Kita mengetahui bahwa kita sebagai manusia mempunyai komposisi ruhani dan bahwa Alloh SWT telah meniupkannya ruh-Nya ke dalam diri kita. Hakikat ruh itu sendiri tidak penting bagi kita. Karena Alloh SWT telah memerintahkan Rosul SAW agar menjawab pertanyaan orang-orang yang bertanya tentang ruh dengan jawab bahwa ruh adalah urusan Alloh SWT. Tidak diragukan lagi bahwa ruh merupakan unsur yang agung dan mulia karena merupakan urusan Alloh SWT. Tidak diragukan lagi bahwa ruh berada di alam metafisik, yang berada di luar ruang lingkup hukum-hukum alam. Ia berada di alam yang seluruhnya berisi cahaya dan sinar terang, semuanya jernih, tetapi ketika Al Qur’an yang mulia menyebutkan jiwa manusia, maka ia menyebutkan sifat-sifatnya. “Dan Kami telah menunjukkan dua jalan kepadanya.” (QS. Al Balad:10) “ Dan demi jiwa serta penyempurnaananya, maka Alloh mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan.” (QS. Asy-Syams: 7-8)
Jiwa manusia semata adalah jiwa yang diberi hak memilih. Ia dapat melakukan kebaikan dan keburukan. Ia mampu berbuat baik sebagaimana pula mampu berbuat buruk. Alloh SWT telah membuat berbagai sarana yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk kebaikan, jika ia berorientasi kepadanya. Namun ia dapat pula digunakan untuk tujuan kejahatan jika ia berorientasi kepadanya. Inilah rahasia Alloh SWT, Robb Yang Maha Kuasa dan Maha Mengatur.
Sesungguhnya kita dapat melakukan perbuatan baik dan perbuatan buru, dan kita mampu membedakan antara keduanya. Rahasia pemberian Alloh ini selalu siap untuk ditingkatkan keilmuannya sampai pada puncak batas kemungkinan. Kita bukan malaikat yang seluruh hidupnya sarat dengan kebaikan, namun kita juga bukan setan yang seluruh hidup kita penuh dengan keburukan. Dengan kebijaksanaan Alloh SWT, kita dapay mengisi hidup kita dengan keduanya. Jadi, jiwa kemanusiaan kita memiliki batas-batas yang luas dan karakter yang elastis, yang dapat menerima kebaikan sebagaimana pula dapat menerima kejahatan.
Meskipun jiwa manusia dinilai sangat tinggi oleh Al Qur’an, sekalipun jiwa manusia mempunyai ilmu dan keutamaan, dan sekalipun ia bercahaya dan cemerlang, namun manusia tidak disebut di dalam Al Qur’an dengan gambaran bahwa ia memiliki kecenderungan kepada keburukan.
“ Dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan bodoh.” (QS. Al Ahzab: 72)
“ Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar dan tidak berterima kasih kepada Tuhannya.” (QS. Al A’adiyat: 6)
“ Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.” (QS. Al ‘Ashr: 1-2)
“Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Jika ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS. Al Ma’arij: 19-21)
Hal ini semua disebabkan oleh kenyataan bahwa jiwa manusia yang menempati badan, sedangkan dengan kedudukan yang diberikan Alloh SWT itu, ia lupa dan bodoh, sehingga ia terpola dengan karakter bejana dan wadah yang ditempatinya. Ia terpola dengan kecenderungan materi dan karakteristik-karakteristiknya. Tidak ini saja, bahkan setan telah menguasainya. Setan akan terus menguasai dan memikatnya.
Jiwa manusia akan menjadi mulia jika jiwa itu melakukan amal sholih, sehingga martabatnya akan tinggi dihadapan manusia dan Alloh SWT. “ Sesungguhnya manusia benar-benar rugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan amal sholih.” (QS. Al ‘Ashr: 2-3). ““Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Jika ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan ia amat kikir.Kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat. Yaitu mereka yang terus menerus mengerjakan sholatnya.” (QS. Al Ma’arij: 19-23)
Jadi untuk mengatasi karat keburukan dan kemaksiatan dalam jiwa kita diperlukan pembersih noda. Di sana ada perjuangan yang harus dilakukan terus menerus. Alloh SWT tidak akan membiarkan kita sia-sia. Sebaliknya Alloh SWT mengirimkan para rasul yang membawa kita sehingga ruh dapat dijaga kesuciannya dan orientasi kita kepada Alloh SWT terus lestari dan subur, berkat karunia dan petunjuk Alloh SWT. Al Qur’an telah mengisyaratkan bahwa jiwa manusia dalam perjuangan ini mengalami beberapa tahapan dan peringkat. Maka, rutinkanlah hubungan kita dengan Alloh SWT, rutinkanlah zikir kita, rutinkanlah ketaatan kita kepada Alloh SWT, dan kuatkan perhatian kita kepada Alloh SWT. Inilah pelarut karat yang dapat mencemerlangkan jiwa kita manakal ia jatuh ke kubangan kemaksiatan dan keburukan. “ Dan aku tidak menganggap bahwa diriku terbebas dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu selalu meyuruh kepada kejahatan…” (QS. Yusuf: 53).
Terakhir saya ingin mengingatkan diri saya khususnya, dan kita semua yang membaca tulisan ini dengan firman Alloh SWT yang berbunyi, “ Dan orang-orang berjihad untuk mencari keridhoan-Ku, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Ankabut: 69)
Marilah kita bermujahadah (bersungguh-sungguh) meningkatkan kemuliaan jiwa kita di sisi Alloh SWT dengan amal sholih dan iman kepada-Nya.
Wallahu A’lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H