Anas Urbaningrum di jadikan tersangka oleh KPK tanggal 22 Feb 2013. Tuduhannya adalah sebagai penyelenggara Negara menerima janji berupa uang atau barang.
Banyak yangmengaku kaget dengan keputusan KPK ini. Apakah mereka benar-benar kaget?
Anas, pernah jadi ketua HMI dan aktivis saat era reformasi. Intelek dan tutur katanya teratur terkesan cerdas.
Mundur dari komisioner KPU, Anas terjun ke politik praktis dengan bergabung dengan Partai Demokrat tahun 2005, partai yang lagi naik daun dan menjadi salah satu ketua bidang. Dari beberapa publikasi bukunya kebanyakan tentang politik dan demokrasi. Beberapa bukunya mengangkat SBY dan pemikirannya, dan terlihat Anas mengidolakan SBY.
Tahun 2010 Anas mengumumkan pencalonannya menjadi ketua umum partai pada kongres di bandung. Anas tepilih dengan dua putaran, Anas menjadi ketua umum partai termuda (40 tahun). Anas membentuk formatur pengurus dan dilantik. Dia mengakomodir pihak-pihak di partai. Dia memilih Nazaruddin sebagai bendahara umum dan Ibas menjadi sekjen. Nazaruddin adalah teman baik Anas bahkan sebelum bergabung dengan Demokrat.
Selama hampir dua tahun Anas memimpin Partai Demokrat, praktis semua baik baik saja. Dia bebas menjalankan fungsinya dan semua orang demokrat, termasuk SBY membebaskan semuanya kepada ketua umum dan mempercayainya. Jadi tidak benar Anas seperti bayi yang tidak diharapkan.
Hingga prahara bermula dari terungkapnya kasus penyuapan oleh KPK pada tahun 2011, penyuapan kepada pejabat di kemenpora oleh Mindo anak buah Nazaruddin yang berhubungan dengan kasus wisma atlit Palembang. Dari ungkapan ke media terkuak ke public bahwa ada pihak yang memanfaatkan kasus ini untuk menghancurkan Partai Demokrat.Terkaitlah Nazaruddin dan selalu disebut sebut di media. Semua orang Demokrat melakukan pembelaan, Nazaruddin juga memberi keterangan di media bahwa dia tidak terlibat, tidak kenal dengan Mindo dan menyangkal semuanya dengan menyebut itu “semuanya hanya katanya katanya”. Keterlibatan Nazaruddin tidak bisa di sangkal lagi. Partai Demokrat melalui dewan kehormatan memanggil dan memeriksa Nazaruddin. Dalam sidang di internal partai SBY sebagai ketua dewan kehormatan juga hadir. SBY sangat marah karena Nazaruddin tetap bekelit dan berbelit belit. SBY menyarankan Nazar mundur, namun dari desas desus Anas lah yang membelaNazar dalam sidang dewan itu dan menjanjikan melakukan penyelesaian atas kasus Nazar dan memastikan Nazar mundur. Namun Nazar melihat gelagat tidak baik dari Anas, dan menurut Nazar, Anaslah yang menyarankan supaya bersembunyi keluar negeri yaitu ke Singapura hingga Nazar merasa ditinggalkan Anas.
Jadi sangat mengerikan melihat kasus Nazar dan hubungan pribadinya dengan Anas. Siapa yang kenal Nazar sebelumnya. Dia hanya sebagai broker proyek, yang sangat mungkin punya hubungan bisnis sejak Anas di KPU. Mereka pernah tercatat punya hubungan bisnis dalam beberapa perusahaan. Dan puncaknya bendahara umum di tangan Nazar karena Anas sangat tahu kelihaian Nazar mengelola dan mengumpulkan fulus. Dan dukungan financial Nazar pada Anas di kongres tidak mudah untuk dilupakan oleh Anas.
Nazar mulai menghembuskan angin busuk kepada Anas sejak pelariannya ke Columbia. Dan sejak saat itu keterlibatan Anas sering disebut di Media. Opini yang berkembang di masyarakat sangat menyudutkan Anas, para pengamat berkomentar miring pada Anas. Tidak sedikit dari masyarakat yang menyarankan mundur hingga menyarankan KPK menangkapnya. Ini terjadi selama hampur dua tahun. Beberapa kader demokrat juga akhirnya tidak mampu lagi bertahandan diam diam bahkan terang-terangan menyuruh Anas mundur saja. Titik terpentingnya ketika SBY turun tangan langsung dan memimpin langsung konsolidasi dan penyelamatan Partai.
Anas sangat mengerikan pada sebagian orang di luar partai. Dia ketua umum partai termuda dan dia dapat mandat penuh dari SBY dengan mendukung kader kader muda yang berpotensi jadi pemimpin masa depan. Ini tidak terjadi pada partai besar lainnya. Anas dan kawan kawannya mestinya menyadari kalau mereka selalu jadi sasaran untuk dijatuhkan, untuk itu mestinya harus hati hati. Apalagi media pasti dipengaruhi oleh aliran politik pemiliknya yang senantiasa “menyerang” lawan politiknya.
Dari semua fakta yang telah terjadi, mengapa sebagian orang masih kaget ketika Anas jadi tersangka. Bukankah KPK sudah pernah memeriksa Anas dua kali? Bukankan Media sudah memberitakan keterlibatannya selama setahun lebih? Bukan kah para pengamat politik sudah menyarankan Anas supaya di usut? Sekarang semua kaget dan sepertinya berbalik bersimpati kepada Anas. Mengerikan.
Mengerikan memang, Anas yang dianggap politisi yang santun dan tangguh ternyata bisa membingungkan. Mengapa tidak, sebelum jadi tersangka dia tenang bahkan setelah SBY mengambil langkah penyelamatan Partai dan menyuruh Anas lebih fokus pada masalah hukumnya di KPK, Anas masih bersikap biasa.
Setelah KPK mengumumkan Anas sebagai tersangka, Anas jadi lebih mengerikan. Dia tidak sadar selama setahun jadi bulan bulanan persepsi publik hingga dia menyalahkan orang lain ketika statusnya jadi tersangka. Dia mengancam dan melemparkan kesalahan pada pihak lain termasuk kepada SBY. Mengapa tidak fokus saja pada proses hukumnya hingga dia bisa melewatinya dan setelah selesai bisa berbenah mengejar impian politiknya yang masih terbentang panjang.
Anggapan Anas sebagai politisi tangguh harus diuji disini. Dan hasilnya sudah terlihat bahwa Anas adalah politisi cengeng, tidak berani bertanggung jawab atas perbuatannya yang diduga salah. Banyak politisi tangguh yang berani mempertanggung jawabkan perbuatannya yang di duga melanggar hukum. Sebut saja Akbar Tanjung, dan yang terakhir ada Andi Malarangeng.
Anas memang mengerikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H