Opa Tjiptadinata Effendi, dengan semua pencapaiannya yang luar biasa. Siapa saya dan apalah artinya saya ini, yang sampai detik ini mungkin baru menghasilkan beberapa ratus judul tulisan; tentu tak sebanding dengan jumlah tulisan yang sudah dirilis Opa Tjiptadinata selama menulis di Kompasiana, yang jumlahnya sudah mencapai angka tujuh ribu tulisan lebih. Belum lagi tulisan-tulisan di luar platform Kompasiana.
Judul singkat di atas saya pilih, bukan dengan maksud untuk menyamakan diri denganDuo Penulis yang Terus Berkarya
Jika dirinci lebih lanjut, sampai malam ini, Opa Tjiptadinata Effendi telah menerbitkan 7455 artikel, dan dibaca oleh 6 juta 800 ribu lebih pasang mata, sejak tulisan-tulisannya tayang pertama kali di Kompasiana pada 14 Oktober 2012 silam. Bahkan di 2014, Opa Tjip telah dianugerahi gelar "Kompasianer of the Year", gelar yang tak pernah menjadikannya tinggi hati.
Sedangkan Oma Roselina Tjiptadinata telah menerbitkan 1662 artikel, dan sudah dibaca oleh 1 juta 300 ribu lebih pasang mata. Oma Rose telah aktif sebagai Kompasianer sejak 12 Januari 2013.
Oiya, judul tulisan Opa Tjip terbaru yang saya baca malam ini adalah, "Membuka Pintu Hati Untuk Belajar Sepanjang Hayat". Saya pribadi tersentuh dengan sekelumit kalimat yang Opa Tjiptadinata tuliskan, "Satu-satunya jalan untuk merawat antusias untuk terus membuka diri untuk belajar, adalah dengan menumbuhkan rasa syukur kepada Tuhan." Kalimat singkat ini jika direnung-renungkan isinya sangat mendalam. Dan saya berkeyakinan bahwa Opa Tjip sungguh-sungguh telah mempraktikkan jalan itu dalam kesehariannya.
Dan tulisan Oma Rose yang saya simak malam ini berjudul, "Menjalin Hubungan Persahabatan (Bagian Kedua)". Dalam artikel ini secara rinci Oma Rose menuliskan sederetan nama orang-orang yang berkontribusi nyata dalam aksi sosial yang dicetuskan Opa dan Oma Tjip di beberapa kota di Indonesia. Saya pribadi kagum, di usianya yang senja ini Oma Rose masih bisa mengingat dengan rinci deret nama orang-orang yang pernah bekerjasama dalam karya sosial yang digagasnya bersama Opa Tjip.
Tulisan yang Saling Melengkapi
Duo pegiat literasi di platform blogger Kompasiana ini kiprahnya tak perlu diragukan lagi. Meski keduanya tidak lagi berusia muda, namun semangat menulisnya mampu mengalahkan semangat para penulis muda. Kalimat ini bukan bermaksud memuji Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina Tjiptadinata secara berlebihan. Namun pujian ini patut disematkan di pundak keduanya yang akan merayakan Pesta Hari Ulang Tahun Perkawinan ke-60 di tahun 2025 mendatang.
Sejak lama saya pribadi rutin mengikuti kisah-kisah yang dituturkan Opa dan Oma Tjiptadinata melalui tulisan-tulisannya di halaman Kompasiana. Tulisan keduanya tak jarang saling melengkapi satu sama lain, ibarat kopi dan gula, yang ketika mendapat seduhan air panas yang pas, akan menghasilkan secangkir kopi hitam yang nikmat. Tulisan-tulisan beliau berdua pun terasa nikmat untuk dicerna dan diresapi; tidak hanya sebatas pada kisah-kisah yang dituturkan, namun banyak yang mengandung nasihat dan petuah berharga warisan leluhur.
Produktivitas keduanya dalam menghasilkan tulisan barangkali akan sulit dicarikan tandingannya di antara sesama penulis yang usianya sepantaran beliau berdua di zaman ini. Usia keduanya memang tak lagi muda, persis seperti istilah "gaek" yang pernah termuat dalam beberapa tulisannya. Menurut KBBI, frasa "gaek" artinya tua sekali atau tua renta.