Selama tiga tahun ajaran berturut-turut, saya mengajar Bahasa Indonesia untuk jenjang kelas 2 dan kelas 3 sekolah dasar. Selanjutnya selama 2 tahun ajaran berikutnya, saya diberikan kepercayaan untuk mengajarkan Bahasa Indonesia di jenjang kelas 7, 8, dan 9 di sekolah menengah pertama.
Pun selama pandemi Covid-19 melanda, saya pun mendapat kesempatan ekstra mengajarkan Bahasa Indonesia untuk jenjang SMP melalui Siaran Wadah Belajar (Wajar) di Radio Suara Banjar.
Oiya, jika saya telusuri kembali, keberadaan sekolah saya pada zaman dahulu yang saya kisahkan di atas, ternyata masih ada sampai sekarang. Namanya tetap SD Negeri Ngrayung, beralamat di Jalan Ngrayung Plumpang, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur.
Jika teringat pengalaman manis semasa kanak-kanak di SDN Ngrayung I ini, perasaan saya tiba-tiba mengharu biru manakala mengingat dinding-dinding bangunan sekolah yang kala itu hanya terbuat dari papan kayu. Dindingnya dicat warna putih dengan gamping atau batu kapur yang dilarutkan sedemikian rupa dengan air.
Halaman sekolah ini hanya terdiri dari hamparan pasir berwarna hitam bercampur pasir pantai. Di halaman sekolah inilah saya dan teman-teman waktu itu menghabiskan waktu untuk bermain sepak bola atau permainan sederhana lainnya khas zaman itu.
Buku Kesayangan dan Oleh-Oleh Ayah
Saya barangkali termasuk salah satu siswa yang beruntung, karena bisa memiliki buku tersebut dan menjadikannya koleksi berharga pada masanya.
Dan keberuntungan tersebut bisa saya alami karena perhatian Ayah saya yang di kemudian hari membelikan buku-buku seri " Belajar Membaca dan Menulis" itu saat Ayah pergi ke kota.
Saya tidak ingat persis di mana Ayah membelikan buku-buku tersebut, barangkali di Kota Tuban atau bisa juga di Kota Surabaya. Yang pasti, setiap Ayah pulang dari dinas luar kota, selalu membelikan oleh-oleh untuk saya dan adik saya di rumah.
Selain buku pelajaran, Ayah juga biasanya membelikan majalah anak-anak, diantaranya "Bobo" atau "Ananda". Selain itu Ayah juga kerap membelikan kami baju dan celana baru serta aneka camilan yang menjadi kesukaan kami pada masa itu.
Dan sepulang Ayah dari luar kota, malam harinya saya bisa menebak peristiwa apa yang akan terjadi, pun di malam-malam berikutnya setelah itu. Ya, Ayah pasti akan mulai membacakan dongeng dari majalah anak-anak terbaru yang Ayah beli di kota.