Candi Borobudur merupakan salah satu candi Buddha terbesar di dunia yang menggunakan konsep filosofis Mahayana. Adapun Buddha Mahayana merupakan salah satu aliran utama dalam agama Buddha. Di Candi Borobudur dapat kita jumpai arca Dhyani Buddha pada relung dan stupa teras menjadi ciri khas yang menjadikan candi ini menganut filosofi Buddha Mahayana.
Candi Buddha ini didirikan pada masa Wangsa atau Dinasti Sailendra pada abad ke-8 Masehi. Candi ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Samaratungga (812 -- 833) yang berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno atau dikenal juga dengan nama Kerajaan Medang.
Tentang Filosofi Mahayana dan Hinayana
Menurut catatan sejarah, istilah Mahayana dan Hinayana muncul pertama kali sekitar abad pertama sebelum masehi hingga abad pertama masehi. Mahayanan dalam bahasa Sanskerta bermakna "kendaraan besar". Dalam filosofi ini dikenal adanya banyak dewa-dewa, seperti halnya dalam agama Hindu. Konsep Mahayana mengenal paham trimurti Buddhisme, yaitu: Dhyani Buddha, Manusia Buddha, dan Dhyani Boddhisatwa. Filosofi ini disebarkan dari daratan India ke wilayah-wilayah disekitarnya, antara lain: Asia Tenggara, Asia Tengah, Cina, hingga kepulauan Jepang pada sekitar abad ke-6 M.
Sedangkan kata Hinayana dimaknai sebagai "kendaraan kecil". Secara filosofis konsep ajaran Buddhisme Hinayana ini sesuai dengan keaslian ajaran Buddha. Dalam aliran ini tidak dikenal adanya dewa-dewa penyelamat umat manusia. Dengan demikian dalam aliran ini tidak ada upacara-upacara keagamaan dan pemujaan kepada yang maha suci.
Menilik Panil Pada Relief Candi
Dari 200 relief yang berada di 40 panil yang menghiasi dinding-dinding Candi Borobudur, ditampilkan lebih dari 60 jenis alat musik: petik, tiup, pukul, dan membran, yang kini bisa kita jumpai di berbagai daerah di wilayah Nusantara dan banyak negara di dunia.
Yang dimaksud dengan panil adalah bingkai atau batas penggambaran sebuah simbol ataupun rangkaian cerita pada bangunan. Biasanya pada bangunan candi terdapat panil dengan bentuk persegi, meskipun ada juga panil yang berbentuk segitiga.
Pada Candi Borobudur, panil tersebut dipahatkan pada dinding dan pagar langkan candi. Adapun lukisan yang terdapat pada panil itu biasanya menggambarkan naskah atau kitab keagamaan. Terwujudnya setiap panil merupakan hasil kolaborasi antara sthapati (arsitek pendeta) dengan taksaka (seniman pemahat). Relief cerita pada Candi Borobudur hanya akan kita jumpai pada bagian Kamadhatu dan Rupadhatu saja.
Adapun cara membaca cerita relief pada dinding Candi Borobudur dilakukan dengan melakukan pembacaan yang dimulai dan diakhiri pada pintu sisi gerbang timur pada setiap tingkatannya. Di bagian timur candi terdapat tangga naik utama yang akan menghantarkan kita menuju puncak candi berupa teras melingkar dengan deretan stupa.
Dengan demikian Candi Borobudur merupakan mahakarya yang sempurna, baik dilihat dari segi estetika maupun keagamaan yang menyampaikan ajaran Sang Buddha dari ketiga yana, yaitu: Mahayana, Hinayana, dan Vajrayana; seperti disampaikan Bhikku Aryamaitri dalam tulisan Kendahjaya (1995).